Misi Mission Culture Adaptasi Adaptability Konsistensi Consistency

mencetuskan nilai-nilai yang dianut perusahaannya. Secara spesifik, budaya yang kuat dapat dilihat melalui rendahnya tingkat turn over karyawan.

2.1.1.7 Dimensi Budaya Organisasi Efektif

Dalam penelitian ini, dimensi budaya organisasi yang digunakan adalah dimensi yang diajukan oleh Denison dalam Satyagraha, 2010:46 yang berdasarkan pada empat karakter budaya organisasi efektif. Digunakan dalam penelitian mengenai manajemen pengetahuan disebabkan dimensi ini menekankan pada dua hal utama yang diperlukan dalam penerapan manajemen pengetahuan yaitu integrasi internal dan adaptasi eksternal menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Dimensi budaya organisasi efektif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan Involvement

Organisasi efektif memberdayakan anggotanya, membangun tim, dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia di berbagai tingkatan. Eksekutif, manajer, dan karyawan berkomitmen terhadap pekerjaan mereka dan merasa menjadi bagian dari organisasi. setiap orang merasa memiliki kontribusi terhadap organisasi.

2. Misi Mission Culture

Organisasi yang sukses memiliki maksud dan arah yang jelas, memiliki sasaran organisasi dan tujuan strategis serta menyatakan visi tentang organisasi di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara

3. Adaptasi Adaptability

Organisasi yang efektif dalam menyediakan nilai untuk pelanggannya adalah yang dapat beradaptasi dengan pelanggan, mengambil resiko-resiko, belajar dari kesalahan, dan memiliki kemampuan dan pengalaman untuk melakukan perubahan. Mereka secara terus menerus mengubah sistem yang ada sehingga dapat meningkatkan kemampuan kolektif organisasi untuk menyediakan nilai bagi pelanggannya.

4. Konsistensi Consistency

Organisasi cenderung akan efektif karena memiliki budaya yang konsisten, terkoordinasi, terintegrasi dengan baik. 2.1.2 Manajemen Pengetahuan 2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan Davenport dan Prusak dalam Nawawi, 2012:21 mengemukakan pengetahuan bukanlah data dan bukan pula informasi, namun sulit untuk dipisahkan. Perbedaan antara data, informasi, dan pengetahuan sering kali hanya pada masalah derajat kedalamannya di mana pengetahuan di pandang sebagai sesuatu yang lebih mendalam, dibandingkan informasi dan pengetahuan. Data merupakan kumpulan transaksi-transaksi Tiwana dalam Tobing, 2007:15. Sedangkan Davidson dan Voss dalam Sangkala, 2007:75 mengemukakan informasi sebagai data yang disaring distilled dan dimaknai. Drucker dalam Tobing, 2007:16 mendefinisikan “pengetahuan knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu Universitas Sumatera Utara terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang lebih efektif dari tindakan sebelumnya”. Sehingga ada juga pendapat yang mengartikan pengetahuan sebagai actionable information atau informasi yang dapat ditindak lanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu. Adapun proses transformasi menjadi pengetahuan menurut Davenport dan Prusak dalam Tobing, 2007:15 melalui empat tahapan yang dimulai dengan huruf C, yaitu: 1. Comparison: membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi- situasi yang lain yang telah diketahui. 2. Consequences: menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan tindakan. 3. Connections: menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari informasi dengan hal-hal lainnya. 4. Conversations: membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain terkait informasi tersebut. Von Krough, Ichiyo Nonaka, dan Chu Wei Coo dalam Nawawi, 2007:21, menyampaikan suatu ringkasan gagasan yang mendasari pengetahuan, sebagai berikut: 1. Pengetahuan merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan justified true believe. Universitas Sumatera Utara 2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan tacit. 3. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut. 4. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama, yaitu: 1 berbagai pengetahuan terpikirkan, 2 menciptakan konsep, 3 membenarkan prototype, dan 4 melakukan penyebaran pengetahuan tersebut. Pengetahuan berawal dan berada pada pemikiran individu. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari individu atau sekelompok orang yang memiliki pengetahuan atau terkadang melalui rutinitas organisasi. Pengetahuan bukan hanya dapat diperoleh melalui media terstruktur seperti buku, dokumen maupun sistem penyimpanan data, melainkan juga pada hubungan orang ke orang yang berkisar dari pembicaraan ringan sampai ilmiah dalam praktek, proses, kebiasaan, dan norma. Pada wacana manajemen pengetahuan dalam Sangkala 2007:79, pengetahuan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu pengetahuan implisit tacit knowledge dan pengetahuan eksplisit explicit knowledge. Yang dimaksud dengan tacit knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan sangat sulit untuk diformalisasikan, sulit dikomunikasikan atau dibagi dengan orang lain. Tacit knowledge bersifat subjektif, bersifat sangat pribadi, susah dibentuk, dan tidak dapat diekspresikan dalam kata-kata, kalimat, atau rumus. Tacit knowledge berakar pada tindakan, pengalaman, ideologi, nilai dan emosi seseorang, dimana wawasan subjektif, intuisi, dan firasat termasuk dalam kategori ini Nonaka dan Konno dalam Satyagraha, 2010:28. Terdapat dua dimensi dari Universitas Sumatera Utara tacit knowledge. Pertama, dimensi teknis yang mencakup berbagai macam keahlian atau keterampilan teknis “know-how”. Dimensi kedua, dimensi kognitif yang menunjuk kepada kesan atau gambaran seseorang terhadap realitas dan visinya ke depan. Dimensi ini meliputi keyakinan, ideologi, nilai-nilai, pola pikir, dan sikap mental. Berbeda dengan tacit knowledge, explicit knowledge bersifat objektif. Explicit knowledge dapat diekspresikan dalam kata-kata, dapat dijumlah, serta dibagi dalam bentuk data, formula ilmu pengetahuan, spesifikasi produk, manual- manual, dan prinsip-prinsip universal. Pengetahuan ini dapat senantiasa ditransfer kepada orang lain secara formal dan sistematik. Nonaka dan Konno Satyagraha, 2010:29 menjelaskan konsep penciptaan pengetahuan sebagai suatu evolusi spiral yang semakin lama semakin berkembang, melalui proses-proses seperti:

1. Socialization