2. Nilai-nilai, sifatnya lebih abstrak, tetapi masih berada dalam ruang lingkup
kesadaran pelaku. Nilai-nilai adalah dasar bagi suatu kelompok untuk melakukan penilaian judgement terhadap sesuatu, apakah sesuatu itu
dipandang baik atau buruk, benar atau salah, berguna atau tidak berguna. Jika diterapkan pada organisasi, maka nilai-nilai adalah sesuatu yang paling
diperhatikan dan didahulukan oleh organisasi tersebut dalam setiap aktivitasnya, baik itu berupa kebebasan, demokrasi, tradisi, kesejahteraan,
maupun loyalitas. 3.
Asumsi-asumsi kultural atau basic assumption yang bersifat kelaziman atau taken for granted dan sering kali berada di luar kesadaran pelaku. Dengan
menggunakan pendekatan fungsional, Schein mengatakan bahwa setiap organisasi di mana pun dan kapan pun akan berhadapan dengan tujuh masalah
dasar yang harus dipecahkan, yaitu: 1.
hubungan organisasi dan lingkungan 2.
hakikat aktivitas manusia 3.
hakikat realitas dan kebenaran 4.
hakikat waktu 5.
hakikat manusia 6.
sifat manusia 7.
homogenitas versus keragaman
2.1.1.5 Tipe Budaya Organisasi
Cameron dan Quinn dalam Kusdi, 2011:87 membagi budaya organisasi menjadi empat tipe budaya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Budaya Adhokrasi
Adhokrasi adalah suatu budaya yang sangat dinamis, dijiwai semangat kewiraswastaan entrepreneurship dan kreativitas. Nilai yang diutamakan adalah
inovasi dan keberanian mengambil risiko. Ikatan yang menyatukan organisasi adalah komitmen terhadap eksperimen dan inovasi. Tujuan jangka panjang
organisasi adalah pertumbuhan dan meraih sumber daya baru. Sukses diukur dari penemuan produk atau jasa baru yang inovatif.
2. Budaya Market
Budaya pasar beroperasi dengan mekanisme ekonomi pasar, dengan melakukan transaksi-transaksi yang ditujukan untuk menciptakan keunggulan
kompetitif. Budaya ini berorientasi pada hasil atau result oriented, dimana nilai- nilai yang dianggap penting adalah daya saing competitiveness dan produktifitas
tujuan jangka panjang organisasi adalah melakukan aktifitas-aktifitas kompetitif dan mencapai sasaran target-target yang terukur. Sukses diukur dari pangsa pasar
dan penguasaan pasar. 3.
Budaya Hierarki Merupakan suatu budaya yang sangat normal dan terstruktur dimana segala
sesuatu yang dilakukan adalah berdasarkan prosedur-prosedur yang sudah ditentukan. Budaya ini melakukan kontrol internal terutama dengan peraturan,
spesialisasi, fungi, dan sentralisasi keputusan. Nilai yang dianggap penting adalah efesiensi dan kelancaran jalannya organisasi. Kekuatan yang mengikat organisasi
menjadi satu adalah aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan formal. Sukses diukur dari produk yang bisa diandalkan, kelancaran jadwal, dan penghematan biaya.
Universitas Sumatera Utara
4. Budaya Klan
Merupakan suatu budaya yang sangat menekankan keakraban dan ikatan emosi untuk saling berbagi, sehingga organisasi lebih seperti sebuah keluarga
besar ketimbang entitas ekonomi. Budaya klan memiliki nilai yang diutamakan yaitu kerja tim atau teamwork partisipasi dan konsensus. Pemimpin organisasi
diposisikan sebagai pembimbing mentor atau bahkan figur orangtua. Organisasi diikat oleh kekuatan loyalitas atau tradisi. Sukses di definisikan berdasarkan
kepekaan terhadap konsumen dan perhatian terhadap aspek manusia.
2.1.1.6 Budaya Kuat versus Budaya Lemah