Perhitungan Indeks Glikemik Kadar Anti-Gizi Pangan

2.1.2 Perhitungan Indeks Glikemik

Metode pengambilan sampel darah, pemilihan dan pengulangan makanan acuan, verifikasi kandungan karbohidrat yang tersedia dari makanan, jumlah dan jenis subyek, dan perhitungan IAUC merupakan beberapa metodologi harus dilakukan dalam pengukuran IG Simila, 2012 dalam Sundari, 2014. Pangan acuan yang digunakan untuk mengukur indeks glikemik pangan adalah roti putih atau glukosa murni. Pemberian pangan acuan dan pangan uji dalam pengukuran IG dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan subyek yang sama untuk mengurangi efek keragaman respon glukosa darah dari hari ke hari. Untuk mendapatkan respon rata-rata yang representatif untuk pangan acuan, dianjurkan untuk melakukan pengukuran IG pangan acuan secara berulang untuk setiap subyek. Porsi makanan yang diuji dalam pengukuran indeks glikemik harus mengandung 50 g karbohidrat. Untuk mendapatkan nilai yang setara dengan 50 g karbohidrat dalam pangan acuan ataupun pangan uji perlu dilakukan pengujian karbohidrat untuk memverifikasi kandungan karbohidrat yang terdapat dalam pangan tersebut FAO, 1998 dalam Sundari, 2014. Perhitungan IAUC merupakan salah satu hal yang paling penting dalam pengukuran nilai indeks glikemik pangan. Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menghitung daerah di bawah kurva. Untuk sebagian besar data indeks glikemik, area di bawah kurva telah dihitung sebagai daerah tambahan di bawah kurva respon glukosa darah IAUC, dengan mengabaikan daerah di bawah konsentrasi puasa. Hal ini dapat dihitung secara geometris dengan menerapkan aturan trapesium FAO, 1998. Menurut Rimbawan Siagian 2004, luas daerah Universitas Sumatera Utara dibawah kurva dianggap menggambarkan jumlah total respon glikemik, tidak hanya satu titik yang diberikan oleh puncak respon glukosa darah. Para ahli statistik menganjurkan penggunaan luas area dibawah kurva sebagai angka yang menggambarkan respon glukosa darah secara benar. Menurut Monro dan Shaw 2008 dalam Sundari 2014, pengukuran nilai indeks glikemik pangan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana, = = 1, dengan demikian, Keterangan: IG : Indeks Glikemik IAUC food : Luas area dibawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap pangan uji IAUC glucose : Luas area dibawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap glukosa murni pangan acuan Wt : Berat g Prosedur penentuan nilai indeks glikemik pangan adalah sebagai berikut Miller, et al., 1996 dalam Rimbawan dan Siagian ,2004: a. Subyek yang telah menjalani puasa penuh kecuali air selama ± 10 jam sekitar pukul 22.00 sampai pukul 08.00 pagi besoknya, dilakukan pengukuran kadar gula darah puasa, lalu diberikan pangan tunggal uji yang akan ditentukan indeks glikemiknya dan mengandung 50 g karbohidrat. Universitas Sumatera Utara b. Selama dua jam pasca-pemberian pangan uji, sampel darah sebanyak 50 μL – finger-prick capillary blood samples method – diambil setiap 15 menit pada jam pertama, kemudian 30 menit pada jam kedua yaitu berturut-turut pada menit ke 0 sebelum pemberian, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 untuk diukur kadar glukosanya. Kadar glukosa dapat diukur dengan metode glucose oxidase peroxidase reagent. c. Pada waktu yang berlainan minimal 3 hari setelah perlakuan pertama, hal yang sama dilakukan dengan memberikan pangan acuan 50 g glukosa murni atau white bread kepada relawan. d. Kadar gula darah pada setiap waktu pengambilan sampel ditebar pada dua sumbu waktu x dan kadar glukosa darah y. e. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan.

2.2 Jagung Manis