Analisis Kandungan Gizi Kandungan Gizi dan Daya Terima Mi Basah Dengan Penambahan Tepung Ikan Gabus (Channa Striata Sp) dan Sari Daun Pandan Wangi (Pandamus Amarylifolius Roxb)

3.7.2 Panelis

Jenis panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih sebanyak 30 Mahasiswa FKM USU yang akan memberi nilai mi basah berdasarkan indikator warna, aroma, rasa, dan tekstur. Pada saat diminta tanggapan dan penilaian, panelis tidak dalam keadaan sakit, tidak mengalami cacat fisik pada organ yang dipakai untuk menilai, dan bersedia untuk menjadi panelis.

3.8 Analisis Kandungan Gizi

Penentuan kandungan gizi mi basah tepung ikan gabus dan sari daun pandan wangi dilakukan di laboratorium Balai Riset Standardisasi Industri Medan. Penentuan tersebut dipaparkan sebagai berikut.

3.8.1 Uji Kadar Protein

Uji kadar protein yang dilakukan dengan Metode Kjedahl-Mikro yaitu sebagai berikut Winarno, 1997 : 1. Timbang seksama ± 200 gram cuplikansampel dengan neraca analitik digital kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal 500 ml. 2. Tambahkan 1 tablet campuran selen dan 25 ml H 2 SO 4 pekat. 3. Panaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau – hijauan. 4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dengan air dan masukkan ke dalam labu ukur 250 ml, tepatkan sampai garis tanda dengan aquadest. 5. Pipa 50 ml larutkan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 30 ml NaOH 30. Universitas Sumatera Utara 6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit hingga terlihat letupan – letupan, sebagai penampung gunakan 25 ml larutan asam borat 4 yang telah dicampurkan indicator mengsel. 7. Bilasin ujung pendingin dengan air suling. Titrasi dengan larutan HCL 0,1 N hingga warna larutan menjadi biru tua. Kadar protein N-Total dapat dihitung dengan rumus : Kadar N=ml HCl – ml HCl blanko x Normalitas HCl x 14.007 x 100 mg sampel Kadar protein = N x faktor konversi Keterangan : Faktor Konversi 5.95 untuk tepung beras dan 6.25 untuk bahan lain

3.8.2 Uji Kadar Karbohidrat

Hidrolisis Karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu 2+ menjadi Cu 1+ . Kelebihan Cu 2+ dapat dititar secara iodometri yaitu menggunakan cara kerja : 1. Timbang seksama lebih kurang 5 gram sampel ke dalam Erlenmeyer 500 ml 2. Tambahkan 200 ml larutan HCL 3 didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak. 3. Dinginkan dan nettralkan dengan larutan NaOH 30 dengan lakmus atau fenoltalein, dan tambahkan sedikit CH 3 COOH 3 agar suasana larutan sedikit asam. 4. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda garis, kemudian saring. Universitas Sumatera Utara 5. Pipet 10 ml saringan ke dalam Erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff dengan pipet dan beberapa butir baut didih serta 15 ml air suling. 6. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3 menit gunakan stopwatch, didihkan terus selama tepat 10 menit dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stopwatch kemudian dengan cepat dinginkan dalam bak terisi es. 7. Setelah dingin tambahkan 15 ml larutan Kl 20 dan 25 ml H 2 SO 4 25 perlahan – lahan. 8. Titar secepatnya dengan larutan tio 0,1 N gunakan penunjuk larutan kanji 0,5 9. Kerjakan juga blanko Perhitungan : Blanko-penitar x N tio x 10 setara dengan terusi yang tereduksi, kemudian lihat dalam daftar Luff Schoorl berapa mg gula yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan. Kadar glukosa = bobot cuplikan mg x Fpx 100 W Keterangan : W = glukosa yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan, dalam mg dari daftar Fp = faktor pengenceran Kadar Karbohidrat = 0,90 x kadar glukosa Winarno, 1997 Universitas Sumatera Utara

3.8.3 Uji Kadar Lemak

Cara menganalisa kadar lemak ditentukan dengan metode soxhlet. Keringkan labu lemak di dalam oven lalu dinginkan dalam desikator dan timbang. Selanjutnya timbang 25 gram sampel dalam bentuk tepung dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet, lalu pasang alat kondensor di bagian atas dan labu lemak di bagian bawah. Tuangkan pelarut heksan ke dalam labu lemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan. Lakukan refluks selama minimal 5 jam sampai pelarut turun kembali kedalam labu lemak berwarna jernih. Destilasi pelarut yang ada dalam lemak dan tamping pelarutnya, lalu labu lemak hasil ekstraksi panaskan dalam oven dengan suhu 105 C sampai kering. Selanjutnya dinginkan dalam desikator, kemudian timbang labu beserta lemaknya AOAC, 1995. Rumus untuk menghitung kadar lemak yaitu : Kadar lemak = x 100

3.8.4 Perhitungan Kadar Energi

Analisa kadar energi dihitung dengan perhitungan kalori, sebagai berikut. Energi kkal = 9 x gr lemak + 4 x gr protein + 4 x gr karbohidrat

3.8.5 Uji Kadar Besi

Pengukuran kadar zat besi dilakukan dengan menggunakan metode Spektofometri Serapan Atom SSA. Prinsip dari metode SSA ini dimulai dari proses pengabuan kering ataupun pengabuan basah, kemudian pelarutan hasil abu, selanjutnya membuat kurva kalibrasi, dan pengukuran kadar besi dalam sampel Universitas Sumatera Utara Rohman dan Sumantri, 2013. Langkah – langkah tersebut dapat dilihat sebagai berikut. 1. Proses Pengabuan. Haluskan sampel lalu timbang sebanyak 50 gram dalam krus porselen. Masukkan kedalam tanur dengan temperature awal 100 C dan perlahan-lahan temperature dinaikkan hingga suhu 600 C dengan interval 25 setiap 5 menit. Proses pengabuan ini dilakukan selama 40 jam dihitung saat suhu sudah dititik 600 C . Selanjutnya tanur krus porselen dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Tambahkan 5 ml HNO 3 1:1 dan biarkan hingga dingin pada desikator. 2. Pelarutan sampel. Sampel hasil pengabuan dilarutkan kedalam 5 ml HNO 3 1:1, lalu dipindahkan kedalam labu ukur 50 ml. bilas krus dengan porselen 10 ml akuabides sebanyak tiga kali dan cukupkan akuabides hingga garis tanda. Saring dengan kertas saring Whatman no.42 dimana 5 ml filtrate pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrate selanjutnya ditampung ke dalam botol. 3. Membuat kurva kalibrasi. Pipet sebanyak 5 ml larutan baku besi dengan konsentrasi 1000 μgml dan masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan hingga garis tanda dengan akuabides konsentrasi 50 μgml. Lalu persiapkan larutan untuk dilakukan kurva kalibrasi. Larutan ini dibuat dengan memipet 1,2,3,4, dan 5 ml larutan baku 50 μgml. Masing-masing larutan itu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides dan ukur absorbansi pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara asetilen. Universitas Sumatera Utara 4. Perhitungan kadar besi. Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 25 ml4 ml 6,25 kali. Lalu ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar besi dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar besi μgg = Keterangan : a = konsentrasi larutan sampel μgmL b = konsentrasi larutan blanko μgmL V = volume ekstrak mL Fp = faktor pengenceran 25 ml4 ml 6,25 kali

3.9 Pengolahan dan Analisis Data