71
meningkat, selain itu juga menyebabkan terjadinya peradangan pada dinding bronkus. Radang yang terjadi pada dinding bronkus akan menyebabkan bronkus
mengalami konstriksi yang menyebabkan terjadinya penyempitan pada jalan napas yang memicu terjadinya sesak napas.
5.1.3 Kadar NO
2
di Udara Ambien di Sekitar Fly Over Jalan
Sisingamangaraja Kota Medan
Hasil pengukuran kadar NO
2
pada kedua titik yaitu pada Jalan Sisingamangaraja arah Tanjung Morawa dan arah Kota Medan diperoleh hasil
pengukuran yang lebih tinggi pada sore hari dibandingkan pada pagi hari. Menurut Wardhana 2004, untuk gas NO
2
di udara, konsentrasinya dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik NO
2
. Pada siang hari, gas NO
2
akan bereaksi dengan sinar matahari sehingga membentuk NO dan O. Kemudian, O akan bereaksi dengan gas O
2
yang terdapat di udara sehingga membentuk O
3
ozon. Pada sore hari, konsentrasi O
3
yang telah terkumpul pada siang hari akan bereaksi dengan NO sehingga terbentuk gas NO
2
dan O
2
. Hal ini menyebabkan konsentrasi NO
2
pada sore hari menjadi semakin tinggi. Hasil pengukuran kadar NO
2
di kedua titik tidak melebihi baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, baik berdasarkan
hasil pengukuran pada pagi hari maupun pada sore hari. Rata-rata hasil pengukuran kadar NO
2
yaitu 51,49 μgm
3
. Jika disesuaikan dengan teori Harianto 2010 yang menjelaskan bahwa dalam 8 jam bekerja seseorang akan
menginhalasi 10 m
3
udara pernapasan, maka apabila pedagang berdagang di sekitar fly over selama 8 jam dan konsentrasi SO
2
di udara ambien sebesar hasil pengukuran yaitu 51,49
μgm
3
, pedagang tersebut akan menginhalasi 510,49
Universitas Sumatera Utara
72
μgm
3
gas NO
2
setiap harinya. WHO menetapkan batas konsentrasi gas NO
2
di udara sebesar 40
μgm
3
untuk rata-rata setiap tahunnya dan 200 μgm
3
untuk pengukuran selama satu jam. Namun, pedagang di sekitar fly over tidak hanya
terpapar dalam waktu satu jam, tetapi pada umumnya lebih dari 8 jam dan setiap harinya terjadi paparan berulang-ulang selama bertahun-tahun.
Menurut Mukono 2008, pajanan NO
2
akan menyebabkan terjadinya keradangan pada bronkus. Pemicu terjadinya keradangan adalah karena di dalam
saluran pernapasan NO
2
akan terhidrolisis membentuk asam nitrit HNO
2
dan asam nitrat HNO
3
yang bersifat korosif terhadap mukosa permukaan saluran napas. Terjadinya peradangan pada bronkus menyebabkan mekanisme
pembersihan silia menurun sehingga infeksi pada bronkus semakin meningkat. Infeksi pada bronkus juga memicu timbulnya rasa nyeri pada dada. Efek
terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan akibat NO
2
juga dikarenakan adanya paparan dari berbagai gas polutan sekaligus, terutama gas-gas yang sangat
berkontribusi terhadap terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan seperi PM
10,
SO
2
dan NO
2
.
5.2 Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di sekitar Fly