81
terdapat perbedaan yang signifikan dalam periode pengujian satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah. Untuk pengujian setahun sebelum dengan
dua tahun sesudah merger dan akuisisi Return on Equity terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Pengujian PriceEarning Ratio PE dengan menggunakan wilcoxon signed
ranks test dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam periode pengujian satu tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah setra pengujian setahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
6. Pengujian Abnormal Return AR dengan menggunakan wilcoxon signed
ranks test dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam periode pengujian sepuluh hari
sebelum dengan sepuluh hari sesudah merger dan akuisisi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan maka saran untuk penelitian yang selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Untuk jangka waktu penelitian hendaknya digunakan rentang waktu yang lebih
panjang seperti 5 sampai 8 tahun sehingga arah pergerakan rasio keuangan dapat menunjukkan arah yang lebih pasti karena untuk pengujian jangka
pendek kinerja keuangan perusahaan cenderung bergejolak dan berfluktuasi. 2.
Penelitian selanjutnya hendaknya menambeh sampel dengan membandingkan perusahaan yang terdaftar di bursa asing sehigga mengahasilkan gambaran
yang lebih luas mengenai dampak merger dan akuisisi.
82
3. Perlu dilakukan penggolongan merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan
dan pemisahan terhadap perusahaan yang melakukan merger dengan yang melakukan akuisisi dalam pengolahan data
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Abnormal Return
2.1.1.1 Return Saham
Return saham dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh investor dari hasil investasi saham yang dimilikinya. Menurut Tandelilin 2010:47 return
saham juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Jogiyanto 2013:609 membagi return
menjadi return sesungguhnya actual return dan return ekspektasi expected
return.
Actual return adalah keuntungan yang dapat diterima atas suatu investasi saham pada periode tertentu, secara matematis diformulasikan sebagai berikut
Jogiyanto, 2013:609:
�
�.�
= �
�.�
− �
�.�−1
�
�.�−1
Keterangan :
Ri.t = return realisasianactual return saham i pada waktu t
Pi.t = harga saham harian sekuritas i pada waktu t
Pi.t-1 = harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1 hari sebelumnya
12
Return pasar adalah indeks pasar dalam periode tertentu, dalam penelitian ini indeks pasar yang digunakan adalah IHSG Indeks Harga Saham Gabungan.
Cara menghitung return pasar Jogiyanto, 2013:610 :
�
��
= �
����
�
− ����
�−1
����
�−1
�
Keterangan : R
mt
= return pasar pada waktu t
IHSG
t
= indeks harga saham gabungan pada waktu t
IHSG
t-1
= indeks harga saham gabungan pada waktu t-1
Dalam penelitian ini, expectedreturn dihitung menggunakan metode market model karena dianggap lebih akurat dibandingkan metode lainnya karena
perhitungan expected return dihitung dengan regresi pada periode normal yaitu periode di mana tidak adanya abnormal return terhadap aksi korporasi yang
dilakukan perusahaan. Rumus ekspektasi return yaitu Jogiyanto, 2013:610 : ��
��
= �
�
+ �
�
�
��
+ �
��
Keterangan : ER
it
= return saham yang diharapkan α
i
= intercept untuk sekuritas i β
i
= koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas i R
mt
= return pasar pada waktu t ε
it
= kesalahan residu sekuritas i pada waktu t
13
2.1.1.2 Pengertian Abnormal Return
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar
diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut dapat ditunjukkan dari adanya perubahan harga suatu
sekuritas. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencerminkan apakah informasi yang ada mempengaruhi pasar ataukah tidak yaitu menggunakan
abnormal return. Jogiyanto, 2013:586 Abnormal return pada umumnya sering digunakan untuk mengukur reaksi
pasar dan efisiensi pasar. Syahyunan 2015:245 berpendapat Abnormal return adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu keuntungan atau return yang tidak
normallazim. Menurut Bodie et al. 2008:627, Abnormal Return atau return tidak normal adalah imbal hasil suatu saham yang melebihi perkiraan pasar.
Menurut Jogiyanto 2013:609 menyatakan bahwa Abnormal return merupakan kelebihan atau kekurangan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi, yaitu return yang diharapkan investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara
return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
2.1.1.3 Pengukuran Abnormal Return
Abnormal Return saham i pada hari ke-t dapat diukur dengan Jogiyanto,
2013:610 : AR
it
= R
it
− ER
it
14
Keterangan : AR
it
= abnormal return saham i pada waktu t
R
it
= return realisasi saham i pada waktu t
ER
it
= return saham yang diharapkan saham i pada waktu t
Menurut teori Brown dan Warner 1985 dalam buku Jogiyanto,2013:610 menjelaskan bahwa untuk mengestimasi return yang
diharapkan expected return dapat digunakan tiga model, yaitu :
1. Model Disesuaikan Rata-rataMean Adjusted Model
Model Disesuaikan Rata-rataMean Adjusted Model ini mengasumsikan bahwa expectedreturn memiliki nilai konstan yang sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. expectedreturn pada pada
periode tertentu didapatkan dengan lamanya periode estimasi.
2. Model Pasar Market Model
Model Pasar Market Model dihitung dengan melalui dua tahapan yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode return estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela dengan menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi deibentuk
dengan teknik regresi OLS Ordinary Least Square.
3. Model Disesuaikan pasar Market Adjusted Model
Model Disesuaikan pasar Market Adjusted Modelmenganggap bahwa penduga paling baik dalam mengestimasi return dari suatu sekuritas adalah
return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak menggunakan periode
15
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan return indeks harga pasar.
2.1.2 Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan 2009:239 pengertian kinerja adalah sebagai berikut kinerja merupkan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber
daya manusianya. Kinerja keuangan menurut Fahmi 2012:2 merupakan gambaran dari
pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Menurut Sutrisno 2009:53 menyatakan kinerja keuangan perusahaan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Menurut Mulyadi 2007:2 menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja keuangan menurut Jumingan 2009:239 adalah
sebagai berikut kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan
16
pada suatu periode tertentu baik menyangkut penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas dan profitabilitas.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menurut
Kuncoro 2009:8, antara lain:
1. Risiko
Keuntungan atau return yang didapat oleh investor tidak terlepas dari risiko yang melekat pada setiap perusahaan. Risiko adalah kemungkinan realized
return suatu investasi akan berbeda dengan expected return investasi tersebut.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan firm size adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Indikator yang dapat digunakan
sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total aktiva, jumlah
karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai parameter lainnya.
3. Keputusan Manajemen
Kinerja keuangan perusahaan tidak akan terlepas dari keputusan-keputusan
yang diambil manajemen. Jika manajemen mengambil keputusan yang salah,
akan sangat berdampak pada hal-hal yang akan dikerjakan dan pasti akan
sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya.
17
4. Kualitas Sumber Daya Manusia
Para pekerja yang dipekerjakan di suatu perusahaan memiliki partisipasi penting dalam kinerja keuangan. Sumber daya manusia yang baik akan terus
berfokus pada tujuan perusahaan, yaitu profit.
2.1.2.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Kasmir 2010:92 menyatakan bahwa tujuan dan manfaat dari pengukuran
kinerja keuangan melalui analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena telah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.1.2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.1.2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menurut Fahmi 2014:51 adalah perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan dengan harapan
18
nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.
Rasio keuangan menurut Hary 2015:138 merupakan perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Ataupun dapat diartikan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Analisis rasio keuangan menurut Syahyunan 2013:91 merupakan analisis
analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Menurut Munawir 2007:64 rasio keuangan adalah suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart.
2.1.2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Brigham dan Houston 2010:134 jenis-jenis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Liquidity Ratio Rasio Likuiditas
Liquidity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio yang umum digunakan, yaitu
Current Ratio Rasio Lancar, Acid Test Rasio Cepat.
19
2. Asset Management Ratio Rasio Manajemen aktiva
Asset Management Ratiomerupakan seperangkat rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasioyang umum
digunakan, yaitu Inventory Turnover Ratio Rasio Perputaran Persediaan, Days Sales OutstandingJumlah Hari Penjualan Belum Tertagih, Fixed Assets
Turnover Ratio Rasio Perputaran Aktiva Tetap, Total Assets Turnover Ratio
Rasio Perputaran Total Aktiva.
3. Leverage Ratio Rasio Manajemen Utang
Leverage Ratio merupakan rasio yang menunjukkan penggunaan pembiayaan dengan utang. Rasio yang umum digunakan, yaitu Debt Ratio Rasio Utang,
Time Interest Earned Ratio Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga, EBITDA
Coverage Ratio Rasio Cakupan EBITDA.
4. Profitability Ratio Rasio Profitabilitas
Profitability Ratio merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap
hasil operasi. Rasio yang umum digunakan, yaitu Profit Margin on Sales Marjin Laba Atas Penjualan , Return on Assets Pengembalian Atas Total
Aktiva, Basic Earning Power Ratio Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba, Return on Equity Pengembalian Atas Ekuitas Saham
Biasa.
5. Market Value Ratio Rasio Nilai Pasar
Market Value Ratio merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio yang umum
20
digunakan, yaitu PriceEarnining Ratio Rasio HargaLaba, PriceCash Flow
RatioRasio HargaArus Kas, MarketBook Ratio Rasio Nilai PasarBuku.
Dalam penelitian ini, adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah Liquidity Ratio yaitu Current Ratio CR, Asset Management Ratio yaitu Total
Assets Turnover Ratio TATO, Leverage Ratio yaitu Debt Ratio DR, Profitability Ratio yaitu Return on Equity ROE, serta Market Value Ratio yang
digunakan yaitu PriceEarning Ratio PE.
2.1.3 Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha yang tertuang dalam IFRS 3 adalah Sebuah transaksi atau peristiwa lain di mana pengakuisisi memperoleh kendali dari satu atau lebih
bisnis. Transaksi kadang-kadang disebut sebagai true merger atau merger of
equals.
Sejalan dengan IFRS 3, PSAK 22 revisi 2010 juga menyatakan penggabungan usaha adalah suatu transaksi atau peristiwa lain di mana pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang kadangkala disebut sebagai penggabungan sesungguhnya true merger atau
penggabungan setara merger of equals. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9 tentang perseroan terbatas,
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
21
Dari uraian diatas, penggabungan usaha dapat diartikan pembelian ataupun peleburan 2 dua perusahaan atau lebih dengan memiliki maksud dan tujuan
tertentu yang diatur dalam hukum. Penggabungan usaha secara umum terbagi
menjadi merger dan akuisisi.
2.1.4 Merger 2.1.4.1 Pengertian Merger
Menurut Samsul 2006:69 Merger adalah tindakan dua perusahaan untuk bergabung menjadi satu dengan menggunakan salah satu nama perusahaan lama,
sedangkan satu nama yang lain duhapuskan. Prihadi 2012:279 menyatakan bahwa merger terjadi apabila sebuah
perusahaan membeli perusahaan target dan seluruh asset dan kewajiban target dipindahkan kepada perusahaan pembeli. Entitas target menjadi hilang dan
bergabung menjadi satu di perusahaan pembeli. Menurut Moin 2010:5 Merger adalah penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Sumber : Moin 2010:7
Gambar 2.1 Skema Merger
Sebelum Merger
Bank Danamon
Bank Duta
Setelah Merger
Bank Danamon
22
2.1.4.2 Klasifikasi Merger
Menurut Utari et al. 2014:280 merger dapat diklasifikasikan menjadi : 1.
Horizontal Merger adalah penggabungan dua perusahaan yang menghasilkan
jenis produk atau jasa yang sama.
2. Vertical Merger adalah penggabungan suatu perusahaan dengan pemasoknya
atau pelanggannya.
3. Congeneric Merger adalah penggabungan perusahaan dalam jenis industri
yang sama, tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok.
4. Conglomerate Merger adalah penggabungan perusahaan yang jenis usahanya
berbeda.
2.1.5 Akuisisi 2.1.5.1 Pengertian Akuisisi
Menurut Samsul 2006:69 Akuisisi adalah tindakan suatu perusahaan untuk memiliki perusahaan lain dengan cara membeli sebagian atau seluruh
sahamnya melalui pasar modal, tanpa mengubah nama perusahaan lain tersebut.
Menurut Moin 2010:8 Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan atau perusahaan lain, dan
dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambilalih tetap
eksis sebagai badan hukum yang terpisah.
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 11 tentang perseroan terbatas, Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham
perseroan yang melibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
23
Sumber : Moin 2010:9
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
2.1.5.2 Klasifikasi Akuisisi
Menurut Assauri 2013:131 bentuk akuisisi dapat dibedakan menjadi 3 tiga jenis, yaitu:
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal adalah akuisisi yang dijalankan oleh suatu perusahan dengan membeli perusahaan pesaing dalam industri yang sama. Akuisisi jenis
ini diharapkan untuk meningkatkan penguasaan pasar suatu perusahaan. 2.
Akuisisi Vertikal Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dijalankan suatu perusahaan dengn
membeli satu pemasok atau distributor dari barang dan jasa yang dibutuhkan. Dengan akuisisi ini, perusahaan dapat melakukan pengendalian bahan atau
parts tambahan dari suatu rantai nilai. 3.
Akuisisi yang Terkait atau Related Akuisisi related adalah akuisisi yang dilakukan suatu perusahaan atas
perusahaan lain dalam suatu industri yang terkait.
Pengendalia Sebelum
Akuisisi
PT Semen Gresik
PT Semen Padang
Setelah Akuisisi
PT Semen Gresik
PT Semen Padang
24
2.1.6 Tahapan Merger dan Akuisisi Tahapan merger dan akuisisi menurut Moin 2010:112 terdiri dari :
1. Identifikasi awal, perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi. Identifikasi dapat berupa kekuatan dan kelemahan, pemasaran, kinerja keuangan, kinerja
manajemen, sumber daya manusia, organisasi, pemegang saham, sejarah masa
lalu, status perusahaan, posisi dalam industri, ukuran perusahaan.
2. Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon
target tersebut yang paling layak untuk diakuisisi.
3. Penawaran formal, di mana perusahaan membentuk tim untuk bertanggung
jawab dalam pelaksanaan merger dan akuisisi yang akan melakukan pendekatan dengan target melalui pemberitahuaan resmi dan tertulis yang
ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan target.
4. Due diligence atau uji tuntas adalah investigasi yang menyeluruh dan
mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini dimaksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi
perusahaan target dilihat dari semua aspek seperti aspek hukum, keuangan,
organisasi dan sumber daya manusia, pemasaran, teknologi, produksi.
5. Negosiasideal, di mana dua pihak perusahaan target harus memberikan
persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal tidak terjadi hostile take over yaitu antara manajemen dan pemegang saham. Ketika kedua pihak setuju
dengan syarat-syarat yang disepakati antara pengakuisisi dengan target,
25
selanjutnya mereka menandatangani nota kesepakatan memorandum of
understanding sebagai kelanjutan dari deal mereka.
6. Closing merupakan penutupan transaksi merger dan akuisisi. Pada merger,
closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang dimerger ke dalam perusahaan hasil merger bersamaan dengan diserahkannya saham perusahaan
hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang dimerger. Sedangkan pada akuisisi, closing berarti diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi
kepada pemegang saham perusahaan yang diakuisisi.
7. Integrasi berarti tahap dimulainya “kehidupan baru” setelah perusahaan
melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan hasil merger atau pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan
strategik yang telah disusun sebelumnya.
2.1.7 Motif Merger dan Akuisisi
Dalam teori yang diungkapkan Lani Dharmasetya dan Sulaimin 2009 dalam penelitian yang dilakukan oleh Wangi,2010 di mana motivasi yang
melatarbelakangi perusahan melakukan merger dan akuisisi tertuang dalam beberapa teori, antara lain:
1. Teori Efisiensi
Merger dapat meningkatkan efisiensi karena akan terbentuk sinergi, yang secara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi
yang mengatakan gabungan faktor-faktor yang komplementer akan
26
menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sinergi tersebut dapat berupa
sinergi manajemen, sinergi operasi, dan sinergi keuangan.
2. Teori Diversifikasi
Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam maka suatu perusahaan
dapat menjaga stabilitas pendapatannya.
3. Teori Kekuatan Pasar
Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar market share juga dapat menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau
lebih perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang sama, secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat
ganda.
4. Teori Keuntungan Pajak
Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger. Merger
dapat dipilih untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang berlebih dan mengurangi laba kena pajak. Sebagai contoh, perusahaan yang
menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi dapat mengakuisisi sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian pajak dalam jumlah
besar. Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi penghematan pajak daripada dibawa ke tahun berikutnya dan digunakan di
masa mendatang.
27
5. Teori Undervaluation
Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan akan mendorong minat perusahaan lain untuk menggabungkan diri ke dalam
perusahaannya melalui merger.
6. Teori Prestise
Meskipun sulit diterima logika, namun kenyataannya banyak merger dilakukan
bukan motivasi ekonomis, melainkan motivasi ingin meningkatkan prestise.
Menurut Pardede 2011:604 ada beberapa alasan atau motif perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan, yaitu:
1. Memperbesar ukuran perusahaan
Untuk memperbesar ukurannya, cara yang dapat ditempuh perusahaan adalah melakukan penggabungan atau pengambilalihan dengan perusahaan lain.
2. Menambah jenis barang yang dibuat
Menambah jenis barang agar tidak ketergantungan dengan satu jenis barang saja dengan cara bergabung atau mengambilalih perusahaan lain yang saat ini
sedang membuat barang tersebut. 3.
Memperoleh sumber daya – sumber daya penting Apabila ada satu perusahaan yang membutuhkan sumber daya tertentu di mana
perusahaan ini tidak dapat memperolehnya dan apabila ada perusahaan lain yang dapat memperolehnya, maka sebaiknya bergabung atau mengambilalih
perusahaan lain tersebut. Pada tingkat penjualan yang membuatnya impas, yaitu tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita rugi, perusahaan tersebut
tentu saja tidak akan membayar pajak penghasilan.
28
2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi Keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi menurut Moin 2010:13 :
1.
Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan danapembiayaan karena kreditor lebih percaya
dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4.
Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
6. Mengurangi risiko kegagalan karena tidak harus mencari konsumen baru.
7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Selain mendapatkan manfaat atau keunggulan, Moin 2010:13 juga
menyatakan kelemahan dari merger dan akuisisi sebagai berikut :
1. Proses integrasi yang tidak mudah.
2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.
6. Seringkali menurunkan moral organisasi.
7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8.
Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
29
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ahmed 2014 dengan penelitian yang berjudul Merger and Acquisitions : Effect on Financial Performance of Manufacturing Companies of Pakistan.
Variabel yang digunakan adalah Return on Capital Employed ROCE, Gross Margin, Return on Equity ROE, Net Margin, Operating Profit, Current Ratio
CR, Quick Ratio QR, DebtEquity DER, Debt Ratio DR, Fixed Assets Turnover FATO, Assets Turnover TATO, Sales Growth, Earning Per Share
EPS, Break-up Value per Share. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-statistics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
kuangan secara keseluruhan perusahaan manufaktur pengakuisisi tidak signifikan membaik setelah periode merger. Likuiditas Leverage CR, QR, DER, DR,
Profitabilitas ROCE, Gross Margin, ROE, Net Margin, Operating Profit dan posisi modal EPS, Break-up Value per Share meningkat secara tidak signifikan
sementara efisiensi FATO, TATO, Sales Growth memburuk setelah merger. Zaremba 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Mergers and
Acquisitions: Evidence on Post-Announcement Performance from CEE Stock Markets. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return dan Average
Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah event study. Hasil penelitian membuktikan terdapat Abnormal Return yang potitif dan
signifikan dalam jangka pendek sedangkan untuk jangka panjang terdapat Abnormal Return yang negatif dan tidak signifikan.
Astria 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan
30
Akuisitor yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008. Variabel yang digunakan merupakan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa Abnormal Return yang berbeda signifikan pada periode sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merger dan akuisisi merupakan kabar baik bagi pelaku pasar untuk berinvestasi di pasar modal.
Gunawan 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia.
Variabel yang digunakan adalah Harga Saham, Current Ratio, Return on Equity, Total Assets to Total Debt. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired
Sample T-test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitan memberikan bukti bahwa kinerja pasar perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan sesudah
merger dan akuisisi, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan sesudah merger dan akuisisi. pembayaran merger dan
akuisisi menggunakan saham akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada
metode pembayaran tunai.
Hamidah 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada
Perusahaan Pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004- 2006. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Total Assets Turnover, Debt
Ratio, Return on Assets, Price Earning Ratio serta teknik analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa
tidak terdapat perbedaan signifikan Debt Ratio dan Total Assets Turnover
31
sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk Current Ratio, Return on
Assets, Price Earning Ratio setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Dasmanto 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan
Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2007. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio,
Return on Assets, Return on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Total Assets Turnover, Pre-tax Operating Cash Flow Return on
Assets dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa terdapat
perbedaan signifikan untuk Current Ratio, Quick Ratio, Average Abnormal Return, Total Assets Turnover dan pengujian terhadap Return on Assets, Return
on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Pre-tax
Operating Cash Flow Return on Assets tidak terdapat perbedaan yang sigifikan.
Lesmana 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI. Variabel
yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Total Assets, Debt to Total Equity, Total Assets Turnover, Net Profit Margin, Return on Investment,
Return on Equity, Earning Per Share, Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan komparatif. Hasil
penelitian memberikan bukti bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang melakukan akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan yang signifikan,
sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan
32
kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal serupa terjadi pada perusahaan diakuisisitarget.
Dai 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Comparative Analysis of Stock Performance to Announcement of Mergers and Acquisitions Deals in China
Mainland and Hong Kong from 2000-2010. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return AR, AverageAbnormal Return AAR, Cumulative Abnormal
Return CAR. Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Z-statistic Test dan Regression. Hasil Penelitian memberikan bukti bahwa AAR dan CAR
pada perusahaan akuisitor di daratan Cina bernilai positif. Di Hong Kong, AAR positif dan CAR negatif selama periode peristiwa -5,5. Melalui regresi, daerah
akuisisi yang berbeda mempengaruhi return dan metode pembayaran tidak
mempengaruhi AR dan CAR.
Sinha 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Measuring Post Merger and Acquisition Performance : An Investigation of Select Financial Sector
Organizations India. Variabel yang digunakan adalah Return on Net Worth RONW, Earning Per Share EPS, Current Ratio CR, Debt-Equity Ratio
DER, Profit Before Tax, dan Profit Before Tax to Total Income. Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian
memberikan bukti bahwa EPSdan DERmengalami perubahan signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi perusahaan. RONW, CR, Profit Before Tax to
Total Income tidak mengalami perubahan yang signifikan. Profit Before Tax menunjukkan tren positif setelah merger dan akuisisi.
33
Ma 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Abnormal Returns to Mergers and Acquisitions in Ten Asian Stock Market. Variabel yang digunakan
adalah Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah T-test dan Wilcoxon Z-statistic. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pasar modal akan menunjukkan Cumulative Abnormal Return yang positif dan signifikan dalam tiga event window yaitu jendela dua hari
0,1, jendela tiga hari -1,+1, dan jendela lima hari -2,+2. Widyaputra 2006 dalam penelitiannya berjudul Analisis Perbandingan
Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2004. Variabel yang
digunakan adalah Price Earning Ratio PER, Price to Book Value PBV, Earning Per Share EPS, Operating Profit Margin OPM, Net Profit Margin
NPM, Total Assets Turnover TATO, Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji beda Wilcoxon Sign Test, uji Manova, dan event study. Hasil penelitian memberikan bukti ada perbedaan signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah MA; rasio OPM, dan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah
MA; rasio PBV, dan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun setelah MA; rasio OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah MA.
Abnormal return tidak berbeda setelah merger dan akuisisi.
34
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1. Ahmed
2014 Merger and
Acquisitions : Effect on
Financial Performance
of Manufacturing
Companies of Pakistan
1.
Return on Capital
Employed ROCE
2.
Gross Margin
3.
Return on Equity ROE
4.
Net Margin
5.
Operating Profit
6.
Current Ratio CR
7.
Quick Ratio QR
8.
DebtEquity DER
9.
Debt Ratio DR
10.
Fixed Assets Turnover
FATO
11.
Assets Turnover TATO
12.
Sales Growth
13.
Earning Per Share EPS
14.
Break-up Value per Share
Paired Sample
T- statistics
Bahwa kinerja kuangan secara
keseluruhan perusahaan
manufaktur pengakuisisi tidak
signifikan membaik setelah periode
merger. LikuiditasLeverage
CR, QR, DER, DR, Profitabilitas ROCE,
Gross Margin, ROE, Net Margin,
Operating Profit dan posisi modal EPS,
Break-up Value per Share meningkat
secara tidak signifikan sementara
efisiensi FATO, TATO, Sales
Growth memburuk setelah merger.
2. Zaremba
2014 Mergers and
Acquisitions: Evidence on
Post- Announcement
Performance from CEE
Stock Markets 1.
Abnormal Return
2. Average
Cumulative Abnormal
Return Event
Study Terdapat Abnormal
Return yang potitif dan signifikan dalam
jangka pendek. Untuk jangka panjang
terdapat Abnormal Return yang negatif
dan tidak signifikan.
3. Astria
2013 Analisis
Dampak Pengumuman
Merger dan Akuisisi
Terhadap Abnormal
Return Saham Perusahaan
Akuisitor yang Terdaftar di
Abnormal Return Wilcoxon
Signed Rank
Test Abnormal Return
yang berbeda signifi- kan pada periode
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa merger dan akuisisi merupakan
kabar baik bagi pelaku pasar untuk
35
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
BEI Tahun 2006-2008
berinvestasi di pasar modal.
4. Gunawan
2013 Kinerja Pasar
dan Kinerja Keuangan
Sesudah Merger dan
Akuisisi di Bursa Efek
Indonesia 1.
Harga Saham 2.
Current Ratio 3.
Return on Equity
4. Total Assets to
Total Debt Paired
Sample T-test
dan Wilcoxon
Signed Rank
Test Kinerja pasar perusa-
haan mengalami peningkatan yang
signifikan sesudah MA, sedangkan
kinerja keuangan per- usahaan tidak meng-
alami peningkatan yang signifikan sesu-
dah MA. pemba- yaran merger dan
akuisisi dengan saham akan meng-
hasilkan kinerja yang lebih baik daripada
pembayaran tunai.
5. Hamidah
2013 Perbandingan
Kinerja Keu- angan Perusa-
haan Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi pada
Perusahaan Pengakuisisi
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-
2006 1.
Current Ratio 2.
Total Assets Turnover
3. Debt Ratio
4. Return on
Assets 5.
Price Earning Ratio
Paired Sample
T-test Tidak terdapat
perbedaan signifikan Debt Ratio dan Total
Assets Turnover sedangkan terdapat
perbedaan yang signifikan untuk
Current Ratio, Return on Assets, Price
Earning Ratio setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi.
6. Dasmanto
2012 Analisis
Perbandingan Kinerja
Perusahaan dan Abnormal
Return Saham pada
Perusahaan Pengakuisisi
Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi di
Bursa Efek 1.
Current Ratio 2.
Quick Ratio 3.
Return on Assets
4. Return on
Equity 5.
Total Debt to Total Assets
6. Total Debt to
Total Equity 7.
Total Assets Turnover
8. Pre-tax
Operating Cash Flow Return on
Assets uji beda
Paired Sample
T-test Terdapat perbedaan
signifikan untuk Current Ratio, Quick
Ratio, Average Abnormal Return,
Total Assets Turnover dan pengujian
terhadap Return on Assets, Return on
Equity, Total Debt to Total Assets, Total
Debt to Total Equity, Pre-tax
OperatingCash Flow
36
Return on
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Indonesia Periode 2000-
2007 9.
Abnormal Return
Assets tidak terdapat perbedaan yang
sigifikan.
7. Lesmana
2012 Perbedaan
Kinerja Keuangan dan
Abnormal Return
Sebelum dan Sesudah
Akuisisi di BEI
1. Current Ratio
2. Quick Ratio
3. Debt to Total
Assets 4.
Debt to Total Equity
5. Total Assets
Turnover 6.
Net Profit Margin
7. Return on
Investment 8.
Return on Equity
9. Earning Per
Share 10.
Abnormal Return
Metode deskriptif
dengan pende-
katan kompara-
tif Kinerja keuangan
perusahaan pengakui- sisi yang melakukan
akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan
yang signifikan, sedangkan kinerja
keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi
dibandingkan dengan kinerja keuangan
sebelum akuisisi pada perusahaan pengakui-
sisi. Hal serupa ter- jadi pada perusahaan
diakuisisitarget.
8. Dai 2012
Comparative Analysis of
Stock Performance
to Announcement
of Mergers and
Acquisitions Deals in
China Mainland and
Hong Kong from 2000-
2010 1.
Abnormal Return AR
2. Average
Abnormal Return AAR
3. Cumulative
Abnormal Return CAR
Wilcoxon Z-
statistic Test dan
Regressi on
AAR dan CAR pada perusahaan akuisitor
di Cina bernilai positif. Di Hong
Kong, AAR positif dan CAR negatif
selama periode peristiwa -5,5.
Melalui regresi, daerah akuisisi yang
berbeda mempenga- ruhi return dan
metode pembayaran tidak mempengaruhi
AR dan CAR.
9. Sinha
2010 Measuring
Post Merger and
Acquisition Performance :
An Investigation
of Select Financial
1. Return on Net
Worth RONW 2.
Earning Per Share EPS
3. Current Ratio
CR 4.
Debt-Equity Ratio DER
5. Profit Before
Tax Wilcoxon
Signed Rank
Test EPSdan DERmeng-
alami perubahan sig- nifikan sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi perusahaan.
RONW, CR, Profit Before Tax to Total
Income tidak meng- alami perubahan yang
37
Sector 6.
Profit Before signifikan. Profit.
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Organizations India
Tax to Total Income
Before Tax menunjukkan tren
positif setelah MA
10. Ma 2009 Abnormal
Returns to Mergers and
Acquisitions in Ten Asian
Stock Market
1. Abnormal
Return AR 2.
Cumulative Abnormal
Return CAR
T-test dan
Wilcoxon Z-
statistic Pasar modal akan
menunjukkan CARyang positif dan
signifikan dalam tiga event window yaitu
jendela dua hari 0,1, jendela tiga hari
-1,+1, dan jendela lima hari -2,+2.
11. Widyaputra 2006
Analisis Perbandingan
Kinerja Perusahaan
dan Abnormal Return Saham
Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi pada
Bursa Efek Jakarta
Periode 1998- 2004
1. Price Earning
Ratio PER 2.
Price to Book Value PBV
3. Earning Per
Share EPS 4.
Operating Profit Margin OPM
5. Net Profit
Margin NPM 6.
Total Assets Turnover
TATO 7.
Return on Assets ROA
8. Return on
Equity ROE 9.
Abnormal Return AR
uji beda Wilcoxon
Sign Test, uji
Manova, dan event
study Ada perbedaan
signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian
1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah
MA; rasio OPM, dan ROE untuk
pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun
setelah MA; rasio PBV, dan OPM untuk
pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun
setelah MA; rasio OPM untuk
pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun
setelah MA. Abnormal return
tidak berbeda setelah merger dan akuisisi.
1.3 Kerangka Konseptual