pengumuman produk baru, pengumuman peluncuran situs internet, dan lain sebagainya Jogiyanto, 2010:3.
8. Return Saham
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan di dalam
perhitungan indeks harga saham. Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham, kebanyakan harga saham berbeda
dengan nilai saham, makin sedikit informasi yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai saham, makin jauh perbedaan tersebut Jogiyanto,
2010: 130. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau
return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa datang. Return realisasi merupakan return yang telah
terjadi dan dihitung berdasarkan data historis dan return realisasi itu penting bagi perusahaan karena digunakan sebagai dasar penentu
return ekpektasi dan risiko di masa datang. Return saham sesungguhnya Ri,t diperoleh dari harga saham
harian sekuritas i pada waktu ke-t Pi,t dikurangi harga saham harian sekuritas i pada waktu ke t-1 Pi,t-1, dibagi harga saham harian
sekuritas i pada waktu t-1 Pi,t-1 .
9. Ekspektasi Return
Ekspektasi return saham merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor, dalam menghitung ekspektasi return dapat
menggunakan pendekatan sebagai berikut.
a. Capital Asset Pricing Model CPAM
Yaitu E i = 1 +β
m
– R
f
, dimana R
f
adalah tingkat suku bunga bebas risiko yang dalam hal ini menggunakan rata-rata
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI harian yang nilainya disesuaikan dari suku bunga SBI tahunan. Rm adalah return pasar
yang dalam hal ini return indeks LQ-45 , dan β adalah beta masing-
masing saham yang dihitung dengan menggunakan interpolasi dengan menggunakan data return harian. Return saham harian dan
return pasar harian dihitung berdasarkan formula tradisional, yaitu persentase selisih dari nilai periode t terhadap nilai periode t-1
dibagi periode t-1 dan hasilnya dikalikan 100. Abnormal return saham merupakan selisih antara return
sesungguhnya dan return yang diharapkan. Abnormal return bisa bernilai positif atau negatif.
b. Mean Adjusted Model
Model disesuaikan rata-rata Mean-adjusted model menganggap bahwa return ekspektasi yang bernilai konstan sama
dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi estimation period:
∑
Dimana: E R
i,t
= Expected Return sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t Ri, j
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode
estimasi ke-j t
= Lamanya periode estimasi.
Jogiyanto, 2010: 73 Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum
periode peristiwa. Periode peristiwa event period disebut juga periode pengamatan atau jendela peristiwa.
c. Market Adjusted Model
Model disesuaikan pasar menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut, dengan menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk
model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Dimana: E R
i,t
= Expected return sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t R
M i,t
= Return pasar dari sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t Jogiyanto, 2010: 76
d. Single Index Market Model SIMM
Pendapatan saham yang diharapkan adalah pendapatan yang diharapkan dari suatu saham di masa depan yang sesuai
dengan tingkat risiko dari saham tersebut. Sebelum menghitung ekspektasi return terlebih dulu mencari besarnya koefisien nilai
alpha dan beta untuk masing-masing saham dengan cara meregresikan R
i,t
dengan R
mt
selama periode yang diteliti. Menghitung normal return dengan menggunkan alpha dan beta
yang telah diperhitungkan sebelumnya, sedangkan market return yang digunakan adalah market return selama periode penelitian
dihitung dengan menggunakan Single Indeks Market model SIMM, yaitu dengan rumus:
E R
i,t
= αi + βi x R
mt
Jogiyanto. 2010: 79 Dalam penelitian ini, return ekpektasi dihitung dengan
menggunakan Single Index Market Model SIMM sebab peneliti ingin menggunakan data realisasi selama periode estimasi lalu
menggunakan model ekspektasi yang terbentuk pada periode estimasi tersebut untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode
jendela.
10. Aktivitas Volume Perdagangan Trading Volume Activity
Aktivitas volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam análisis teknikal pada penilaian harga
saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas
volume perdagangan saham di pasar. Oleh karena itu, perusahaan yang berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar
seharusnya bereaksi positif.
Menurut Suryawijaya dan Setyawan 1998 Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal. Ditinjau dari
fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa TVA merupakan variasi dari event study. Perbedaan keduanya terletak pada parameter yang
digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu event. Pendekatan TVA dapat digunakan untuk menguji hipotesis
pasar efisien pada bentuk lemah weak form efficy. Hal ini terjadi karena pada pasar yang belum efisien dalam bentuk lemah, perubahan
harga belum dengan segera mencerminkan informasi yang ada karena pada weak form menggunakan data yang lampau, sehingga tidak dapat
digunakan untuk memprediksi harga sekarang, sehingga investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal
return. Jadi, reaksi pasar modal hanya dapat diamati melalui pergerakan volume perdagangan yang terjadi di pasar modal yang
diteliti Tri Adi Setyawan: 2006.
11. Likuiditas Saham