1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia memberikan subsidi terhadap dua jenis produk minyak perusahaan pertambangan dan minyak Indonesia
PERTAMINA, yaitu untuk produk bernama “Premium” bahan bakar dengan minyak dengan kadar atau tingkat oktan 88 dan minyak diesel
bernama “Solar”. Solar digunakan untuk layanan publik, transportasi, perikanan, dan perusahaan skala kecil dan menengah. Harga eceran
produk-produk ini diatur dan dipertahankan dibawah harga pasar. Pemerintah tidak lagi mensubsidi minyak untuk konsumen industri.
Kebutuhan subsidi BBM tahun 2013 dirasakan cukup besar, hal tersebut dikarenakan terjadinya kenaikan harga minyak mentah di pasar
internasional dan besarnya permintaan BBM dalam negeri. Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas pengeluaran rutin serta dengan
berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengupayakan pengurangan dan penurunan subsidi BBM melalui
peningkatan harga jual BBM. Pada tahun 2013 penyesuaian harga jual BBM dilakukan pada hari sabtu tanggal 22 Juni, premium semula seharga
Rp 4.500liter naik menjadi Rp 6.500liter serta solar yang semula Rp 4.500liter menjadi Rp5.500liter.
Sebelum tahun 2010 pemerintah Indonesia mengeluarkan dana lebih besar untuk subsidi energi dari pada jumlah yang dikeluarkan untuk
belanja pertahanan, pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Sebelum tahun 2009, pengeluaran pemerintah untuk subsidi energi lebih besar dari
pada pengeluaran modal untuk infrastruktur publik sistem transportasi, serta fasilitas air dan sanitasi. Baru-baru ini pemerintah telah
meningkatkan pengeluarannya dibidang lain, namun subsidi energi masih dapat dikatakan tinggi.
Tabel 1. Pengeluaran dan Subsidi Pemerintah Tahun 2005-2011 dalamTrilyun Rupiah
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pengeluaran total
361 440
505 693
629 782
837 Seluruh Subsidi
121 117
150 275
138 201
188 Subsidi Energi
105 95
117 223
95 144
137 BBM
96 64
84 139
45 89
96 Listrik
9 31
33 84
50 55
41 Penanaman Modal
33 55
64 73
76 95
136 Pertahanan
22 24
31 9
13 21
47 Pendidikan
29 45
51 55
85 97
92 Kesehatan
6 12
16 14
16 20
14 Jaminan Sosial
2 2
3 3
3 4
5 Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia Tahun 2011
Dalam perjalanannya pemerintah Indonesia sudah berkali-kali melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan berbagai alasan,
berikut riwayat harga BBM bersubsidi beberapa tahun terakhir.
Tabel 2. Riwayat Harga Premium dan Solar
Sumber : www.esdm.go.id Dampak kenaikan BBM akan dirasakan oleh perusahaan-
perusahaan dalam negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kenaikan harga BBM biasanya akan disertai dengan laju inflasi yang
semakin tinggi dan naiknya biaya produksi serta biaya operasi perusahaan. Penurunan subsidi BBM yang dilakukan oleh pemerintah di satu
sisi akan mengurangi beban pemerintah dalam anggaran dan beban subsidi dapat dialokasikan untuk kepentingan yang lain, namun disisi lain
kebijakan tersebut mengharuskan pemerintah menaikan harga jual BBM. Dengan adanya kenaikan harga BBM tersebut dapat dipastikan
menimbulkan apa yang disebut efek spiral. Efek spiral yang akan muncul adalah adanya kenaikan harga semua barang dan jasa. Sektor yang
Berlaku Harga Rupiah per Liter
Tahun Tanggal
Premium Solar
2013 22 Juni
6.500,00 5.500,00
2009 15 Januari
4.500,00 4.500,00
2008 15 Desember
5.000,00 4.800,00
1 Desember 5.500,00
5.500,00 24 Mei
6.000,00 5.500,00
2005 1 Oktober
4.500,00 4.300,00
1 Maret 2.400,00
2.100,00 2003
21 Januari 1.810,00
1.650,00 1 Januari
1.810,00 1.890,00
langsung terpengaruh oleh kenaikan harga BBM adalah sektor transportasi dan sektor industri.
Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan sebagai bagian dari instrumen perekonomian yang
mempertemukan modal dari pihak yang berlebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Pasar modal memiliki peran strategis dalam
pembangunan nasional dan sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha.
Naik turunnya harga saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh informasi. Informasi yang membawa kabar baik akan menaikan harga
saham, begitu juga sebaliknya informasi yang membawa kabar buruk akan menurunkan harga saham. Informasi makro seperti kondisi ekonomi dunia,
kebijakan pemerintah, berita politik, serta kebijakan yang berkenaan dengan pasar modal. Informasi mikro adalah informasi yang berkaitan
dengan kondisi perusahaan seperti kebijakan pembayaran dividen, investasi, dan peluncuran produk baru.
Volume perdagangan saham dan abnormal return sebagai variabel indikator transaksi perdagangan efek di bursa efek yang dapat diamati dan
diteliti untuk melihat reaksi pasar modal terhadap pengumuman kenaikan BBM. Fluktuasi volume perdagangan saham merupakan suatu indikator
yang penting untuk mempelajari tingkah laku pasar dalam melakukan aksi jual beli di pasar modal. Adanya keberadaan sebuah informasi tersebut
akan mempengaruhi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan maka semakin likuid
saham tersebut Anoraga dan Pakarti, 2006: 87. Indeks LQ-45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang
paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ-45 menggunakan 45 saham yang terpilih
berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan setiap bulan Februari dan Agustus. Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal karena sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan.
Saham-saham yang terdapat dalam indeks LQ-45 sangat aktif diperdagangkan oleh sebab itu maka informasi-informasi ekonomi dan
kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga BBM akan lebih cepat mendapat respon dari para pelaku pasar.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini berusaha mengetahui “Pengaruh Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Tanggal 22 Juni
2013 terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity Pada Perusahaan yang Masuk dalam Indeks LQ-
45”. Penelitian ini menguji kekuatan informasi dari suatu peristiwa terhadap aktivitas di Bursa Efek,
atau mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa kenaikan harga BBM.
B. Identifikasi Masalah