dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan
mungkin memperoleh ridha dan pahala dari Allah. Dari pengertian ibadah tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa ibadah adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah yang berkaitan dengan akhlak dan kewajiban sebagai
seorang pribadi dan seorang yang bermasyarakat yang sesuai dengan ketentuan Allah walaupun bertentangan dengan keinginan
pribadi, melaksanakan syariat dan hukum Allah SWT dengan selalu menganggungkan dan mengesakan-Nya dengan cara
menyembah kepada-Nya tanpa menyekutukan dengan sesuatu pun untuk mencapai keridhaan dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
Macam-macam ibadah ditinjau dari segi ruang lingkup: Ditinjau dari ruang lingkupnya, ibadah terbagi menjadi dua
macam: 2.
Ibadah Khashah, yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash,
seperti shalat, zakat, puasa,haji dan lain sebagainya. 3.
Ibadah „ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena
Allah SWT ikhlas, seperti makan dan minum, bekerja,
amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil,berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya.
73
Adapun yang disunatkan dalam shalat seperti adzan, menjawab adzan, iqomat, shalat sunnat rawatib dan
membaca kalimat dzikir seperti tasbih dan doa.
74
c. Pelaksanaan Ibadah Shalat
Dari segi pelaksanaannya shalat terbagi menjadi dua: 1.
Shalat jama‟ah, yaitu shalat yang dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan ma’mum, shalat yang dilakukan secara
berjama’ah ini adakalanya shalat wajib seperti shalat lima waktu dan adakalanya shalat sunnat seperti shalat tarawih.disamping itu
ada pula yang diwajibkan berjama’ah seprti shalat jum’at dan shalat lima waktu. Adapun keutamaan
shalat berjama’ah adalah sebagai pembinaan pribadi seorang muslim yang memiliki fungsi
sosial dan pahalanya dua puluh tujuh derajat dibanding dengan
shalat sendirian.
2. Shalat munfarid, yaitu shalat yang dilakukan secara sendirian. Shalat ini adakalanya memang disunnatkan berjama’ah seperti
shalat sunnat rawatib shalat sunnat yang mengiringi shalat wajib
73
Rahman Ritongga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, Cet.Ke-1, h. 10.
74
Fiqih Sunnah dan Pendapat Emapat Madzhab Singapore: Darul Sunnah, 1996, h. 223.
dan ada kalanya disunnatkan berjama’ah tetapi dilakukan sendirian seperti shalat lima waktu.
75
d. Hakikat Ibadah
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa: Dalam syari’at Islam,
ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan,
sedangkan kecintaan merupakan implementasi dari ibadah tersebut. Disamping itu, ibadah juga mempunyai unsure kehinaan, yaitu
kehinaan yang paling rendah dihadapan Allah. Pada mulanya ibadah merupakan hubngan, karena adanya hubungan hati dengan yang
dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan, yang akhirnya samapai kepada puncak kecintaan kepada
Allah.
76
Hasbi Ash- Shiddiqy menyatakan bahwa “hakikat ibadah adlah
ketundukan jiwa yang timbul karena hati jiwa merasakan cinta akan tuhan yang ma’bud disembah dan merasakan kebenaran-Nya,
lantaran ber’i’tikad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya”.
77
Orang yang tunduk kepada orang lain serta mempunyai unsure kebencian tidak dinamakan a’bid orang yang beribadah, begitu pula
75
Ibid., hal. 114.
76
Yusuf Qarhawi, op.cit., h. 31.
77
Hasbi Ash-Shiddiqy, op.cit., h. 8-9
orang yang cinta kepada sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, seperti orang cinta kepada anak atau temannya. Kecintaan yang sejati adalah
kecintaan kepada Allah. Apabila makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ahli
ilmu diperhatikan baik-baik, nyatalah bahwa pengertian yang diberikan oleh satu golongan menyempurnakan pengertian yang diberikan oleh
golongan lain. Dengan kata lain, masing-masing pengertian saling melengkapi dan menyempurnakan.
Oleh karena itu, tidaklah dipandang telah beribadah sempurna ibadahnya seorang mukallaf kalau hanya mengerjakan ibadah-ibadah
dalam pengertian fuqoha atau ahli ushul saja, melainkan disamping ia beribadah dengan ibadah dalam pengertian fuqoha tersebut, ia juga
melakukan ibadah dengan ibadah yang dimaksudkan oleh ahli tauhid, ahli ibadh, ahli tafsir serta ahli akhlak. Maka apabila telah terkumpul
pengertian-pengertian tersebut, barulah terdapat padanya hakikat ibadah.
78
e. Perintah Melaksanakan Ibadah
Didalam Al- Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam hal Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah
dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif,
78
Hasbi Ash-Shiddiqy, op.cit., h. 10-11.