Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Pembinaan Ibadah Shalat Di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung

(1)

POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DALAM PEMBINAAN IBADAH SHALAT DI RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL PULO

GEBANG CAKUNG

Oleh Aziyati Ruhmana NIM: 208051000031

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013/1434 H


(2)

GEBANG CAKUNG

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Aziyati Ruhmana NIM: 208051000031

Pembimbing

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily. M.A NIP. 19710412220003201

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013/1434 H


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juli 2013


(5)

i ABSTRAK AZIYATI RUHMANA,

Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Pembinaan Ibadah Shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung

Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur merupakan lembaga pendidikan tingkat prasekolah yang berfungsi untuk membimbing, mengawasi, dan mengembangkan perkembangan fisiologis dan psikologis anak dengan nuansa Islami. Salah satunya adalah dengan melakukan pembinaan ibadah shalat. Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Komunikan (siswa) dan komunikatornya adalah guru yang menyampaikan pesan berupa materi ibadah shalat. Dalam pembinaan ibadah shalat tidak terlepas dari adanya hubungan komunikasi. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting pada proses belajar mengajar. Komunikasi yang baik antara guru dan murid maka akan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Sehingga dengan demikian diperlukan konsep pola komunikasi antara guru dan murid yang baik agar proses belajar mengajar pun menjadi efektif.

Untuk mengetahui pola komunikasi guru dan murid dalam pembinaan ibadah shalat, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan yang meliputi dua hal: Bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh guru RA Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak? Bagaimana faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil?

Adapun teori yang digunakan oleh penulis adalah teori dari Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, menguraikan ciri-ciri komunikasi yang efektif ada lima: Pengertian, Kesenangan, Mempengaruhi Sikap, Hubungan sosial yang baik, Tindakan. Sedangkan metode yang digunakan adalah tanya jawab, nasihat, curhat dari hati ke hati (komunikasi secara pribadi), demonstrasi, ceramah, monitoring dan cerita (kelompok). Dalam hal ini, Siswa (komunikan) diberikan materi tentang ibadah shalat oleh guru (komunikator) yang berlangsung secara tatap muka baik komunikasi antarpribadi maupun kelompok.

Metodologi penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan, komunikasi yang dipakai dalam membina ibadah shalat murid menggunakan komunikasi kelompok kecil dalam memberi pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. Sedangkan pola komunikasi antar pribadi (interpersonal) secara tatap muka (face to face) untuk menilai pemahaman murid tentang gerakan shalat dan pengucapan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. Sedangkan faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil karena faktor murid, faktor lingkungan, dan faktor media.


(6)

ii

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. Karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang senantiasa menuntun kita kejalan yang di ridhai Allah SWT.

Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan, bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka haturan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniasi. Wakil Dekan Bid. Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A., Wakil Dekan Bid. Administrasi Umum Drs. H. Mahmud Jalal, M.A., dan Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Study Rizal LK, M.A. 2. Drs. Jumroni, M.SI dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua Jurusan dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Almarhumah Dra. Hj. Asriati Jamil selaku ketua Kordinator Program Non Reguler.

4. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekretaris Program Non Reguler sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya di tengah kesibukan dan tidak bosan berhenti member ide, bimbingan, nasihat, kritik, dan motivasi yang diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

iii

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Drs. H. Zaenal, A.G, selaku Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung, Ibu Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung, para guru pembina Ibadah Shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil (Ibu Khairiah, Ibu Rukoyah, Ibu Maemunah, Ibu NurhikmahYanti, dan Ibu Miftahus Sa'adah), dan segenap keluarga besar RA Insanul Kamil yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Teruntuk yang mulia kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. H. Faizin dan Ibunda Hj. Haryanti, yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih, dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan dan doa-doa dalam setiap shalatnya, doa yang selalu mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adikku Fina Nabilah, Raedah Haq dan Aufa Syarofi kalian semua adalah inspirasi dalam hidupku untuk terus menjadi Kakak yang sukses dan dapat menjadi inspirasi untuk kalian.

10.Untuk anakku tersayang Adam Ahmada yang selalu memberi semangat dan senantiasa menghibur bunda.


(8)

iv

untuk penulis yang tidak tidak bisa disebutkan satu persatu, jazakallah atas dukungannya.

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing

dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin…

Jakarta, 21 Juli 2013

Aziyati Ruhmana Penulis


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I: Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi penelitian ... 9

F. Sistematika penulisan ... 12

BAB II: Tinjauan Teoretis ... 13

A. Pola Komunikasi ... 13

1. Pengertian Pola Komunikasi ... 13

2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 17

3. Macam-Macam Pola Komunikasi ... 21

B. Pembinaan Ibadah Shalat ... 24

1. Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan ... 24

2. Macam-Macam Pembinaan ... 26


(10)

vi

B. Visi Misi dan Tujuan ... 34

1. Visi ... 34

2. Misi ... 35

3. Tujuan ... 35

B. Sarana dan Prasarana ... 36

C. Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal ... 37

1. Profil Guru Pembina Ibadah Shalat ... 37

2. Profil Murid Raudhatul Atfhal ... 39

D. Historisitas Kegiatan ... 40

BAB IV: Analisis Hasil Penelitian ... 43

A. Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat ... 43

B. Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat ... 52

BAB V: Penutup ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60 Lampiran-Lampiran


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di sekolah di tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Semua manusia terlibat dalam kegiatan komunikasi dan berbahasa. Komunikasi akan berjalan dengan lancar dan berhasil bila proses itu berjalan dengan baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh Widjaya, Komunikasi adalah

“hubungan kontak langsung maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.”1

Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang paling cermat, sehingga maksud dan tujuan dalam komunikasi dapat tersampaikan dan dimengerti oleh sipenerima informasi. Komunikasi dikatakan efisien apabila berusaha untuk mengurangi sebanyak-banyaknya waktu dan biaya dalam pertukaran informasi, namun informasi yang disampaikan dapat dimengerti. Sedangkan komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terjadi apabila pengertian penerima sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh pengirim.

1

H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000). cet. ke-2. h. 26


(12)

Oleh karena itu ketiganya saling terkait, komunikasi yang baik harus yang bersifat efektif, efisien, dan baik.

Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Percakapan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas merupakan salah satu realitas komunikasi. Komunikasi di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak didik. Proses perubahan tingkah laku tersebut terutama terjadi melalui komunikasi. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting pada proses belajar mengajar. Sebab proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2

Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sebab fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan pola kumunikasi yang baik pula.3 Selain agar tercipta komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, kemampuan tersebut juga dapat membantu seorang pengajar untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan

2

H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilnu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta. 2005). cet. ke-I,h. II

3


(13)

3

memelihara lingkungan, bermain dan mencari hiburan, dan membantu orang lain.

Pada Diskusi Publik “Nasionalisme dan Masa Depan Pendidikan Kita” yang diadakan MAARIF Institute, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (23/10) malam, Anies menilai guru merupakan ujung tombak masalah pendidikan di Indonesia, sebab edukasi merupakan proses interaksi antar manusia. Lebih lanjut Anies mengatakan, sistem pendidikan Indonesia saat ini belum memberikan apresiasi khusus kepada guru, padahal apresiasi terhadap guru mencerminkan bagaimana seseorang mengapresiasi masa depan bangsa. Apresiasi terhadap guru, menurut Anies, tidak selalu harus berbicara gaji, namun juga mengenai komponen pengembangan guru itu sendiri.4

Menurut Miftah Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar sendiri sebab mekanismenya memungkinkan sipelajar terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan mengkaji dirinya, apakah yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka diperlukan suatu pendekatan komunikasi yaitu; pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan).5

4

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/10/23/mccq9k-anies-baswedan-guru-ujung-tombak-pendidikan (di akses 1 April 2013)

5

M. Miftah, M.Pd. Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran, (BPM Semarang – Pustekkom – Depdiknas)


(14)

Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (Kober), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu Terintegrasi PAUD (POSPAUD) merupakan beberapa lembaga pendidikan yang khusus didirikan untuk anak. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi sekarang ini, pendidikan anak usia dini dianggap sebuah keniscayaan untuk mengembangkan kreatifitas dan mental anak sebelum menginjak pada pendidikan formal selanjutnya. Sebab pendidikan anak pada usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.6

Dan, lembaga tersebut tadi merupakan lembaga pendidikan tempat bermain, belajar, dan berinteraksi serta bersosialisasi anak. Fasilitas yang memadai, sumber dana yang kuat, dan kurikulum yang baik akan sangat menunjang perkembangan anak, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur.

Raudhatul Atfhal Insanul Kamil adalah lembaga pendidikan tingkat prasekolah yang berfungsi sebagai tempat anak-anak untuk bermain bersama teman sebaya mereka. Selain itu, lembaga ini berfungsi untuk membimbing dan mengawasi serta mengembangkan perkembangan fisiologis dan psikologis anak dengan nuansa Islami. Arah Islami di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil yaitu dengan pengenalan peserta didik terhadap rukun iman, rukun Islam, dan pembinaan akhlakul karimah lebih mendalam. Salah satunya

6

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 4


(15)

5

adalah dengan melakukan pembinaan ibadah shalat. Pembinaan ini dilakukan untuk menumbuh kembangkan ibadah shalat anak didik.7

Sebab pada tahap usia Raudhatul Atfhal perkembangan kognitif anak berada pada tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Berdasarkan beberapa fenomena dan kajian di atas, cukup penting sekali pola komunikasi guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam

7

Raudhatul Atfhal merupakan salah satu bentuk PAUD jalur pendidikan formal. Pada prinsipnya penyelenggaraan Raudhatul Atfhal memiliki banyak kesamaan dengan Taman Kanak-Kanak bahkan sama dengan Taman Kanak-Kanak-Kanak-Kanak Islam. Perbedaan Raudhatul Atfhal dengan Taman Kanak-Kanak ada pada nuansa keagamaannya, dimana nuansa agama Islam pada Raudhatul Atfhal lebih menonjol dan menjiwai keseluruhan proses belajar mengajar. Raudhatul Atfhal adalah satuan pendidikan anak usia dini yang memiliki karakteristik keagamaan, maka kurikulumnya harus memunculkan ciri khas keagamaan. Berdasasrkan hal tersebut pihak pengelola Raudhatul Atfhal yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, memiliki tantangan untuk KTSP yang dapat menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi berbagai tuntutan globalisasi dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta berlandaskan iman dan takwa.


(16)

Pembinaan Ibadah Shalat Di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Skripsi ini membahas pola komunikasi guru pada pembinaan ibadah shalat. Agar peneliti lebih fokus, peneliti membatasi permasalahan pada pola komunikasi yang terjadi pada proses pembinaan ibadah shalat peserta didik Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur tahun ajaran 2011-2012.

Adapun rumusan masalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak?

2. Bagaimana faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

a. Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak. b. Untuk mengetahui faktor penghambat pola komunikasi pembinaan


(17)

7

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat:

a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi mengenai hubungan komunikasi dengan pendidikan dalam membina ibadah shalat yang mungkin untuk diterapkan pada anak usia dini.

b. Secara Praktis, bagi penulis ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah dan bagi pemerhati komunikasi dan pendidikan dalam pembinaan anak usia dini, khususnya di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penelitian ini dapat memberikan penjelasan praktis terhadap pola komunikasi para guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas Dakwah maupun perpustakaan utama UIN Jakarta. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis belum menemukan judul yang sama seperti judul skripsi yang peneliti ambil. Akan tetapi peneliti melihat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan tema yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Penerapan Nilai

Keislaman Di MAN 7 Jakarta. Oleh Nurhasanah, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Pada skripsi metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pola


(18)

komunikasi yang digunakan pada judul ini adalah dengan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka.

2. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan. Oleh Shochibul Hujjah, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Skripsi menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang dilakukan pada skripsi ini menggunakan pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka dan dialog.

3. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Agama terhadap Siswa dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat. Oleh Eka Irmawati, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini menggunakan metodelogi deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang digunakan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan cara tatap muka dan breafing.

4. Skripsi, Pola Komunikasi Guru dan Murid dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah Pada Paud Amanah di Benda Tangerang. Oleh Rizki Amelia, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini menggunakan metodelogi deskriptif. Pola komunikasi yang digunakan komunikasi kelompok kecil dan pola komunikasi antar pribadi secara tatap muka.

Adapun perbedaan skripsi yang penulis teliti ini lebih kepada pola komunikasi guru dan murid di Raudhatul Atfhal (RA) dalam membina ibadah shalat.


(19)

9

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Dengan mengamati kasus dari berbagai sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis.8

Dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriptif peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.9

Ciri lain dalam metodologi kualitatif deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah yang dimaksudkan bahwa peneliti terjun kelapangan.10 2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi, merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek

8

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: 2007), Cet. ke.2, h. 102

9

Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 22

10


(20)

yang diteliti,11 yakni bagaimana pola komunikasi guru dan murid dalam membina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung.

b. Depth Interviewing, Wawancara mendalam dengan informan yang dijadikan narasumber yang relevan dengan substansi utama penelitian. Tujuan mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba adalah mongkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan diharapkan untuk dapat mengubah, dan memperluas informasi yang telah diperoleh.12

c. Studi dokumentasi, mengumpulkan data berupa buku, majalah, makalah, literatur-literatrur dan arsipa-arsip milik Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penulis juga mengumpulkan beberapa buku atau pun tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasa penelitian ini.

3. Teknik Analisis Data

Beberapa langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini:

a. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, observasi langsung baik dengan mengikuti kegiatan komunikasi dan pembinaan maupun dengan melakukan komunikasi verbal dengan para pengajar di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan lain sebagainya.

11

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, h. 25

12

Lincoln Yvona S., dan Egon G. Guba, Natularistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage Publication, 1995), h. 266


(21)

11

b. Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

c. Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, atau pun uraian penjelasan.

d. Penganalisisan data. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menganalisis data dengan menyususn kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas dengan kerangkan teori pola komunikasi.

e. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan. 4. Pedoman Penulisan

Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Indah Blok K4/36 Cakung Jakarta Timur dengan. Sedangkan waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011, dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan setiap hari sesuai pada hari pembelajaran berlangsung.

6. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini


(22)

adalah pola komunikasi guru dan murid dalam pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dibahas Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoretis, yang meliputi, Pola Komunikasi: Pengertian Pola Komunikasi, Unsur-Unsur Komunikasi, dan Macam-Macam Pola Komunikasi. Pembinaan Ibadah Shalat: Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan, Macam-Macam Pembinaan, dan Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat. BAB III : Gambaran Umum. Raudhatul Atfhal Insanul Kamil: Sejarah

Berdiri, Visi Misi dan Tujuan, Sarana dan Prasarana, Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal, dan Historisitas Kegiatan. BAB IV : Analisis dan Temuan. Menjelaskan, Pola Komunikasi Guru

Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat dan Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat.


(23)

13

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan rangkaian dari dua kata yang memiliki keterkaitan makna, di mana antara makna satu dengan makna yang lainnya saling mendukung satu sama lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pola memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.1 Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2

Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3

Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pola adalah gambaran, bentuk, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada pembahasan ini, makna pola dapat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkulnya (komunikasi).

1

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 885

2

Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605

3


(24)

Kata komunikasi itu sendiri berasal dari bahasa latin “communicate” yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik

feedback.4

Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendi, menurut Onong komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “communication” yang bersumber dari bahasa latin, “communication” atau “communis” yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.5 Lebih lanjut Onong mengatakan, bahwa komunikasi mempunyai arti pemberitahuan atau pertukaran pikiran,6 baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.7

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi secara etimologi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita.8 Sedangkan menurut Arni Muhammad, komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi.9

Menurut penulis dari beberapa definisi di atas memiliki tujuan yang sama, yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana

4

A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 35

5

Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1, h. 4

6

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, h. 4

7

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet, ke-2, h. 6

8

Dept. Pendidikan, h. 454

9


(25)

15

mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.

Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi. Schramm dalam T. A. Lathief Rosyidi merumuskan adanya kondisi yang harus diketahui jika kita menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in Communication, yang terdiri dari: a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

dapat menarik perhatian komunikasi.

b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.10

10

T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT. Firma Rimbow, 1985), h. 48


(26)

Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya “psikologi komunikasi” ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan 5 hal:

1) Pengertian: komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.

2) Kesenangan: menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

3) Mempengaruhi sikap: dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. 4) Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. 5) Tindakan: membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai

dengan pesan yang diiginkan.”11

Dari lima ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia. Melalui komunikasi akan ditemui jati diri, dapat mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya.

Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna, dimana salah satu kata tersebut mendukung makna lainnya. Pola komunikasi adalah bentuk,

11

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-15, h. 13-16


(27)

17

gambaran atau rancangan bagaimana proses komunikasi antara komunikan dengan komunikator dapat berjalan dengan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan itu dapat sampai dan bisa mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan secara face to face

communication, dan dapat juga melalui sebuah medium

telepon/menggunakan media komunikasi (Komunikasi Massa) baik secara lisan ataupun tulisan dan baik yang terjadi secara individu, antar individu maupun kelompok.

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara lain sebagai berikut:

a. Komunikator (Source)

Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan. Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapaitujuannya. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap komunikator.

Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk,


(28)

model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor- faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai

encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian sediri.12

Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya : 1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya. 2) Kemampuan berkomunikasi.

3) Mempuyai pengetahuan yang luas. 4) Sikap.

5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.13

Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengankarakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap empatiknya tersebut.

12

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h. 59

13


(29)

19

b. Pesan (Massage)

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.

Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.

c. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)

Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.14 Dalam hal ini perlu diperhatikan karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya, pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dan usianya. Akan hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.

14


(30)

d. Saluran Komunikasi (Media Komunikasi)

Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback

dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur.

Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi.

e. Efek Komunikasi

Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu


(31)

21

diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain.

Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu : 1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. 2) Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif.

Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

3) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan.15

3. Macam-Macam Pola Komunikasi

Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi) dan komunikasi kelompok.

a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)

15

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-4, h, 7


(32)

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.16 Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator.17

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol. b. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)

Komunikasi antar pribadi adalah “proses paduan penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.”18

Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis

16

Sasa Djuarsa Sendjaja, PengantarKomunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h. 39

17

Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1992). Cet. ke-1, h. 4

18

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet. ke-5, h. 126


(33)

23

berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.19

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung, keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.20 Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.21

Komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua bagian kelompok kecil. Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana

19

Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta: Grasindo, 2002), cet. ke-1, h. 88

20

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), cet. ke-2, h. 5

21

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet 2, h. 33


(34)

setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antar satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah memberikan tanggapan kepada masing-masing individu komunikan.22

Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti.

B. Pembinaan Ibadah Shalat

1. Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Pembinaan adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.”23 Arti dapat ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiks-an sehingga menjadi “proses, perbuatan, atau cara.” Sementara menurut Poerwadarminta dalam Shochibul Hujjah, mengartikan pembinaan dengan “pembangunan dan pembawaan”.24 Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan pembangunan atau pembawaan.

22

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 129

23

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 152

24

Shochibul Hujjah, Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta, 2011), h. 27


(35)

25

Sedangkan menurut Abdur Rahim, “Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentusaja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.25

Pembinaan merupakan segala usaha, ikhtiar, dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.26 Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh S. Hidayat, bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar terencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan subjek didik dengan tindakan, pengarahan, bimbingan, pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.27

Dari beberapa definisi pembinaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu upaya yang dijalankan secara sistemik sebagai usaha menuju pada perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, ciri-ciri pembinaan adalah:

25

Abdur Rahim, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67

26

Masdar Hilmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973), h. 53

27

Jumhur dan Muh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1987), h. 25


(36)

a. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan.

b. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah.

c. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan.

d. Pembinaan diartikan sebagai usaha menata kondisi yang pantas.28 Agar langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dapat terlaksana dengan efektif, perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:

a. Menganalisis kebutuhan lembaga, kebutuhan tugas dan kebutuhan siswa.

b. Menentukan sasaran dan materi program pembinaan. c. Menentukan metode dan prinsip yang digunakan. d. Mengevaluasi program pembinaan.29

2. Macam-Macam Pembinaan30

Pembinaan secara umum ada beberapa macam, yaitu: a. Pembinaan Orientasi

Pembinaan ini diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan kerja. Bagi orang yang sama sekali

28

Hadi Suyono, Social Intelegence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 180

29

Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 139

30

Juli Astuti, Pembinaan Shalat Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 10-11


(37)

27

belum berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok.

b. Pembinaan Kecakapan

Pembinaan ini untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki/mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Pembinaan Kepribadian

Pembinaan ini menekankan pada pengembangan sikap dan kepribadian. Bagaimana untuk membantu orang agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran/cita-cita hidup yang sehat dan benar.

d. Pembinaan Kerja

Pembinaan ini diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya. Pada dasarnya pembinaan ini diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu.

e. Pembinaan Penyegaran

Pembinaan ini hampir sama dengan pembinaan kerja. Pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada.

f. Pembinaan Lapangan

Pembinaan ini bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam situasi nyata agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini


(38)

membantu peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja di tempat yang dikunjungi. Hal ini dapat memberi pandangan dan gagasan yang baru dan segar.31

Pembinaan jika dikaitkan dengan pengembangan manusia merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan pembinaan adanya dari sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan.32 Pembinaan terhadap anak usia dini ini terdiri dari dua hal, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan ibadah shalat terhadap anak usia dini merupakan pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama.

3. Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat

Ibadah secara bahasa artinya taat atau patuh,33 sedangkan dari segi istilah ibadah bermakna semacam kepatuhan sampai pada batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah.34

Menurut Syeikh Syaltut dalam Mochtar Effendy, bahwa ibadah yaitu semua amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yang didasari dengan rasa ikhlas.35 Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang

31

Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.11

32

Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, h. 11

33

Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam,(ttp. central media, tt), h. 29

34

Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam, h. 33

35

Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT. Widyadara, 2001), h. 360


(39)

29

dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan tujuan untuk mencari ridha Allah.36

Mencermati ketiga definisi tersebut, menurut kesimpulan penulis, ibadah yaitu segala kegiatan yang semata-mata dikerjakan berdasarkan pada memperhambakan diri kepada Allah SWT.

Sedangkan kata shalat menurut bahasa “berdoa”, dan menurut istilah ialah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mempunyai pengertian mengkonsentrasikan akal pikiran kepada Allah untuk sujud kepada-Nya dan bersyukur serta meminta pertolongan kepada-Nya atau berarti doa.37 Imam Taqiyuddin dalam Machful memberikan komentar tentang pengertian shalat, bahwa shalat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah bermakna suatu ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dengan beberapa syarat.38

Muhsin Qira‟ati berpendapat bahwa shalat juga bisa dijadikan sarana besyukur kepada Tuhan atas segala nikmat-nikmat-Nya. Kedudukan shalat dalam Islam sebagai bendera. Ia merupakan tanda bagi agama Islam. Rasul Saw., Bersabda, “shalat adalah dasar dan tiang agama.”39

Berdasarkan dari beberapa pengertian shalat di atas penulis menyimpulkan, bahwa pada hakikatnya shalat itu berhadapannya hati

36

Depag, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), h. 385

37

Machful. M, Meninggalkan Shalat, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1992), Cet 1, h. 15

38

Machful. M, Meninggalkan Shalat, h. 16

39Muhsin Qira‟ati,

Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1990), Cet. 1, h. 62


(40)

(jiwa) kepada Allah, hadap yang mendatangkan rasa takut, mengakui kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Kemudian shalat yang diberi batasan sebagai sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka oleh takbir dan diakhiri salam juga merupakan simbol bentuk ketundukan dan kepasrahan seseorang kepada Tuhan. Setelah takbir pembuka dalam shalat seseorang dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan Allah, yaitu pencipta seluruh alam raya.

Dan dari pengertian tentang ibadah dan shalat yang sudah penulis simpulkan di atas, penulis menyimpulkan, bahwa ibadah shalat adalah segala bentuk kegiatan untuk memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.

Shalat merupakan keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah Saw dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah shalat diawali dengan peristiwa Isra Mikraj. Allah SWT langsung mengundang Rasulullah Saw ke langit. Nilai strategis dan keistimewaan shalat sudah tidak terbantahkan lagi. Menurut Ratmiyati ada beberapa keistemawaan shalat,40 diantaranya:

a. Amalan pertama yang diwajibkan atas Rasulullah Saw. b. Tiang yang menyangga bangunan Islam.

c. Pembeda atau pemisah antara seorang Muslim dan kafir.

40

Ratmiyati, Merindukan Shalat, (http://www.mail-archive.com/smun65@yahoogroups. com/msg00210.html), h. 2


(41)

31

d. Amalan yang pertama dihisab.

e. Kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup. f. Penggugur dosa-dosa.

g. Kunci kesuksesan seorang hamba.

h. Sarana pengundang datangnya pertolongan Allah.

i. Saat istimewa bagi seorang hamba, karena ia bisa berhadapan langsung dengan Tuhannya.


(42)

32

RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL

A. Sejarah Berdiri

Cikal bakal pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tak bisa dilepaskan dari keberadaan Yayasan Ala Hamid wa Basyir Cakung Jakarta Timur, selaku induk naungan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat untuk mempersiapkan putra-putrinya di pendidikan formal.1

Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas di Sekolah Dasar adalah anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Atfhal, Taman Bermain, dan sejenisnya. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuannya untuk memasuki Sekolah Dasar. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dengan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah mengalami kejutan dan tidak dapat menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia pra sekolah.2

Berdasarkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ingin menjadi mentari pagi yang selalu menyinari kegelapan. Seperti ilmu pengetahuan yang telah menyinari manusia dari kebodohan dan kebatilan.

1

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2012), h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.

2

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.


(43)

33

Sesuai dengan namanya, “Insanul Kamil” yang berarti “manusia paripurna (sempurna)”, berusaha mencetak generasi paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK. Karena Raudhatul Atfhal Insanul Kamil memiliki semangat untuk maju membina anak bangsa menuju ridho Allah SWT.3

Maka atas inisiatif Hj. Nuroniyah, S.Pd.I –yang kelak menjadi Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil– setelah bermusyawarah dengan segenap jajaran pengurus dan anggota Yayasan Ala Hamid wa Basyir, serta beberapa tokoh masyarakat di Pulo Gebang Indah Blok K4 Cakung Jakarta Timur disepakati untuk membentuk pendidikan pra sekolah yang kental dengan nuansa keagamaan.4

Oleh sebab itu dibentuklah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil pada tahun 1989, pada awal berdiri bernama Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir dan berdomisili di Jl. Raya Bekasi km. 23,5 Cakung, Jakarta Timur. Di bawah naungan Yayasan Ala Hamid wa Basyir. Kemudian pada tahun 1997 Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir berganti nama menjadi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5

Dalam perjalanannya, Raudhatul Atfhal Insanul Kamil banyak memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan dan mengalami pasang surut. Akan tetapi, semangat juang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut dan akan selalu berkobar seiring

3

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

4

Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

5

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.


(44)

dengan perubahan zaman dan globalisasi. Dan tentu saja, untuk menegakkan syiar agama Allah di bumi ini.6

Dengan dedikasi yang tinggi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil selalu berusaha membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK. Untuk mewujudkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil melakukan strategi pendidikan dan pengajaran yang berbasis Islami, menyenangkan, dan mengedepankan akhlakul karimah. Juga ingin menanamkan IMTAQ dalam diri peserta didik, serta IPTEK yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan perkembangannya. Oleh sebab itu, 5 bidang pengembangan yang menjadi acuan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sesuai dengan KTSP yang berlaku, yaitu ASK (Akhlakul Karimah, Sosial Emosional, dan Kemandirian), PAI (Pendidikan Agama Islam), Bahasa, Kognitif, dan Fisik Motorik.7

Saat ini Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berlokasi di Pulo Gebang Indah Blok. K4 No. 36, Cakung, Jakarta Timur.8

B. Visi Misi dan Tujuan 1. Visi

Menjunjung tinggi kebersamaan, serta menciptakan manusia paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK.9

6

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8

7

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung, dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

8

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 1 dan hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian.


(45)

35

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun informal. b. Menanamkan jiwa religius pada peserta didik.

c. Mengembangkan kemampuan IPTEK yang sejalan dengan Iman dan Taqwa.

d. Menghasilkan lulusan peserta didik yang mampu menerapkan konsep IPTEK dalam kehidupan sehari-hari.10

3. Tujuan

a. Membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK.

b. Mengembangankan intelegensi peserta didik yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.

c. Menjadikan peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya dalam lingkungan sosial yang edukatif dan menyenangkan.

d. Menjadikan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sebagai Raudhatul Athfal yang menghasilkan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akademik dan non akademik.11

9

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6, wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

10

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

11

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.


(46)

C. Sarana dan Prasarana

Raudhatul Atfhal Insanul Kamil saat ini telah mendapatkan akreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun 2011. Dan memiliki standar bangunan yang ideal untuk sebuah Raudhatul Athfal, dengan klasifikasi luas tanah 324M2 dan luas bangunan 189M2. Yang berada di bawah naungan Yayasan Insanul Kamil dengan NPWP: 02.182.687.0-006.000.12

Pada bangunan tersebut terdapat perpustakaan, loker anak, box holder, TV, satu komputer dan laptop, fasilitas untuk bermain anak didik di luar lapangan, dan alat-alat untuk proses pembelajaran dan bermain, seperti buku-buku perpustakaan berjumlah 20, 2 set balok bangunan, 3 buah boneka, 5 mobil-mobilan, 10 puzzle, 1 bola basket, 2 bola kaki, 3 boneka tangan, 1 simpai, 5 angklung, 2 timbangan, dan 3 tape recorder. Sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah:

Tabel. 1

Sarana dan Prasarana Raudhatul Atfhal Insanul Kamil

NO FASILITAS SARANA

DAN PRASARANA

JUMLAH KONDISI

1 Mainan di luar lapangan 6 Baik

2 Balok bangunan 2 set Baik

3 Boneka 3 Baik

4 Mobil-mobilan 5 Baik

5 Puzzle 10 Baik

6 Bola Basket 1 Baik

7 Bola Kaki 2 Baik

8 Boneka tangan 3 Baik

9 Simpai 1 Baik

10 Angklung 5 Baik

11 Timbangan 2 Rusak

12

Wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.


(47)

37

12 Laptop 1 Baik

13 Komputer 1 Baik

14 TV 1 Baik

15 Tape Recorder 3 Baik

16 Perpustakaan 1 ruang Baik

17 Buku Perpustakaan 20 Rusak

18 Box holder 2 Baik

19 Loker anak 3 Baik

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, pengamatan secara langsung dan wawancara dengan para guru Pembina ibadah shalat13

Sumber pendanaan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil yang digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana serta kegiatan belajar mengajar di sekolah, berasal dari Yayasan Insanul Kamil Hamduna dan Infak Wali murid.

D. Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal 1. Profil Guru Pembina Ibadah Shalat

Guru pembina ibadah shalat berjumlah 5 orang, 2 guru untuk kelompok A dan 3 guru untuk kelompok B. Guru untuk kelompok A terdiri dari Nurhikmah Yanti, beliau alumnus dari UIJ. Dan, Miftahus Sa‟dah alumnus MAN 8 Cakung.

13

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 9, hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan guru-guru pembina ibadah shalat.


(48)

Tabel. 2 Guru Kelompok A

No Nama Pendidikan Jenis Kelamin Usia

1 NurhikmahYanti, S.Pd.I

Universitas Islam Jakarta

(UIJ)

Perempuan 32

2 Miftahus Sa'adah

MAN 8 Cakung

Perempuan 19

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A14

Sedangkan untuk guru kelompok B terdiri dari Khairiah, beliau alumnus STAI Babunnajah. Maemunah alumus STAI Shalahuddin Al-Ayyub dan Rukoyah alumnus Universitas Attahiriyah.

Tabel. 3 Guru Kelompok B

No Nama Pendidikan Jenis Kelamin Usia

1 Khairiah, S.Pd.I

STAI Babunnajah

Perempuan 38

2 Maemunah, S.Pd.I STAI Perempuan 34

14

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat RA Insanul Kamil Cakung Kelompok A.


(49)

39

Shalahuddin Al-Ayyub

3 Rukoyah, S.Pd.I

Universitas Attahiriyah

Perempuan 37

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B15

2. Profil Murid Raudhatul Atfhal

Murid-murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berjumlah 70 orang, 21 murid tergabung dalam kelompok A, terdiri dari 10 murid perempuan dan 11 murid laki-laki. Pada murid perempuan 5 anak berusia 5 tahun dan 5 anak berusia 6 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 4 anak berusia 5 tahun dan 7 anak berusia 6 tahun.

Tabel. 4 Murid Kelompok A

No

Jenis Kelamin

Usia

Jumlah 5 Tahun 6 Tahun

1 Perempuan 5 5 10

2 Laki-laki 4 7 11

Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A16

15

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok B.


(50)

Dan 49 murid tergabung dalam kelompok B. terdiri dari 21 murid perempuan dan 28 murid laki-laki. Pada murid perempuan 12 anak berusia 6 tahun dan 9 anak berusia 7 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 14 anak berusia 6 tahun dan 14 anak berusia 7 tahun.

Tabel. 4 Murid Kelompok B

No

Jenis Kelamin

Usia

Jumlah 6 Tahun 7 Tahun

1 Perempuan 12 9 21

2 Laki-laki 14 14 28

Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B17

E. Historisitas Kegiatan

Sejak berdiri sampai sekarang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sudah beberapa kali mengikuti kegiatan perlombaan. Pada tahun pelajaran 2009-2010 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara III Lomba Menari, Juara III Lomba Menyanyi, Juara Harapan II untuk Shalat Berjamaah. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara I Lomba Menari, dan Juara III Puitisasi al-Qur‟an.

16

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A.

17

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B.


(51)

41

Tabel. 5

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2009 – 2010

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Menari Juara III IGRA

Menyanyi Juara III IGRA

Shalat Jama'ah Juara Harapan II IGRA Kalimat Thoyyibah Juara II LBP

Menari Juara I LBP

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan18

Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara Harapan I Lomba Menyanyi Bersama dan Juara I Lomba Asmaul Husna. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara III Puitisasi al-Qur‟an, Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara II Lomba Menari, Juara III Shalawat Badar dan Juara Harapan III Shalat Berjama‟ah.

Tabel. 6

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2010 – 2011

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Menyanyi Bersama Juara Harapan I IGRA

Asmaul Husna Juara I IGRA

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP Kalimat Thoyyibah Juara II LBP

Menari Juara II LBP

Shalawat Badar Juara III LBP Shalat Jama'ah Juara Harapan III LBP

18

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.


(52)

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan19

Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan Membaca Iqra yang diadakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, dan menjadi Juara II. Juara Harapan II Puitisasi al-Qur‟an pada perlombaan yang diadakan oleh IGRA. Selain itu mengikuti perlombaan yang diadakan oleh LBP dan berhasil menjadi Juara II Doa Harian, Juara III Puitisasi al-Qur‟an, Juara Harapan I Shalawat Badar dan Juara Harapan I Shalat Berjama‟ah.

Tabel. 7

Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2011 – 2012

JENIS LOMBA JUARA PENYELENGGARA

Membaca Iqra Juara II Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama

Puitisasi al-Qur'an Juara Harapan II IGRA

Doa Harian Juara II LBP

Puitisasi al-Qur'an Juara III LBP Shalawat Badar Juara Harapan I LBP Shalat Jama'ah Juara Harapan I LBP

Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan20

19

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.

20

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.


(53)

43 BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama berada di lokasi penelitian. Penulis melihat proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih.1 Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk menjadikan siswa saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya. Sehingga diharapakan siswa mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah dilakukannya. Dan juga guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam pemahaman dan pengucapan bacaan pada ibadah shalat, hal ini dilakukan ketika guru mengajukan pertanyaan yang memancing siswa untuk merespon pertanyaan guru.

Meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas tersebut termasuk komunikasi kelompok kecil. Sewaktu-waktu Guru mengubahnya menjadi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dengan menggunakan metode dialog, yakni guru menjadi komunikator dan siswa menjadi komunikan. Metode dialog ini digunakan apabila para murid bersifat

1

Berdasarkan hasil pengamatan penulis secara langsung pada proses pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat.


(54)

responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta.

Kelebihan dari komunikasi antarpribadi ini yakni anak mendapat rangsangan (stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan umpan balik (feed back) pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan ada juga yang sulit.

Oleh sebab itu, guru di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dituntut memiliki keahlian untuk mengajak para murid-murid agar terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tersebut. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.2

Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pembinaan ibadah shalat yang telah dilakukan oleh guru terhadap murid di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, menurut pengamatan penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan tersebut.

Proses pembinaan ibadah shalat yang terjadi di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face). Dan, komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil jika dilihat dari segi sasaran dan situasinya, merupakan komunikasi kelompok

2

Wawancara pribadi dengan NurhikmahYanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.


(55)

45

dalam bentuk kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih. Kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator, dan pada saat itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.3

Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi ini dilakukan, bahwasanya pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru terhadap murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, merupakan salah satu program wajib yang ada di sekolah tersebut. Program pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ini, untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah.4 Selain itu untuk melatih disiplin waktu, kebersihan sejak dini, kepemimpinan, dan mampu membaca bacaan shalat sejak dini, maka program pembinaan ibadah shalat mulai diterapkan sejak anak terdaftar menjadi peserta didik di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5

Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tersebut, para guru sering kali menggunakan pendekatan komunikasi, salah

3

Wawancara pribadi dengan Miftahus Sa‟adah, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

4

Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2013), h. 6

5

Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.


(56)

satunya adalah dengan pendekatan komunikasi antar pribadi.6 Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pentingnya komunikasi antar pribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif.

Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama.

Komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi.7 Misalnya pribadi guru pembina menyentuh pribadi anak didiknya. Ketika guru pembina ibadah shalat menyampaikan pesan, umpan

6

Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

7

Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.


(57)

47

balik berlangsung seketika. Guru mengetahui pada saat itu tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah, dan gaya bicara.8

Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) yang dilakukan oleh para guru dengan para murid secara tatap muka melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pembinaan ibadah shalat di dalam kelas. Bagi siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan, diminta untuk mendemonstrasikannya di hadapan teman-teman kelasnya. Sehingga murid yang belum menguasai materi tersebut menjadi paham.9

Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar proses pembinaan ibadah shalat. Dengan bentuk komunikasi ini, hubungan antara guru pembina dengan anak didiknya sangat baik. Sehingga materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh para guru tersebut, sangat membantu anak didik yang mempunyai kesulitan dalam memahami materi pada pembinaan ibadah shalat.

Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi guru pembina ibadah shalat dan guru-guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil lainnya adalah untuk dapat mengetahui secara langsung diri murid selengkap-lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian guru dapat mengarahkan anak didik pada suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran yang efektif.10

8

Hasil pengamatan langsung pada pembinaan ibadah shalat, saat guru pembina sedang memberikan materi tentang cara-caranya sujud atau gerakan sujud di dalam shalat.

9

Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.

10

Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.


(1)

1. Metode Tanya Jawab

Pada metode ini guru manyampaikan materi pembinaan ibadah shalat kepada anak secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan membentuk beberapa kelompok kecil. Setelah anak didik mendengarkan materi tersebut, maka guru mempersilahkan anak didik yang hendak bertanya.

2. Metode Peraga

Metode peraga di lakukan secara langsung dengan menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Metode ini untuk merangsang anak didik untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ibadah shalat. Selain itu juga untuk ngebantu si anak untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah sudah diajarkan. Karena kan disini siswa tidak hanya mendengar tapi juga melihat bahkan memperagakannya secara langsung. Dengan penggunaan metode ini, kita bisa mudah mengukur dan menilai kemampuan anak didik dalam proses pembinaan ibadah shalat. Kira-kira apa nih yang masih kurang? Terus kenapa ini bisa terjadi? Kesemuanya itu nanti jadi bahan koreksi kita para guru pembina ibadah shalat.

3. Metode Menghafal

Metode menghafal ini para murid diajarkan untuk menghafal beberapa surat pendek yang biasa dibaca dalam ibadah shalat. Seperti surat al-Fatihah, al-Ashr, al-Ikhlas dan al-Kautsar, serta bacaan-bacaan lainnya seperti bacaan yang ada pada adzan, takbiratulikhram, rukuk, sujud, dan lain-lain.

Metode menghafal selain untuk menguatkan hafalan para murid RA Insanul Kamil terhadap bacaan-bacaan ayat tadi. Juga untuk mengetahui bacaan-bacaan apa saja yang sukar untuk di hafalkan oleh anak didik. Sehingga para guru pembina dapat segera mencari solusi yang tepat untuk mengurangi masalahnya.

Bagaimana keaktifan murid RA dalam mengikuti kegiatan pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung?

Kalau untuk keaktifan, alhamdulillah anak-anak didik di RA Insanul Kamil, semua mengikuti praktek sholat dan mereka sangat antusias menjalaninya.


(2)

Apa faktor penghambat pola komunikasi dalam pelaksanaan pembinaan ibadah shalat?

Hmm... apa ya? Kalau hambatan dari siswanya sih lebih karena faktor umur anak kali ya. Karena kan anak seumuran ini belum terlalu tanggap sama apa yang di perintahkan, masih senang main. Makanya kadang mereka ga bisa bedain antara main, belajar, dan kerja. Seperti halnya faktor penghambat yang lainnya juga karena faktor usia si anak tersebut, seperti anak nakal, susah dibilangin, faktor lingkugan, faktor orang tua yang kurang mendukung anaknya sehingga anak susah dibilangin, dan anak yang kurang konsentrasi.

Kalau penghambat lainnya, kendala waktu. Soalnya waktu kita bertemu secara langsung dengan para murid kan cuma lima jam, jadi ya kita kurang tahu bagaimana kebiasaan ibadah para murid kalau di luar sini. Karena kita kan tahu anak-anak pada umur seperti ini kan masih senangnya main sama teman-teman seumurannya, sama alat-alat mainan kesukaannya.

Makanya Inginnya kita itu, kalau mereka lagi di rumah, orang tua juga ikut ngebantu kita, seperti, mereka di suruh ngulang lagi gerakan-gerakan shalat yang baru saja kita ajarkan. Terus coba si anak di tanya lagi tentang bacaan-bacaan yang baru saja kita ajarin. Nah, habis itu orang tua ngasih laporan ke kita, “bu si A kurang lancar disini, si B kurang hafal di bacaan ini!” Soalnya nanti laporan -laporan itu akan menjadi bahan pertimbangan kita bersama. Berarti metode dan materi yang kita sampaikan harus dikuatin lagi.

Selain faktor-faktor tadi, juga karena kemajuan teknologi, kemajuan teknologi sekarang ini sangat maju dan pesat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang berusia matang sangat menggandrungi alat-alat tersebut. Anak-anak usia dini juga kok!. Keakraban Anak-anak-Anak-anak usia dini terhadap teknologi bisa dilihat banyaknya anak yang menggunakan tablet PC, apalagi pada anak-anak usia dini di perkotaan. Dengan teknologi ini dengan mudahnya mereka mengakses video games ataupun video movie pada fitur-fitur dalam tablet PC tersebut.

Belum lagi para produsen pun berlomba-lomba untuk memberikan suatu produk yang dapat dibeli oleh semua kalangan. Hal ini berdampak pada menjamurnya produk-produk teknologi yang bersahabat dan murah. Gak bisa


(3)

dipungkiri bahwa hal ini menjadi fenomena dan gengsi tersendiri bagi para orang tua. Karena kesibukkan dari para orang tua tersebut, membuat waktu bermain menjadi sangat sedikit, dan orang tua sudah terlampau capek ketika anak-anak mereka ingin bermain dengannya.

Historisitas kegiatan RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung?

Hmm... kalau kegiatan sih banyak ya! kalau untuk lebih jelasnya sih bisa di lihat langsung di buku Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 aja! Sama itu di dokumen-dokumen kegiatan yang ada. Yang jelas kita dari tahun pelajaran 2009 sampai dengan tahun 2012 sering ikut berbagai macam perlombaan. Tapi bukan cuma perlombaan yang berhubungan dengan pembinaan ibadah sholat aja. Yang di luar ibadah shalat juga kita sering ikut kok, walaupun kadang dapat juara kadang tidak.


(4)

(5)

(6)