Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Membahas mengenai remaja merupakan pembahasan yang
sangat menarik untuk dibicarakan. Remaja bukan lagi termasuk golongan anak- anak, tetapi belum bisa dimasukkan ke golongan dewasa. Remaja secara
psikologis merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Beberapa perubahan pada umumnya terjadi pada masa remaja seperti:
perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja itu sendiri.
Pakaian yang biasa dipakai remaja menjadi tidak muat lagi karena bentuk tubuh yang berubah seperti: pinggul yang membesar pada remaja wanita atau bahu yang
melebar pada remaja pria Gunarsa, 2003 Perubahan emosi yang terjadi pada remaja menyebabkan remaja pada
umumnya memiliki kondisi emosi yang labil. Masa remaja merupakan periode storm and stress
dimana ketegangan emosi meningkat sehingga remaja cenderung memiliki emosi yang negatif. Hal ini ditandai dengan banyaknya
remaja yang melakukan hal-hal negatif seperti kasus geng nero yang baru-baru ini terjadi. Geng nero terdiri dari sekelompok remaja putri yang masih duduk di
bangku SMU yang suka menganiaya remaja putri lainnya Wordpress, 2008. Survey yang dilakukan oleh badan narkotika nasional pada 9 lembaga
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
pemasyarakatan dan 1 rumah tahanan negara pada tahun 2003 yaitu: 58 penyalah guna narkoba adalah remaja dan sekitar 94 remaja tersebut berusia 15
sampai 18 tahun BNN, 2007. Cukup banyak remaja yang mengalami kesulitan emosi, namun banyak juga remaja yang dapat mengatasi kesulitan emosi dalam
dirinya kejarlah, 2004. Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya maka untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja
hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja
mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan,
dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat
terjalin dengan lancar dan efektif Mu’tadin, 2002. Peranan IQ hanya sekitar 20 untuk menopang kesuksesan hidup
seseorang, sedangkan 80 lainnya ditentukan oleh faktor lain, diantaranya kecerdasan emosional. Beberapa ahli dalam bidang tes kecerdasan menemukan
bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi dapat mengalami kegagalan dalam bidang akademis, karir dan kehidupan social. Banyak orang yang memiliki
kecerdasan rata-rata mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Goleman, 2001. Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati Goleman,2001. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang
seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga, sekolah dan variasi teman sebaya dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Remaja yang tinggal
dengan masyarakat yang sering tawuran, tindak kriminalitas yang tinggi akan mempengaruhi remaja tersebut dalam pengendalian emosinya. Lingkungan tempat
tinggal dimana remaja itu berada akan membantu remaja tersebut mencapai kematangan emosional. Pengaruh orang tua dan keluarga juga dapat membantu
remaja mencapai kematangan emosional. Remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari kelekatan secara emosional dari orang tua dan keluarga. Sekolah
merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perkembangan remaja. Perlakuan positif yang diberikan oleh pihak sekolah khususnya para guru dapat
membantu remaja mencapai kematangan emosional. Remaja yang memiliki variasi teman sebaya dan aktivitas juga dapat membantu remaja mencapai
kematangan emosional. Variasi teman sebaya dapat melatih remaja mengenal lebih banyak karakter orang lain. Variasi aktivitas dapat melatih remaja
menangani aktivitas yang lebih banyak dengan tingkat kesukaran yang berbeda- beda sehingga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional
Hurlock, 1998. Perubahan sosial yang terjadi pada remaja membuat remaja ingin
memisahkan diri dari orang tua dan menuju teman sebaya. Remaja pada umumnya
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya. Remaja biasanya membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang
dimilikinya. Remaja yang berkelompok pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal
mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Kelompok
informal sebaliknya yaitu tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara
tegas dan tertulis. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat Ahmadi, 1999.
Kelompok formal biasanya disebut dengan organisasi remaja. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah bahwa setiap remaja yang berada di sekolah
menengah yaitu SMP atau SMA merupakan anggota suatu organisasi yang sah di sekolah. Organisasi tersebut adalah Organisasi siswa intra sekolah, yang disingkat
OSIS. Remaja yang berada pada tingkat SMP rata-rata berusia 12 sampai 15 tahun sedangkan remaja yang berada pada tingkat SMA rata-rata berusia 15 sampai 18
tahun. Remaja yang berada pada tingkat SMA berperilaku lebih matang dibanding remaja yang berada pada tingkat SMP karena berada pada ambang kedewasaan
untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan memasuki dunia kerja orang dewasa Hurlock, 1990.Menurut Papalia 2001 remaja pada usia 15 sampai 18 tahun
memiliki kecerdasan emosi yang sudah lebih matang dan kecerdasan paling besar dibentuk pada usia tersebut.
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi. Anggota OSIS adalah semua remaja yang masih aktif
belajar pada sebuah sekolah. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah
sekolah. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus, memiliki struktur dan rincian tugas serta tanggung
jawab yang jelas pada setiap jabatan yang dipegang. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997.
Remaja yang menjadi pengurus OSIS berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi aktivitas. Remaja pengurus OSIS
memiliki aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat
seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan,
hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang
dari sekolah. Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang bendahara OSIS yang
bernama RR di sebuah SMA Negeri di Medan yang menyatakan: “Dengan rapat OSIS dapat melatih kita untuk berani berbicara
dalam menyampaikan ide-ide yang kita miliki serta menanggapi ide yang dikemukakan oleh pengurus OSIS lainnya. Dapat juga melatih
kita untuk mengendalikan emosi apabila ide yang kita anggap baik tidak diterima oleh pengurus OSIS lainnya sehingga tidak membuat
kita menjadi minder ataupun marah dengan pengurus lainnya. Dalam hal penentuan waktu rapat pun harus diatur sedemikian rupa supaya
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
semuanya dapat hadir dalam rapat jadi kepentingan kelompoklah yang lebih diutamakan” wawancara personal, 5 Januari, 2009.
Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS
cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar
memiliki variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia. Pelatihan kepemimpinan OSIS yang diselenggarakan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan para pengurus OSIS yang tersebar di seluruh
Indonesia untuk berkumpul dan berbagi pengalaman. Pelatihan kepemimpinan OSIS memberikan kesempatan para pengurus OSIS untuk memperbanyak teman
dari berbagai daerah. Para pengurus OSIS juga dapat mengetahui keanekaragaman budaya serta etnis yang juga mempengaruhi kultur organisasi sekolah masing-
masing Direktorat Pembinaan SMA, 2007.
Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang ketua OSIS yang bernama SK di SMA 3 Medan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan
OSIS yang menyatakan: “Kurang lebih 72 sekolah se-Indonesia diseleksi untuk
mengikuti pelatihan kepemimpinan. Seleksinya berupa essay tentang ekonomi dan politik di Indonesia sekarang dan pemimpin seperti apa
yang menurut kamu cocok?. Dari 72 sekolah tersebut hanya 30 orang siswa yang yang terbaik dari seluruh sekolah se-Indonesia yang dinilai
berdasarkan hasil seleksi essay. Dalam pelatihan kepemimpinan tersebut kita bertemu dengan teman-teman yang berasal dari sekolah
yang berbeda, suku, budaya dan etnis yang berbeda-beda. Dengan teman-teman yang berbeda-beda tersebut maka kita dapat berbagi
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
pengalaman dan menambah wawasan kita masing-masing” wawancara personal, 5 Januari, 2009.
Para pengurus OSIS di SMA dan sederajat juga dapat saling berkomunikasi melalui suatu forum. Forum komunikasi antar pengurus OSIS
tersebut memiliki berbagai macam nama seperti di Makasar dikenal dengan nama Forum OSIS Setingkat SMA Makassar atau disingkat dengan nama Forsisma
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Pengurus OSIS atau disingkat dengan FKPO. Provinsi
Sulawesi Utara memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Antar Pengurus OSIS yang disingkat FKAP. Provinsi Sumatra Utara sendiri
forum tersebut dikenal dengan nama Perkumpulan OSIS SMA dan Sederajat atau disingkat dengan POSS. Melalui forum komunikasi pengurus OSIS dapat
meningkatkan tali silahturahmi antar pengurus OSIS dan bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: bakti sosial Setianigrum, 2008.
Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang sekretaris OSIS di salah satu SMA swasta di Medan yang menyatakan:
“Forum komunikasi pengurus OSIS di medan dikenal dengan nama perkumpulan OSIS SMA dan sederajat atau disingkat dengan
POSS. Disini kita bisa berhubungan dan berkenalan dengan pengurus OSIS sekolah lain, jadi pada saat tertentu para pengurus OSIS akan
berkumpul dan rapat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.” wawancara personal, 5 Januari, 2009.
Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga
pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas 2004 remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin
hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar
sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja pengurus OSIS harus memiliki kemampuan intrapersonal dan
interpersonal yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja
pengurus OSIS cenderung memiliki variasi aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan
adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya
penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya
pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam
hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus
OSIS memiliki kesempatan yang lebih besar dalam variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia dengan adanya
pelatihan kepemimpinan OSIS tingkat nasional dan forum komunikasi antar anggota OSIS. Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti
pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga
Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.
USU Repository © 2009
pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Variasi aktivitas dan variasi teman sebaya
tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang Hurlock, 1998 sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja
pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari remaja anggota OSIS.
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan
remaja anggota OSIS.
B. Perumusan masalah