22
5. Shopping Confidence
Shopping confidence adalah konsumen yang merasa aman dengan kemampuan mereka dalam membuat keputusan pembelian Shim dan
Kotsiopulos dalam Zhang, 2010. Pengertian lain dari shopping confidence ini adalah konsumen yang merasa percaya diri dalam
berbelanja. Mereka telah mengetahui apa yang akan mereka beli dan tempat yang akan dikunjungi, dan menganggap bahwa dirinya adalah
pembeli yang baik. Beberapa pembeli pakaian terutama wanita merasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk memilih pakaian
yang tepat untuk diri mereka sendiri, sedangkan yang lainnya lebih memerlukan kepastian dan bimbingan dari orang lain saat berbelanja
Tatzel et al dalam Hansen dan Jensen, 2009:1157.
6. BrandStore Loyalty
Brand loyalty atau loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu
memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika
pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya Aaker, 1997. Loyalitas merek
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin
tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika dalam merek tersebut didapati adanya perubahan, baik
23 menyangkut harga ataupun atribut lain Durianto dkk, 2004:126.
Oliver dalam Tjiptono 2007:387 mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang
atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara konsisten di masa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek
atau rangkaian merek yang sama secara berulang. Loyalitas pelanggan dipandang sebagai kekuatan hubungan antara
sikap relatif relative attitude individu dan pembelian ulang repeat patronage Dick dan Basu dalam Tjahyadi, 2006. Dick dan basu
mengembangkan suatu kerangka konseptual baru untuk memahami lebih lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan sikap
relatif pembelian ulang dan konsekuensinya.
Gambar. 2.1 Hubungan Sikap Relatif Pada Pembelian Ulang
Repeat Patronage High
Low Relative
attitude High
Loyalty Latent Loyalty
Low Spurious Loyalty
No Loyalty Sumber: Dick dan Basu dalam Tjiptono 1994
Berdasarkan gambar di atas, loyalitas terjadi ketika pembelian ulang muncul bersama sikap relatif yang tinggi. Konsumen
24 mengetahui perbedaan kualitas merek dibanding pesaing, dan
konsumen tersebut memiliki tingkat pembelian yang tinggi. Spurious loyalty terjadi ketika konsumen memiliki sikap relatif yang rendah dan
pembelian ulangnya tinggi. Pembelian ulang terjadi karena hanya ada satu merek yang tersedia dan ditawarkan. No loyalty terjadi ketika
konsumen memiliki sikap relatif dan pembelian yang rendah. Kondisi ini terjadi ketika konsumen mengetahui tidak adanya perbedaan di
antara merek yang ada. Terakhir, latent loyalty terjadi ketika konsumen memiliki sikap yang relatif tinggi, tetapi tingkat pembelian
ulangnya rendah. Hal ini terjadi karena keadaan lingkungan atau faktor situasional yang mempengaruhi tingkat pembelian konsumen
tersebut. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa loyalitas merek
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek melalui preferensi terhadap merek tersebut dibanding merek lain,
terutama jika dalam merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain dan dapat dilihat dengan
melakukan pembelian secara berulang.
C. Gender Difference
Oakley dalam Relawati dan Sukesi 2011 menyatakan gender adalah perbedaan kebiasaan atau tingkah laku antara laki-laki dan perempuan yang