BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data , dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1.
Pada simpang Jl B Katamso-Jl Mesjid Raya dan persimpangan Jl B Katamso –
Jl Pandu – Jl R Suprapto – Jl Pemuda, tidak perlu lagi diperbaiki manajemennya
karena kondisi
operasional persimpangan
sampai dilakukannya koordinasi simpang nilai tundaannya baik yaitu sebesar 25.88
smp setiap jamnya dan 21.88 smp setiap jam. 2.
Peningkatan nilai tundaan pada persimpangan di lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2 secara persentase mencapai 64 pada persimpangan Jl
B Katamso-Jl Ir H Juanda, 60.2 pada persimpangan Jl Iskandar Muda-Jl Gajah Mada, 37.5 pada persimpangan Jl Iskandar muda-Jl Jamin Ginting-Jl
KH Wahid Hasim, dan yng terakhir sebesar 29.5 pada persimpangan Jl Abdullah Lubis – Jl Iskandar Muda.
3. Kemampuan persimpangan meloloskan jumlah volume lalu lintas sebelum
dilakukan dan setelah dilakukan koordinasi persimpangan juga mengalami peningkatan, hal ini terlihat bahwa sebelum dilakukannya koordinasi
persimpangan pada lokasi penanganan -1, jumlah volume yang diloloskan pada lajur-A sebesar 605 smpjam, lajur-B sebesar 785 smpjam dan setelah
dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu diloloskan pada lajur -A sebesar 1051 smpjam, laju-B sebesar 1240 smpjam,
Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008
atau rata-rata 26,9 pada lajur-A dan 22.5 pada lajur-B. Sedangkan pada lokasi penanganan – 2 , jumlah volume yang diloloskan pada lajur-A sebesar
697 smpjam, lajur-B sebesar 678 smpjam dan setelah dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu diloloskan pada lajur _A
sebesar 1625 smpjam, laju-B sebesar 780 smpjam, atau rata-rata 38.5 pada lajur-A dan 7 pada lajur-B.
4. Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh antara simpang pada lokasi
penanganan, juga mengalami peningkatan kinerja dari sebelum dilakukan koordinasi persimpangan hingga setelah dilakukan koordinasi persimpangan,
kecuali pada lokasi penanganan – 1 dimana pada ruas jalan Jl B Katamso I
yang berjarak 410 meter mengalami penurunan kecepatan dari 40.2 kmjam menjadi 29.8 kmjam pada lajur A dan 50.6 kmjam menjadi 29.8 kmjam
pada lajur B , waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 37 detik pada lajur-A, dan sebesar 29 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi
simpang waktu tempuhnya menurun kinerjanya menjadi sebesar 50 detik pada lajur-A dan 50 detik pada lajur-B, atau penurunan sebesar -14 pada lajur-A
dan -26 pada lajur-B. Peningkatan kecepatan dan waktu tempuh terjadi
pada Jl B Katamso II yang berjarak 901 meter, kecepatan sebelum
koordinasi sebesar 35.2 kmjam pada lajur-A, sebesar 45.2 kmjam pada lajur- B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 49.5 kmjam pada lajur-
A dan sebesar 49.5 kmjam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 92 detik pada lajur-A, sebesar 72 detik pada lajur-B, setelah
Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008
dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 17 pada lajur-
A dan 5 pada lajur-B. 5.
Lokasi penanganan – 2 juga mengalami peningkatan dimana kecepatan
sebelum koordinasi simpang pada Jl Iskandar muda III yang berjarak 619
meter sebesar 27.8 kmjam pada lajur-A, sebesar 39.1 kmjam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4 kmjam pada lajur-A
dan sebesar 54.4 kmjam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 80 detik pada lajur-A, sebesar 57 detik pada lajur-B, setelah
dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 41 detik pada lajur-A dan 41 detik pada lajur-B, atau sebesar 32 pada lajur-A dan 26
pada lajur-B. 6.
Sedangkan pada Jl Iskandar muda II yang berjarak 1062 meter sebelum di
lakukan koordinasi simpang kecepatannya sebesar 26.4 kmjam pada lajur-A, sebesar 29.2 kmjam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya
menjadi 54.4 kmjam pada lajur-A dan sebesar 54.4 kmjam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 145 detik pada lajur-A,
sebesar 131 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B,
atau sebesar 38 pada lajur-A dan 33 pada lajur-B. 7.
Secara umum kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2 mengalami peningkatan setelah dilakukan nya koordinasi
Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008
simpang yang disimulasi dengan cara coba-coba trial error dibandingkan pada saat kondisi sebelum di lakukan koordinasi persimpangan.
6.2 Saran-saran