Analisa Sebelum dan Sesudah Koordinasi

Dengan mengacu pada nilai tundaan di persimpangan dan waktu tempuh antara simpang setelah koordinasi simpang, maka dapat diperoleh nilai Indek Tingkat Pelayanan ITP persimpangan, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini, Tabel 5.8 Nilai Indeks Tingkat Pelayanan sebelum dan sesudah koordinasi persimpangan Lajur A Lajur B Lajur A Lajur B D D ITP ITP meter detsmp detsmp Lokasi -1 Eksisting Simulasi Eksisting Simulasi F D C C C C Lokasi -2 F E E D F D 3 Jl Iskandar muda-Jl Gajah Mada 108.3 41.3 33.7 2 Jl Iskadandar muda II-Jl Abdullah Lubis 1062.0 619.0 1 Jl Iskadandar muda II-Jl Jamin Ginting-Jl KH Wahid hasyim 91.9 44.4 100.2 3 Jl Brigjen Katamso-Jl R.Suprapto-Jl Pandu-Jl Pemuda 66.3 27.0 23.9 410.0 1 Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H Juanda 88.5 29.5 2 Jl Brigjen Katamso-Jl Mesjid Raya 901.0 23.9 Indek Tingkat Pelayanan Indek Tingkat Pelayanan Tundaan Rata-Rata Tundaan Rata-Rata Pjg blok L No. Nama Jalan Persimpangan

5.4 Analisa Sebelum dan Sesudah Koordinasi

Secara umum kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2 mengalami peningkatan setelah dilakukannya koordinasi simpang yang Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008 disimulasi dengan cara coba-coba trial error dibandingkan pada saat kondisi sebelum di lakukan koordinasi persimpangan. Tidak semua nilai tundaan yang ada pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penangan-2 mengalami peningkatan kinerja, akan tetapi dua persimpangan yang ada pada lokasi penanganan-1 tidak mengalami perubahan nilai tundaan setelah koordinasi simpang tepatnya persimpangan Jl B Katamso-Jl Mesjid Raya dan persimpangan Jl B Katamso – Jl Pandu – Jl R Suprapto – Jl Pemuda, tidak perlu lagi diperbaiki manajemennya, karena sebelum dilakukan koordinasi persimpangan sampai dilakukannya koordinasi simpang nilai tundaannya masih baik yaitu sebesar 25.88 smp.jam dan 21.88 smp.jam. Peningkatan nilai tundaan pada persimpangan di lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2 secara persentase mencapai 64 pada persimpangan Jl B Katamso-Jl Ir H Juanda, 60.2 pada persimpangan Jl Iskandar Muda-Jl Gajah Mada, 37.5 pada persimpangan Jl Iskandar muda-Jl Jamin Ginting-Jl KH Wahid Hasim, dan yng terakhir sebesar 29.5 pada persimpangan Jl Abdullah Lubis – Jl Iskandar Muda. Kemampuan persimpangan meloloskan jumlah volume lalu lintas setelah koordinasi persimpangan mengalami peningkatan, hal ini terlihat bahwa sebelum dilakukannya koordinasi persimpangan pada lokasi penanganan -1, jumlah volume yang diloloskan pada lajur-A sebesar 605 smpjam, lajur-B sebesar 785 smpjam dan setelah dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008 diloloskan pada lajur -A sebesar 1051 smpjam, laju-B sebesar 1240 smpjam, atau rata-rata 26,9 pada lajur-A dan 22.5 pada lajur-B. Sedangkan pada lokasi penanganan – 2 , jumlah volume yang diloloskan pada lajur-A sebesar 697 smpjam, lajur-B sebesar 678 smpjam dan setelah dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu diloloskan pada lajur -A sebesar 1625 smpjam, laju-B sebesar 780 smpjam, atau rata-rata 38.5 pada lajur- A dan 7 pada lajur-B. Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh antara simpang pada lokasi penanganan, juga mengalami peningkatan kinerja dari sebelum dilakukan koordinasi persimpangan hingga setelah dilakukan koordinasi persimpangan, kecuali pada lokasi penanganan – 1 dimana pada ruas jalan Jl B Katamso I yang berjarak 410 meter mengalami penurunan kecepatan dari 40.2 kmjam menjadi 29.8 kmjam pada lajur A dan 50.6 kmjam menjadi 29.8 kmjam pada lajur B , waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 37 detik pada lajur-A, dan sebesar 29 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menurun kinerjanya menjadi sebesar 50 detik pada lajur-A dan 50 detik pada lajur-B, atau penurunan sebesar -14 pada lajur-A dan -26 pada lajur-B. Peningkatan kecepatan dan waktu tempuh terjadi pada Jl B Katamso II yang berjarak 901 meter, kecepatan sebelum koordinasi sebesar 35.2 kmjam pada lajur-A, sebesar 45.2 kmjam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 49.5 kmjam pada lajur-A dan sebesar 49.5 kmjam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 92 detik pada lajur-A, sebesar 72 detik pada Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008 lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 17 pada lajur- A dan 5 pada lajur-B. Lokasi penanganan – 2 juga mengalami peningkatan dimana kecepatan sebelum koordinasi simpang pada Jl Iskandar muda III yang berjarak 619 meter sebesar 27.8 kmjam pada lajur-A, sebesar 39.1 kmjam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4 mdet pada lajur-A dan sebesar 54.4 mdet pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 80 detik pada lajur-A, sebesar 57 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 41 detik pada lajur-A dan 41 detik pada lajur-B, atau sebesar 32 pada lajur-A dan 26 pada lajur-B. Sedangkan pada Jl Iskandar muda II yang berjarak 1062 meter sebelum di lakukan koordinasi simpang kecepatannya sebesar 26.4 kmjam pada lajur-A, sebesar 29.2 kmjam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4 kmjam pada lajur-A dan sebesar 54.4 mdet pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 145 detik pada lajur-A, sebesar 131 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 38 pada lajur-A dan 33 pada lajur-B. Dari hasil di atas secara umum menunjukkan bahwa koordinasi simpang berhasil meningkatkan kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2, hal ini menunjukkan bahwa penanganan dengan cara koordinasi Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007 USU Repository © 2008 simpang dapat digunakan untuk diimplemtasikan pada penanganan bentuk kegiatan seketika action Plan program jangka pendek, namun pada pelaksanaannya harus didukung sarana jalan yang baik serta kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan disiplin berlalu lintas.

5.5 Pembahasan Analisa Hasil