BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu dilaksanakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya yang berpedoman pada Sistem Kesehatan
Nasional Tahun 2009 Depkes, 2009. Salah satu indikator kesehatan tersebut adalah status gizi manusianya. Gizi memegang peranan penting dalam
menciptakan generasi yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini ditentukan oleh makanan yang di konsumsi ibu sejak dari dalam kandungan dan
kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan sejak bayi. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal,
World Health Organization
WHO dan
World Health Assembly
WHA merekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif yaitu selama 6 bulan Roesli, 2008. Pentingnya
ASI terlihat pada acara dunia yaitu pekan ASI sedunia tiap awal minggu pertama bulan Agustus. Pada tahun 2008,
The World Alliance For Breast Feeding Action
WABA memilih tema
Mother Support: Going For The Gold
. Makna tema tersebut adalah mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk
memberikan makanan kepada bayi mereka yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama
makanan pendamping ASI lainnya sampai berusia 2 tahun atau lebih Depkes,
Universitas Sumatera Utara
2010. ASI dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan banyak mengandung gizi yang diperlukan anak pada umur
tersebut. ASI adalah makanan yang terbaik dan bergizi sehingga tidak memerlukan
tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung diserap. ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi sampai bayi
berumur 6 bulan. Manfaat pemberian ASI bagi bayi yaitu bayi tetap sehat dan tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, cerdas, meningkatkan daya
tahan tubuh, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spritual yang positif dan perkembangan sosial yang baik, meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan anak, dan anti alergi. Keuntungan menyusui bagi ibu adalah mengurangi risiko kanker payudara, metode KB paling aman, berat badan lebih
cepat kembali normal, membantu mengurangi kelaparan dan kemiskinan Roesli, 2008.
United Nation Child’s Fund UNICEF tahun 2005-2011 mendapati bayi Indonesia yang mendapat ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak
32 dan 50 anak diberikan ASI sampai usia 24 bulan. Tetapi persentase ini masih rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lain seperti
Bangladesh 43 anak di berikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan 91 anak mendapat ASI sampai usia 24 bulan. Tahun 2012 UNICEF mencatat sekitar 39
anak-anak di bawah enam bulan mendapat ASI eksklusif. Ini disebabkan
Universitas Sumatera Utara
rendahnya tingkat menyusui di beberapa negara berkembang dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.
Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI, 2012 tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilahirkan
ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukkan bahwa hanya 27 bayi umur 4-6 bulan mendapat ASI eksklusif. Selain ASI, 8 bayi pada umur
yang sama telah di beri susu lain dan 8 air putih SDKI, 2012. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi di
bandingkan dengan hasil SDKI 2007 masing-masing 27 dan 17. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas, 2013 menunjukkan persentase bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 38 . Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Barat 52,9
dan terendah di Papua Barat 21,7 . Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 13,7
yang dilakukan setelah 48 jam Riskesdas, 2013. Untuk mendukung pemberian ASI eksklusif ini, maka Pemerintah Republik Indonesia mendukung
dengan mengeluarkan peraturan hukum terkait ASI eksklusif yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 yaitu pemberian Air Susu
Ibu ASI secara eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi usia 0-6
bulan. Penelitian Fikawati dan Syafiq 2010 menyatakan bahwa kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu
yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat menentukan dalam
pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya menyumbang akibat
yang tidak baik bagi kesehatan bayi. Akibat bayi yang tidak diberi ASI eksklusif adalah alergi, diare, infeksi saluran pernapasan, gizi kurang dan penurunan
perkembangan kecerdasan kognitif Roesli, 2008. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2012, jumlah bayi di Propinsi
Sumatera Utara berjumlah 276.202 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif hanya 56.142 bayi atau sekitar 20,33 Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2013. Tahun
2013 di Propinsi Sumatera Utara, cakupan ASI eksklusif sebesar 27,06 dengan 5 KabupatenKota dengan pencapaian 10 yaitu Nias 7,7, Medan 7,6,
Humbang Hasundutan 7,3, Tanjung Balai 4,3 dan Nias Barat 2. Penelitian yang dilakukan Renata 2009 di Kelurahan Mangga Perumnas
Simalingkar Medan, pemberian makanan pendamping ASI berupa susu formula dan nasi tim telah dilakukan sejak umur bayi 1 bulan dengan alasan ibu sibuk
bekerja dan anggapan ibu bahwa bayi yang diberikan makanan pendamping ASI akan lebih sehat. Penelitian ini juga menyatakan bahwa resiko dari pemberian
makanan pendamping ASI adalah setelah pemberian makanan tambahan bayi sering susah buang air besar dan diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Safitri
2014 di Desa Kwala Pesilam kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat, bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan pendamping
ASI dengan kejadian diare.
Universitas Sumatera Utara
Profil Kesehatan Kabupaten Nias 2013, dari 1.387 bayi menunjukkan sebanyak 222 bayi mendapatkan ASI eksklusif 16.01 selebihnya bayi telah di
berikan makanan tambahan Dinkes Kabupaten Nias, 2014. Data dari laporan gizi Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias tahun 2014 jumlah bayi 0 bulan
– 12 bulan berjumlah 171 bayi dan yang di berikan ASI ekslusif sebanyak 11 bayi
6,4. Angka ini jauh dari target cakupan ASI eksklusif nasional yaitu 80 Depkes, 2003.
Desa Mazingo Tanoseo merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Hiliduho yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 966 orang dengan
jumlah KK 212 KK. Desa Mazingo Tanoseo mempunyai geografi di wilayah perbukitan. Desa Mazingo Tanoseo berjarak 8 km dari Kecamatan Hiliduho
dengan rata-rata jarak tempuh sekitar 30 menit dengan kendaraan motor dua. Mata pencaharian penduduknya mayoritas berkebun yaitu penyadap karet, coklat dan
sebagian lagi pemecah batu. Penghasilan penduduk tidak sama setiap bulan karena sesuai dengan harga dari hasil kebun mereka. Di dalam sistem keluarga,
masyarakat Desa Mazingo Tanoseo mengikuti sistem kekeluargaan patrineal yaitu mengikuti garis keturunan laki-laki dan mengandung sistem keluarga luas
virilokal dimana laki-laki yang telah menikah akan tinggal serumah dengan orangtuanya dalam waktu yang tidak ditentukan dan segala keputusan dalam
keluarga diputuskan oleh suami atau orangtua dari pihak laki-laki mertua. Sebagian besar, masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo tinggal dengan orang tua
atau mertua dari pihak laki-laki dalam waktu yang tidak ditentukan. Dalam kegiatan sehari-hari ayah dan ibu sibuk mencari nafkah dari kebun, memecahkan
Universitas Sumatera Utara
batu dan beternak. Mereka bekerja mulai dari jam 06.00-11.00 wib lalu pulang untuk beristirahat dan kemudian dilanjutkan dari jam 14.00-18.00 wib. Sementara
anak kecil di jaga oleh mertua, adik perempuan dari suami ataupun anak yang usianya lebih besar yang tinggal satu rumah.
Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Mazingo Tanoseo terdiri dari Puskesmas Pembantu Mazingo Tanoseo, bidan desa dan posyandu balita.
Posyandu balita di Desa Mazingo Tanoseo ini dilaksanakan di dua tempat dengan pelaksanaan sekali dalam sebulan. Data dari bidan desa Mazingo Tanoseo tahun
2014, dari 19 orang bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya 2 orang. Dalam tradisi melahirkan, masyarakat Desa Mazingo Tanoseo di
bantu oleh bidan yang persalinannya di praktik bidan. Setelah melahirkan 2-3 minggu, ibu kembali melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.
Perawatan ibu menyusui di desa ini dengan memakan ayam sup dan sayuran yang direbus supaya air susu ibu banyak. Ibu mertua yang akan mengajari cara
menyusui dan makanan apa yang diberikan kepada bayi dan ibu bayi. Survei awal yang dilaksanakan di Desa Mazingo Tanoseo dengan
mewawancarai beberapa ibu menyusui, mereka telah memberikan makanan pendamping ASI sejak umur 3 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI pada
bayi umur kurang dari 6 bulan karena ibu menyusui ikut berperan serta dalam mencari nafkah sehingga bayi harus dibiasakan makan makanan pendamping ASI.
Pemberian MP-ASI ini juga sudah menjadi kebiasaan masyarakat terutama orang tua dan mertua yang turun temurun dengan alasan supaya bayi tidak rewel, cepat
Universitas Sumatera Utara
besar dan kuat. Makanan atau minuman yang di berikan berupa air putih, air gula, susu formula, bubur instan dan bubur nasi.
Masyarakat di desa ini terutama ibu menyusui juga mempunyai kebiasaan membuang atau tidak memberikan kolostrum kepada bayi yang baru lahir karena
mereka beranggapan bahwa ASI tersebut adalah ASI yang basi dan kotor yang bisa menyebabkan bayi sakit perut seperti bayi sering buang air besar dan muntah.
Ibu akan mulai menyusui bayinya setelah ASInya berwarna putih, sehingga sebelum keluar ASI yang berwarna putih tersebut, keluarga dan ibu menyusui
akan memberikan air gula atau susu formula. Melihat kondisi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pemberian ASI eksklusif di masyarakat Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah