2. Jalur yang baik apabila nyaman dipergunakan,tidak licin, tidak curam,
tidak berlumpur dan tidak tergenang air. 3.
Jalur yang baik adalah melindungi pengunjung dari ketegangan. Memberikan perhatian secara khusus di beberapa tempat pada jalur dan
jangan pernah membuat jalur yang lurus dan jauh. 4.
Jalur yang baik juga mampu membuat pengunjung merasa senang, dilengkapi dengan tempat sampah, tanda yang jelas dan petunjuk arah.
5. Jalur yang baik adalah menghindari lokasi yang membahayakan dan rawan
kecelakaan seperti komunitas pohon yang mudah tumbang dan tempat yang dapat mengganggu satwa liar.
2.1.5 Pusat Interpretasi Pengunjung
Gunn 1994 menyatakan bahwa pusat interpretasi pengunjung adalah sebuah fasilitas dan program yang didesain untuk melengkapi pengetahuan dan
wawasan pengunjung terhadap sumber-sumber alami maupun budaya sehingga membuat pengalaman wisatawan lebih mengenang dan tidak terlupakan. Pusat
interpretasi pengunjung adalah suatu tempat dimana warga dan pengunjung dapat mempelajari tentang sekeliling lingkungan secara spesifik dan mengenali isu
keanekaragaman hayati. Pusat interpretasi biasanya berupa bangunan kosong, ruang pameran, dan bentuk lainnya Domroese dan Sterling 1999.
Domroese dan Sterling 1999 menyatakan bahwa fasilitas pendidikan pusat interpretasi sangat unik karena hal sebagai berikut:
1. Pengunjung termotivasi untuk bekerja secara sukarela. Pusat interpretasi
diarahkan melalui kegiatan yang memungkinkan pengunjung untuk mendekati pameran tersebut.
2. Mendapatkan pengalaman belajar yang tidak didapatkan ditempat lain dan
pengunjung yang datang di pusat interpretasi pengunjung mendapatkan kepuasan akan mengajak orang lain untuk mengunjungi pusat interpretasi
tersebut. 3.
Pameran dan program di pusat interpretasi didesain untuk semua kalangan umur. Pengunjung dapat mempelajari dan berinteraksi dalam acara
tersebut.
2.1.6 Perencanaan Interpretasi
Nurbaeti 2006 menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang dan memiliki tahapan-tahapan logis serta berkelanjutan. Perencanaan juga
merupakan alat yang dinamis dan harus fleksible pada perubahan-perubahan yang terjadi sehingga terbuka kemungkinan untuk selalu direvisi. Perencanaan
interpretasi merupakan suatu proses, karena memerlukan pertahapan dan selalu berkembang sehingga dapat dikatakan merupakan proses yang dinamis Muntasib
2003. Ditjen PHPA 1988 menyatakan bahwa perencanaan interpretasi memiliki
pokok-pokok perencanaan. Pokok perencanaan tersebut dimaksudkan dapat memberikan arah dan tujuan bagi suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
Perencanaan tersebut bertujuan untuk: 1.
Membantu terjaminnya kelestarian alam dengan cara meningkatkan pengertian masyarakat akan konservasi alam.
2. Memberikan alasan yang mendasar bagi alokasi dana yang dibutuhkan
untuk interpretasi. 3.
Membuat penggunaan sumber daya manusia dan dapat terlaksana secara efisien.
4. Menghindari pembangunan fasilitas yang tidak menentu arah dan
pengaturannya sehingga dapat bertentangan dengan kebijaksanaan perlindungan dan pelestarian alam.
Muntasib 2003 menyatakan bahwa agar sebuah perencanaan interpretasi dapat mencapai tujuan dengan baik maka perencanaan tersebut haruslah:
1. Mampu dipergunakan oleh semua orang dalam merencanakan fasilitas
interpretasi yang disediakan dengan mengutamakan keselamatan pengunjung.
2. Memiliki fasilitas yang efisien dari segi pelayanan, penggunaan,
pembiayaan dan dapat membantu perencanaan interpretasi. 3.
Dapat mengungkapkan keindahan dan mampu menyediakan suatu paket yang bervariasi tetapi kompak pada sebuah karakteristik yang ada, indah,
peka dan menimbulkan bayangan atau gambaran dari subyek interpretasinya.
4. Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang fleksibel, efektif
dan dinamis. 5.
Mampu mengatasi dampak kerusakan dan kerugian sumberdaya alam budaya dan mempergunakan sumberdaya secara optimal.
6. Mempergunakan partisipasi publik dalam hal pendapat umum yang
berhubungan dengan perencanaan interpretasi secara keseluruhan, karena berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan perencanaan
interpretasi. Perencanaan interpretasi merupakan strategi dalam implementasi,
menyukseskan tujuan pengelolaan interpretasi dan memudahkan pemahaman antara pengunjung dengan sumberdaya alam. Selain itu perencanaan interpretasi
memberikan peluang kepada pengunjung baik didalam maupun diluar kawasan wisata Heriyaningtyas 2009. Perencanaan interpretasi merupakan salah satu
bagian dari sebuah studi besar yang meliputi rencana konservasi, penilaian akses, penilaian peninggalan purbakala dan rencana pengembangan pengunjung Jura
Consultans 2006. Isi pokok perencanaan interpretasi adalah teknik menyampaikan pesan
dalam menerangkankebudayaan khusus disuatu tempat McArthur 2005 diacu dalam Heriyaningtyas 2009. Kandungan isi perencanaan interpretasitersebut
adalah: 1.
Indikator keberhasilan. 2.
Menjelaskan tentang tujuan interpretasi yang mencakup tema dan pesan interpretasi.
3. Mengidentifikasi masyarakat yang berkeinginan menggunakan pelayanan
teknik interpretasi. 4.
Mendeskripsikan usulan teknik interpretasi secara langsung dan teknik interpretasi secara tidak langsung.
5. Bertindak strategi dalam menjalankan arah perencanaan mengatur dan
menyelesaikan.
2.1.7 Prospektus Perencanaan Interpretasi