3. Pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang wilayah Nasional termasuk kawasan tertentu.
4. Pemberian informasi atau pendapat dalam penyusunan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara.
5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional termasuk kawasan tertentu.
Pada dasarnya sudah banyak peraturan dan kebijakan pemerintah yang memuat tentang keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Namun,
sering dijumpai dalam aplikasinya, peraturan-peraturan tersebut sama sekali tidak menerapkannya sehingga kegiatan yang melibatkan peran serta kurang berjalan
dengan lancar.
2.6 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai DAS secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayahkawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi punggung bukit
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau
danau. Ritonga 2001 mendefinisikan Daerah Aliran Sungai DAS sebagai suatu
kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan menghasilkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai utama yang bermuara ke
danau atau laut. Suatu Daerah Aliran Sungai DAS adalah kumpulan dari sub
Universitas Sumatera Utara
DAS yang lebih kecil dengan ukuran maupun bentuk DAS yang berbeda dengan yang lainnya.
Menurut Suwardji 2007, Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di
hulu sungai ke arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya.
Agar manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu, pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air
debit, dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya.
Dengan perkataan lain, ekosistem DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi
tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan
biofisik melalui daur hidrologi. Pada DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta
terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Sedangkan DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Dari uraian di atas secara umum dapat dipahami bahwa pengelolaan kawasan sungai merupakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, yang dapat
pulih renewable, seperti air, tanah, dan vegetasi dalam sebuah kawasan sungai dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan kawasan
sungai, agar dapat menghasilkan hasil air water yield untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan masyarakat yaitu air minum,
industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya. Namun dalam perkembangan permasalahan selanjutnya ternyata penyebab kerusakan sumberdaya air menyangkut
berbagai tatanan kehidupan manusia dan pembangunan yang sangat kompleks. Sehingga semua aktors dan kegiatan pembangunan dalam satuan kawasan sungai
bersangkutan, bahkan keterkaitannya antara kawasan sungai satu dengan lainnya, haruslah menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan.
Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat
secara maksimal dan berkesinambaungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan DAS dipahami sebagai satu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang besifat manipulai sumber daya alam dan manusia yang terdapat
di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumebr daya air dan tanah yang dalam hal ini termasuk identifikasi
keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterikatan antara daerah hulu dan hilir.
Menurut Manan 1978 seperti yang dikutip Ritonga 2001, ada 5 butir perkembangan masyarakat sejalan dengan konsep pengelolaan DAS Daerah Aliran
Sungai yakni : 1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan
perananya. 2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan terhadap
kebutuhan tanah dan air. 3. Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan meningkatnya
taraf hidup masyarakat. 4. Timbulnya masalah kecurangan air, banjir, erosi, pencemaran,dll.
5. Perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan manajemen sumber daya alam.
Untuk mewujudkan daerah aliran sungai yang baik dan sehat diperlukan adanya pengelolaan terpadu. Salah satu konsep pengelolaan terpadu daerah aliran
sungai yang dianggap penting adalah peran serta masyarakat dalam pelestarian daerah aliran sungai.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan daerah aliran sungai antara lain : 1 masih tumpang tindihnya peraturan antar sektor, 2 perbedaan visi, misi,
persepsi dan tujuan antar stakeholder, 3 ego sektoral, 4 tidak adanya rencana induk pengelolaan sebagai rujukan, 5 penggunaan lahan tidak sesuai
peruntukan, 6 tidak adanya sistem pengelolaan informasi terpadu, 7 kurangnya peran serta masyarakat dalam mengaplikasikan teknik-teknik konservasi sumber daya
dan rendahnya kondisi sosial ekonmi, dan 8 keterbatasan dana dalam pelaksanaan konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan prasarana pengairan.
Sistem pengelolaan daerah aliran sungai terdiri atas : 1.
Perencanaan, dalam bentuk pola rencana jangka panjang, rencana teknik lapangan dalam jangka menengah untuk 5 tahun dan rencana tahunan.
2. Pelaksanaan, dalam bentuk kegiatan yakni pengaturan pemanfaatan lahan, konservasi tanah dan air dan untuk peningkatan peran serta masyarakat.
3. Monitoring dan evaluasi, dilakukan baik pada kegiatan proyek di lapangan maupun sasaran program pengelolaan daerah aliran sungai secara umum.
Agar pengelolaan daerah aliran sungai dapat dilakukan secara optimal, maka perlu ilibatkan seluruh stakeholders dan direncanakan secara terpadu, menyeluruh,
berkelanjutan, dan berawawasan lingkungan dengan daerah aliran sungai sebagai suatu unit pengelolaan. Pelaksanaan yang ditunjang oleh peraturan perundangan dna
sistem pendanaan yang memungkinkan mekanisme kerjasama yang baik antar stakeholders, antar sektor dan adanya pembagian biaya dan keuntungan antar bagian
Universitas Sumatera Utara
hulu dengan bagian hilir. Ini berarti aspek kelembagaan dalam pengelolaan daerah aliran sungai sangat penting untuk ditata.
2.7 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai