Prinsip Penerapan Sanksi Pidana bagi Anak Nakal

d Apabila usia anak nakal belum mencapai umur 12 tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, maka anak nakal tersebut dijatuhi salah satu tindakan saja Berdasarkan Pasal 26 ayat 4 jo Pasal 24, e Mengenai pidana kurungan terhadap anak hanya dapat dijatuhkan paling lama ½ dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa Berdasarkan Pasal 27, f Pidana denda yang diberikan kepada anak haruslah paling banyak ½ dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa Berdasarkan Pasal 28 ayat 1, g Apabila pidana denda tidak dapat dibayar oleh anak tersebut, maka dapat diganti dengan wajib latihan kerja paling lama 90 hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih 4 jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari Berdasarkan Pasal 28 ayat 2 dan 3, h Selanjutnya mengenai pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh hakim apabila pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 dua tahun Berdasarkan Pasal 29 ayat 1, dan i Sanksi terakhir yaitu pidana pengawasan yang dijatuhkan paling singkat 3 bulan dan paling lama 2 tahun di bawah pengawasan jaksa dan pembimbing kemasyarakatan Berdasarkan Pasal 30. Dalam kenyataannya, pemidanaan bertentangan dengan pengertian hukum itu sendiri karena menurut Hadi Supeno 2010 98 yaitu: a Anak-anak melakukan kenakalan sering di luar kesadarannya, lebih sebagai refleksi spontan yang sering tidak bisa dikontrol karena perbuatan yang bersifat spontan harus menerima hukum pemidanaan, b Pemidanaan di Indonesia seringkali berlangsung lama, dan rumit, sehingga dipastikan anak yang dikenakan pidana akan sangat menderita, c Anak adalah produk sosial. Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan perlakuan yang mereka terima dari orang dewasa dan lingkungan sosial. Jadi, 98 Hadi Supeno, Ibid., hal. 177 sangat tidak adil bila anak hanya karena melakukan kebiasaan orang dewasa harus menanggung pidana, d Walaupun anak dipidana berdasarkan Undang-undang Pengadilan Anak, tetapi karena Undang-undang tersebut merupakan bagian dari sistem peradilan umum, perlakuan aparat hukum terhadap anak akan sama terhadap orang dewasa. Sehingga, banyak hak yang tidak dipenuhi dana kan melanggar hukum, e Berdasarkan data empiris, pelaku kenakalan anak berasal dari keluarga yang tidak mampu, miskin, dan papa. Sehingga pemidanaan terhadap mereka tidak akan mebantu mobilitas vertikal anak tetapi semakin menambah derita anak, f Bahwa perkembagan pemikiran hukum pidana yang megedepankan tindakan daripada pidana telah muncul lama di Belanda dan menarik minat banyak pihak karena dirasa lebih efektif, g Bahwa justifikasi historis sosiologis mencegah pemidanaan anak dengan memberikan prioritas tindakan kepada anak nakal merupakan bentuk pembinaan anak yang diutamakan. Adapun prinsip umum perlindungan anak yang harus senantiasa ditegakkan menurut Hadi Supeno 2010, yaitu: 99 a Prinsip nondiskriminasi, b Prinsip kepentingn terbaik bagi anak best interest of child, c Prinsip hak hidup, klangsungan hidup, dan perkembgan the right to life, survival,and development, dan d Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak respect for the views of the child. Menurut Hadi Supeno 2010 juga terdapat prinsip keadilan bagi anak yang juga patut diterapkan dalam peradilan anak, antara lain 100 : a Pelaku kenakalan anak adalah korban, 99 Hadi Supeno, Ibid., hal. 53 100 Hadi Supeno, Ibid., hal. 90 b Setiap anak berhak agar kepentingan terbaiknya dijadikan sebagai pertimbangan utama, c Tidak mengganggu tumbuh kembang anak, d Setiap anak berhak untuk diperlakukan adil dan setara, bebas dari segala bentuk diskriminasi, e Setiap anak berhak mengekspresikan pandangan mereka dan didengar pendapatnya, f Setiap anak berhak dilindungi dari perlakuan salah, kekerasan, dan eksploitasi, g Setiap anak berhak diperlakukan dengan kasih sayang dan penghargaan akan harkat dan martabat sebagai manusia yang sedang tumbuh kembang, h Setiap anak berhak atas jaminan kepastian hukum, i Program pencegahan kenakalan remaja dan pencegahan terhadap perlakuan salah, kekerasan, dan eksploitasi secara umum harus menjadi bagian utama dari sistem peradilan anak, j Perenggutan kebebasan dalam bentuk apapun harus selalu digunakan hanya sebagai upaya terakhir dan apabila terpaksa dilakukan hanya untuk jangka waktu yang paling singkat, k Perhatian khusus harus diberikan kepada kelompok paling rentan dari anak, seperti anak korban konflik senjata, anak di daerah konflik sosial, anak didaerah bencana, anak tanpa pengasuh utama, anak dari kelompok minoritas, anak yang cacat, anak yang terimbas migrasi, dan anak yang terinfeksi HIV atau AIDS, l Pendekatan peka gender harus diambil disetiap langkah, stigmasi dan kerentanan khas yang dialami anak perempuan dalam sistem peradilan harus diakui sebagai sebuah problem nyata yang banyak berkaitan dengan status dan peran gender-nya sebagai anak perempuan, m Mengembangkan prespektif futuristis dengan meniadakan penjara anak 101 . 101 Hadi Supeno, Ibid., hal. 90 Menurut Hadi Supeno 2010 102 juga mengaitkan hal tersebut dengan Lapas atau Lembaga Pemasyarakatan, menurutnya: Sebaik apa pun Lapas, itu tetaplah tempat pemidanaan anak. Di sinilah jalan cerdas sebagai refleksi bangsa beradab harus ditunjukan, degan mencari alternatif tindakan yang mampu mendidik, membina, dan menuntun anak-anak yang berkonflik degan hukum untuk menjadi generasi yang bertanggungjawab terhadap dirinya, masyarakat, bangsa, dan kehidupan luas 103 . Hal ini bisa dilakukan bila kita mengembangkan apa yang disebut sebagai juvenile justice system, yakni konsep rehabilitasi mental degan meletakkan prinsip-prinsip HAM Hak Azasi Manusia, jaminan kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang anak, serta partisipasi masyarakat dalam mencari jalan keadilan bagi anak-anak yang berkonflik dengan hukum. Hukum di Indonesia pada dasarnya haruslah ditegakkan, bukan hanya dengan pemikiran normatif belaka, tetapi juga melalui pertimbangan lain seperti faktor internal dan eksternal dari seorang hakim dalam memutus setiap perkara di mana pelakunya adalah seorang anak. Sebab, anak adalah aset negara yang harus diberi pelajaran dan kematangan mental, bukan objek pemuas nafsu sesaat dari para pembual yang hanya memikirkan rasa keadilan dari satu pihak saja mengenai ancaman hukuman yang harus diderita oleh anak yang melakukan suatu tindak pidana. 102 Hadi Supeno, Ibid., hal. 17 103 Hadi Supeno, Ibid., hal. 17 BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA SESUAI PASAL 340 KUHP PADA KASUS PUTUSAN Nomor : 3.682Pid.B2009PN.Mdn

A. Kasus Posisi Nomor : 3.682Pid.B2009PN.Mdn

Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana tingkat pertama dengan pemeriksaan secara biasa yang dilakukan pada peradilan tingkat pertama, menjatuhkan putusan terhadap terdakwa : Nama Lengkap : WIDODO Tempat Lahir : Medan UmurTanggal Lahir : 16 Tahun09 Desember 1992 Jenis Kelamin : Laki – laki Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : Jl. Jenggala No. 16 Kel. Madras Hulu Kec. Medan Polonia Jl. Timah No. 10 Kel. Sei Rengas II Kec. Medan Area. Agama : Budha Pekerjaan : bagian dapur 1. Duduk Perkara Pada hari Senin tanggal 26 Oktober 2009 sekitar pukul 02.30 WIB di Rumah Makan Umi Seafood milik saksi di Jalan Jenggala No. 16 Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia telah terjadi tindak pidana yang menyebabkan adik ipar saksi meninggal dunia dan saksi mengalami luka berat yang dilakukan oleh terdakwa. Pada malam hari terdakwa dan korban SYAHBUDIN tidur bersama-sama di ruangan rumah makan dan di dalam melakukan pekerjaan sehari-hari sebagai karyawan, saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI memperlakukan terdakwa sama dengan korban SYAHBUDIN baik dalam pekerjaan rumah maupun dalam keperluan lainnya seperti makan dan rokok. 85 Pada hari Minggu tanggal 25 Oktober 2009 sekitar pukul 21.00 WIB saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI pergi keluar, terdakwa sendirian duduk di pelataran depan rumah makan dan sekitar pukul 22.00WIB saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI pulang dan duduk di pelataran depan rumah makan yang disusul oleh korban SYAHBUDIN yang baru saja kembali, lalu duduk sambil bercerita. Sekitar pukul 24.00 WIB saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI masuk ke dalam kamar dan sekira pukul 02.30 WIB saksi mendengar suara korban SYAHBUDIN berteriak minta tolong, lalu saksi keluar kamar dan menanyakan “ada apa ini”, seketika terdakwa langsung membacokkan parang yang dipegangnya ke arah saksi namun berhasil ditangkis oleh saksi sehingga mengenai pergelangan tangan kirinya yang menyebabkan luka berlumuran darah dan kondisi tangan saksi hampir putus dan ketika terdakwa hendak kembali membacok, saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI berusaha menyelamatkan diri dengan cara masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam. Terdakwa berusaha mengejar dan mendobrak pintu kamar saksi dengan cara membacokkan parang ke daun pintu kamar tapi pintu kamar tidak dapat dibuka oleh terdakwa selanjutnya saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI dan isteri saksi berteriak minta tolong. Selanjutnya setelah saksi mendengar ada suara warga dari depan rumah, lalu saksi dan isteri saksi memberanikan diri keluar kamar dan membuka pintu depan dan saksi melihat keadaan di dalam rumah saksi berantakan dan darah ada dimana-mana dan setelah ke belakang melihat kondisi adik ipar saksi yakni korban SYAHBUDIN dalam keadaan kritis dengan kondisi luka bacok di sekujur tubuh lalu saksi pergi ke rumah sakit karena kondisi tangan saksi hampir putus. Akibat perbuatan terdakwa, korban SYAHBUDIN mengalami luka dan akhirnya meninggal dunia sedangkan saksi SYAHRUL MINAWIR Alias AWI mengalami luka bacok di tangannya. 2. Dakwaan Penuntut Umum Bahwa pada hari Selasa 26 Oktober 2009 sekira pukul 00.30 WIB ketika terdakwa WIDODO melihat korban SYAHBUDIN sudah tertidur, timbul niat

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

3 55 157

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

0 0 52

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

0 3 38