68
yaitu silahturahmi yang dilakukan anak muda kepada orang yang lebih tua dan 3 100 anak menyatakan bahwa buku cerita nyadran membantu saya mengenal arti
dari tradisi nyadran. Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa prototipe yang dibuat telah layak digunakan.
4.2 PEMBAHASAN
Peneliti mendapatkan data hasil validasi dari dosen ahli psikologi dan sejarah di Universitas Sanata Dharma berupa masing-masing nilai 88.5 layak
dan 95 sangat layak. Data ini membuat prototype tentang tradisi nyadran dapat sangat layak untuk diujikan. Uji coba produk dilakukankan pada tanggal 5
Februari 2016 di SD N Jatisarono, Kulonprogo, Yogyakarta. Uji coba dilakukan terhadap 23 siswa anak usia 9-10 tahun, yang berarti sedang duduk di kelas 4
bangku sekolah dasar. Hasil analisis yang didapat oleh peneliti dari refleksi anak, peneliti
mendapatkan data bahwa buku cerita tradisi nyadran membantu anak terhadap upaya pemahaman tradisi nyadran yang berkaitan dengan pendidikan karakter
melalui cerita dan gambar-gambar sebagai ilustrasinya. Prototipe tersebut dinilai sangat baik dan dapat membantu anak untuk
memahami tradisi nyadran.
4.2.1 Produk disusun untuk memfasilitasi anak memahami tradisi nyadran.
Tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa
Herwati, 2010: 25. Pada dasarnya nyadran atau sadranan merupakan bukti kesadaran manusia terhadap adanya kehidupan dan kematian. Bagi masyarakat
69
Jawa, menghormati arwah leluhur mereka yang sudah meninggal sangat dijunjung tinggi, karena itulah upacara ini memiliki tujuan untuk menghormati dan
mendoakan leluhur yang telah meninggal. Terdapat tiga acara utama dalam tradisi ini, yaitu Besik, Kendurenan, dan Bakdan. Tradisi nyadran mengandung nilai-
nilai luhur dalam pelaksanaannya. Diantaranya, nilai gotong royong, nilai kebersamaan dan nilai Ketuhanan. Nilai kebersamaan dan gotong royong dapat
dilihat dari kagiatan-kegiatan tradisi nyadran, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong membersihkan area makam. Nilai ke-Tuhanan terlihat ketika
kegiatan berdoa yang dilakukan pada saat acara membersihkan makam selesai dan saat sebelum dan sesudah Kendurenan. Sedangkan nilai kebersamaan terlihat saat
seluruh warga berkumpul di area makam untuk menyantap makanan yang dibawa dari rumah secara bersama-sama dan saat acara silahturahmi berlangsung. Apabila
dilihat dari karakter kebangsaan yang terdapat dalam Pancasila, maka tradisi nyadran mengandung nilai-nilai dalam tiga sila yaitu, sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.
70
Gambar 6. Salah satu refleksi anak terhadap pemahaman tradisi nyadran
Berdasarkan hasil analisis setelah uji coba produk, ternyata 100 anak memahami tujuan nyadran untuk menghormati leluhur dan saudara yang sudah
meninggal.
4.2.2 Produk disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter
kebangsaan di dalam tradisi nyadran.
Prototipe yang berjudul “Buku Cerita Anak tentang Tradisi nyadran merupakan salah satu bentuk media untuk membantu anak dapat memahami
makna upacara nyadran yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Olah hati merupakan keiatan bertakwa kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan dengan
memohon pengampunan dosa agar arwah leluhur ditempatkan di sisi Allah dalam kegiatan berdoa. Olah pikir ditunjukan dengan berpikir kritis, hal tersebut
ditunjukkan ketika warga melaksanakan tata langkah upacara nyadran dalam upaya menghormati leluhur serta saudara yang sudah meninggal dan proses
71
membuat makanan dalam mempersiapkan kendurenan. Olah ragakinestetika merupakan kegiatan yang mengandung aktifitas fisik, hal itu terlihat saat kegiatan
membersihkan makam besik, masyarakat bergotong royong dan saling kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerja sama dalam membersihkan
lingkungan makam Besik dan mengandung nilai saling menghargai dan hormat kepada orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi Bakdan.
Peneliti melihat bahwa anak-anak sudah mampu memahami tentang nilai- nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi nyadran
dapat dilihat dari hasil gambar yang dibuat siswa. Hal tersebut terbukti dengan anak-anak menggambarkan bagian dari cerita yang mereka anggap paling menarik
dan mengandung nilai karakter. Berikut ini merupakan salah satu contoh hasil refleksi anak yang menggambarkan nilai ketuhanan, yaitu berdoa disamping
makam saat tradisi nyadran.
Gambar 7. Hasil Refleksi Gambar Siswa
72
Hasil refleksi diarahkan peneliti dalam bentuk gambar karena gambar merupakan media konkrit yang dapat langsung dipahami oleh anak pada masa operasional
konkrit menurut Piaget yaitu umur 7-11 tahun. Pendapat peneliti juga diperkuat oleh Nur‟aini 2010:12 yang menyatakan bahwa “alam pikir anak adalah
gambar”. Dengan perkataan lain, „bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar‟. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam
bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri.
4.2.3 Prototipe disusun dalam bentuk buku cerita.