Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI RUWATAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN Rosalia Purwaningtyas

Universitas Sanata Dharma 2016

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari tradisi ruwatan. Potensi pada tradisi ruwatan yaitu adanya nilai gotong royong dalam persiapan maupun penyelenggaraan acara, bekerjasama, berdoa, meminta restu kepada orangtua, dan bersyukur. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada beberapa anak dan analisis kebutuhan kepada 18 anak usia 9-10 tahun menunjukkan bahwa mereka belum memahami tradisi ruwatan. Dari hasil analisis kebutuhan, peneliti mendapatkan sebanyak 89% anak membutuhkan buku cerita tentang tradisi ruwatan,67% anak belum mengetahui nilai-nilai gotong royong dalam tradisi ruwatan, 89% anak memerlukan buku cerita tentang ruwatan dan 78% anak membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan.Peneliti terdorong mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan untuk membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain,(5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Prototipe buku cerita berjudul “Mengenal Tradisi Ruwatan” tersebut divalidasi oleh ahli sastra dan bahasa dan mendapatkan skor 3,2 (baik) sehingga layak untuk diujicobakan.

Ujicoba peneliti lakukan sebanyak satu kali di SD N Jambon, Nanggulan, Kulonprogo. Prototipe ini diujikan kepada 11 anak usia 9-10 tahun. Dari hasil refleksi setelah ujicoba tersebut didapatkan data sebanyak 100% anak mengetahui bahwa ruwatan memiliki niai-nilai ketuhanan, kebersamaan, gotong royong, membantu anak mengerti mengenai tradisi ruwatan dan membantu anak untuk melestarikan tradisi ruwatan.

Kata kunci: pengembangan, buku cerita, ruwatan, pendidikan karakter kebangsaan.


(2)

ABSTRACT

DEVELOPING A PROTOTYPE OF A CHILDREN STORY BOOK OF

RUWATAN TRADITION IN THE CONTEXT OF

NATIONALISM CHARACTER EDUCATION Rosalia Purwaningtyas

Sanata Dharma University 2016

This study is a research result and an extension of a ruwatan tradition. The potency of the ruwatan tradition is that it has communal work examples in the preparation and the day of the celebration which are working together, praying, asking for the parents’ endorsement, and expressing gratitude. The problems the researcher gathers from the interviews to some children and the need analysis towards18 children of 9-10 years old shows that they lack the understanding of ruwatan tradition. From the need analysis, the researcher learns that 89% of the children need story books about ruwatan tradition, 67% of the children do not have elaborate explanations about communal work values, 89 % of the children need books about ruwatan, and 78 % of the children need pictorial books about ruwatan tradition. The researcher is invited to develop a children story book prototype about ruwatan tradition in the context of nationalism character education to help children understand the ruwatan tradition

This research is a research and development ( R&D) with six steps of Sugiyono which comprises: (1) potencies and problems, (2) data gathering, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product implementation trial. The book prototype entitled “Mengenal Tradisi Ruwatan” has been validated by a literary and language expert and the score is 3,2 (good) so it is worth to be put on trial.

The researcher applies the trial once at SD N Jambon, Nanggulan, Kulonprogo. The prototype is tried on 11 children of -10 years old. As the data gather up, it reflects that 100 % of the children understand that ruwatan has values of divinity, togetherness, communal work, helping the children undrerstand the ruwatan tradition and perpetuating the ruwatan tradition. By all means this story book prototype can be used to help children understand the ruwatan tradition and plant the values of nationalism character education.


(3)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI RUWATAN

DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosalia Purwaningtyas NIM: 121134081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI RUWATAN

DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosalia Purwaningtyas NIM: 121134081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria sebagai sumber kekuatan dan harapan.

2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ignatius Tukiman dan Ibu Sesilia Sunarti yang selalu memberikan semangat, perhatian, harapan, doa, dan dukungan yang tak berkesudahan.

3. Saudara-saudaraku Maria Tri Ratnasari, Monica Ervina, Yuliana Indria Hermiati, Albertus Indra Hartono, Florentina Karyati yang memberikan dukungan, bantuan dan doa.

4. Cornelius Ari Saptono yang selalu mendoakan, menemani, memberikan semangat, menghibur dan memberikan perhatian yang luar biasa.

5. Sahabat–sahabat, Vinta, Hayu, Dian, Marcel, Rani, Shinta, Vita dan Kristin yang selalu memberikan semangat, penghiburan dan dukungan di saat–saat tersulit,

6. Teman-teman payung, Vinta, Hayu, Dian, Ambar, Laras, Ayu, Reny, Siti, Nike, Andro, Dani dan Wahyu.

7. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(8)

v MOTTO

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”

Matius 21:22

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”

Ibrani 11:1

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat

menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” Pengkhotbah 3:11


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Peneliti,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rosalia Purwaningtyas

Nomor Induk Mahasiswa : 121134081

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI RUWATANDALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Maret 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI RUWATANDALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN Rosalia Purwaningtyas

Universitas Sanata Dharma 2016

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari tradisi ruwatan. Potensi pada tradisi ruwatan yaitu adanya nilai gotong royong dalam persiapan maupun penyelenggaraan acara, bekerjasama, berdoa, meminta restu kepada orangtua, dan bersyukur. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada beberapa anak dan analisis kebutuhan kepada 18 anak usia 9-10 tahun menunjukkan bahwa mereka belum memahami tradisi ruwatan. Dari hasil analisis kebutuhan, peneliti mendapatkan sebanyak 89% anak membutuhkan buku cerita tentang tradisi ruwatan,67% anak belum mengetahui nilai-nilai gotong royong dalam tradisi ruwatan, 89% anak memerlukan buku cerita tentang ruwatan dan 78% anak membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan.Peneliti terdorong mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan untuk membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain,(5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Prototipe buku cerita berjudul “Mengenal Tradisi Ruwatan” tersebut divalidasi oleh ahli sastra dan bahasa dan mendapatkan skor 3,2 (baik) sehingga layak untuk diujicobakan.

Ujicoba peneliti lakukan sebanyak satu kali di SD N Jambon, Nanggulan, Kulonprogo. Prototipe ini diujikan kepada 11 anak usia 9-10 tahun. Dari hasil refleksi setelah ujicoba tersebut didapatkan data sebanyak 100% anak mengetahui bahwa ruwatan memiliki niai-nilai ketuhanan, kebersamaan, gotong royong, membantu anak mengerti mengenai tradisi ruwatan dan membantu anak untuk melestarikan tradisi ruwatan.

Kata kunci: pengembangan, buku cerita, ruwatan, pendidikan karakter kebangsaan.


(12)

ix ABSTRACT

DEVELOPING A PROTOTYPE OF A CHILDREN STORY BOOK OF RUWATANTRADITION IN THE CONTEXT OF

NATIONALISM CHARACTER EDUCATION Rosalia Purwaningtyas

Sanata Dharma University 2016

This study is a research result and an extension of a ruwatan tradition. The potency of the ruwatan tradition is that it has communal work examples in the preparation and the day of the celebration which are working together, praying, asking for the parents’ endorsement, and expressing gratitude. The problems the researcher gathers from the interviews to some children and the need analysis towards18 children of 9-10 years old shows that they lack the understanding of ruwatan tradition. From the need analysis, the researcher learns that 89% of the children need story books about ruwatan tradition, 67% of the children do not have elaborate explanations about communal work values, 89 % of the children need books about ruwatan,and 78 % of the children need pictorial books about ruwatan tradition. The researcher is invited to develop a children story book prototype about ruwatan tradition in the context of nationalism character education to help children understand the ruwatantradition

This research is a research and development ( R&D) with six steps of Sugiyono which comprises: (1) potencies and problems, (2) data gathering, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product implementation trial. The book prototype entitled “Mengenal Tradisi Ruwatan” has been validated by a literary and language expert and the score is 3,2 (good) so it is worth to be put on trial.

The researcher applies the trial once at SD N Jambon, Nanggulan, Kulonprogo. The prototype is tried on 11 children of -10 years old. As the data gather up, it reflects that 100 % of the children understand that ruwatanhas values of divinity, togetherness, communal work, helping the children undrerstand the ruwatan tradition and perpetuating the ruwatantradition. By all means this story book prototype can be used to help children understand the ruwatan tradition and plant the values of nationalism character education.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S, M.Pd. selaku Wakil Kepala Program

Studi PGSD.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, tenaga dan pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, tenaga dan pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen dan karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan selama perkuliahan.

7. Dosen validator instrument pra penelitian dan validator prototipe.

8. Kepala sekolah, guru dan siswa SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta yang telah membantu penelitian dalam analisis kebutuhan anak.

9. Kepala sekolah, guru dan siswa SD N Jambon, Kulonprogo yang telah membantu peneliti dalam ujicoba produk.


(14)

xi

9. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ignatius Tukiman dan Ibu Sesilia Sunarti yang selalu memberikan semangat, perhatian, harapan, doa, dan dukungan. 10. Saudara-saudaraku Maria Tri Ratnasari, Monica Ervina, Yuliana Indria

Hermiati, Albertus Indra Hartono, Florentina Karyati yang memberikan dukungan, bantuan dan doa.

11. Cornelius Ari Saptono yang selalu mendoakan, menemani, memberikan semangat, menghibur dan memberikan perhatian yang luar biasa.

12. Sahabat–sahabat, Vinta, Hayu, Dian, Marcel, Rani, Shinta, Vita dan Kristin yang selalu memberikan semangat, penghiburan dan dukungan di saat–saat tersulit,

13. Teman-teman penelitian kolaboratif, Vinta, Hayu, Dian, Ambar, Laras, Ayu, Reny, Siti, Nike, Andro, Dani dan Wahyu.

14. Louis Edo Kris Kelana yang membantu menyempurnakan prototipe penelitian.

15. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

16. Semua pihak yang turut memberikan bantuan, semangat, doa, dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 16 Maret 2016 Peneliti,


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Spesifikasi Produk ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Pengertian Upacara Adat Jawa ... 7

2.1.1.1 Macam-Macam Tradisi Jawa... 8

2.1.1.2 Ruwatan ... 10

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 15

2.1.2.1 Arti Karakter... 15


(16)

xiii

2.1.2.3 Pendidikan Karakter Kebangsaan... 19

2.1.3 Buku Cerita Anak ... 21

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Anak ... 21

2.1.3.2 Macam-Macam Bentuk Buku Cerita ... 21

2.1.3.3 Tujuan Buku Cerita Anak... 23

2.1.4 Peran Media ... 23

2.1.4.1 Pengertian Media ... 23

2.1.4.2 Pengertian Media Pembelajaran ... 24

2.1.4.3 Manfaat Media Pembelajaran ... 25

2.1.5 Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun ... 25

2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun ... 25

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun... 26

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Tempat Penelitian ... 31

3.2.2 Subjek Penelitian ... 31

3.2.3 Objek Penelitian... 32

3.3 Prosedur Pengembangan ... 32

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 33

3.3.2 Pengumpulan Data ... 34

3.3.3 Desain Produk ... 34

3.3.4 Validasi Desain ... 35

3.3.5 Revisi Desain ... 35

3.3.6 Uji Coba Produk ... 35

3.4 Uji Coba Produk ... 36

3.5 Instrumen Penelitian ... 36

3.5.1 Kisi-kisi Lembar Wawancara... 36

3.5.2 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 37

3.5.3 Validasi Kuesioner Pra Penelitian... 37

3.5.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak... 38

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6.1 Wawancara... 40

3.6.2 Kuesioner ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

3.7.1 Data Kualitatif... 41

3.7.2 Data Kuantitatif... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Prosedur Pengembangan ... 44

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 44

4.1.1.2 Pengumpulan Data ... 45


(17)

xiv

4.1.1.4 Validasi Desain ... 57

4.1.1.5 Revisi Desain ... 58

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 61

4.1.2 Kualitas Produk... 63

4.2 Pembahasan ... 65

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe ... 70

4.3.1 Kelebihan Prototipe... 70

4.3.2 Kekurangan Prototipe ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN... 77


(18)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2.1 Penelitian yang Relevan... 29 Bagan 3.3.1 Langkah-langkah Pengembangan menurut Sugiyono ... 32 Bagan 3.3.2 Langkah-langkah Pengembangan Prototipe ... 33


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara ... 36

Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner ... 37

Tabel 3. Validasi Kuesioner Pra Penelitian ... 37

Tabel 4. Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak... 38

Tabel 5. Lembar Kuesioner Uji Coba Produk... 40

Tabel 6. Tabel Skala Likert... 42

Tabel 7. Skala Likert Modifikasi ... 43

Tabel 8. Data Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak... 46

Tabel 9. Rekapitulasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak... 47

Tabel 10. Hasil Validasi oleh Ahli... 57


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sketsa Awal yang dibuat oleh Peneliti... 50

Gambar 2. Sketsa yang dibuat oleh Ahli Gambar... 53

Gambar 3. Sketsa yang telah diperbaiki oleh Ilustrator ... 56

Gambar 4. Hasil Gambar Sebelum dan Sesudah Revisi ... 60

Gambar 5. Kegiatan Uji Coba Produk di SD N Jambon... 62


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara... 78

Lampiran 2. Validasi Kuesioner Pra Penelitian ... 79

Lampiran 3. Kuesioner Anak Pra Penelitian... 85

Lampiran 4. Validasi Prototipe oleh Ahli Bahasa... 121

Lampiran 5. Kuesioner Uji Coba Produk... 122

Lampiran 6. Surat Ijin Pra Penelitian di SD N Tegalrejo 2 ... 133

Lampiran 7. Surat Sudah Melakukan Pra Penelitian di SD N Tegalrejo 2 ... 134

Lampiran 8. Surat Ijin Uji Coba Produk di SD N Jambon ... 135

Lampiran 9. Surat Sudah Melakukan Uji Coba Produk di SD N Jambon ... 136

Lampiran 10. Hasil Refleksi Anak... 137


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan definisi operasional.

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005: 1). Tradisi Jawa adalah kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat Jawa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Terdapat berbagai macam tradisi yang ada di Jawa, salah satunya adalah ruwatan.

Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya (Herawati 2010: 3). Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional khususnya di wilayah Yogyakarta yang dilakukan sebagai upaya pembebasan diri seseorang dari sukerta (bahaya, kesialan, pengaruh jahat) yang dianggap mengganggu keselamatan hidup seseorang. Dalam tradisi ruwatan terdapat empat kegiatan yaitu upacara siraman, acara inti pertunjukkan wayang dengan lakon “Murwakala”, upacara srah-srahan dan ucapan terimakasih. Tradisi ruwatan memiliki nilai-nilai luhur yaitu nilai ketuhanan dan nilai sosial. Nilai ketuhanan terlihat saat seseorang yang akan diruwat bersujud di hadapan orangtuanya dan berdoa untuk memohon kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Nilai sosial terlihat ketika masyarakat bergotongroyong dalam


(23)

persiapan penyelenggaraan acara, melihat pertunjukkan wayang, dan makan bersama.

Tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28). Apabila dilihat dari karakter kebangsaan yang terdapat dalam Pancasila, maka tradisi ruwatanmengandung nilai-nilai dalam tiga sila yaitu, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.

Nilai-nilai pendidikan karakter yang juga terkandung dalam tradisi ruwatandiantaranya adalah olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetika, serta olah rasa dan karsa. Olah hati meliputi bertakwa kepada Tuhan yang ditunjukkan ketika seseorang yang akan diruwat meminta restu kepada kedua orang tua dengan cara bersujud di hadapannya dan ketika dalang membacakan doa untuk meminta kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Olah pikir meliputi rasa ingin tahu dan berpikir kritis yang ditunjukkan ketika seorang anak bertanya mengenai tradisi ruwatan dan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi tersebut. Olah raga/kinestetika meliputi bersih dan sehat yang ditunjukkan ketika seseorang yang telah selesai diruwat maka orang tersebut sudah terbebas dari marabahaya,


(24)

kesialan, atau dosa. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang ditunjukkan ketika pelaksanaan ruwatan, dan ketika orang-orang bergotong royong untuk menyiapkan acara yang akan diselenggarakan.

Peneliti merasa prihatin karena berdasarkan penelitian, saat ini masyarakat Yogyakarta tidak mengenal tradisi yang ada di Jawa. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa anak dan dewasa untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai tradisi ruwatan. Dari hasil wawancara kepada beberapa orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, ternyata mereka tidak memahami kekhasan dari ruwatan yang ternyata memiliki nilai-nilai yang khas dari bangsa Indonesia khususnya tradisi ruwatan. Seharusnya anak-anak mengetahui dan ikut melestarikan tradisi yang ada di Jawa karena tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai yang baik dan bermanfaat untuk membentuk karakter anak.

Melihat permasalahan yang ada, peneliti membagikan kuesioner kepada 18 siswa kelas IV di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta pada hari Jumat, 4 Desember 2015. Kuesioner tersebut dibagikan dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan anak atau mengetahui sejauh mana pemahaman anak mengenai tradisi ruwatan. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa, peneliti mendapatkan data bahwa sebesar 89% anak tidak mengetahui definisi dari ruwatan,89% anak memerlukan buku tentang ruwatan dan 78% anak memerlukan buku dalam bentuk buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan.

Data tersebut membuktikan bahwa anak kurang memahami tradisi ruwatan dan memerlukan buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan. Berdasarkan data tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang


(25)

Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan. Buku cerita atau prototipe tersebut berisi empat kegiatan dalam tradisi ruwatan yang berisi sepuluh gambar dan menjadi efektif karena sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu operasional konkret untuk penanaman pendidikan karakter dan melestarikan tradisi ruwatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana prosedur atau langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan?

1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Menjelaskan prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatandalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

1.4 MANFAAT 1.4.1 Bagi siswa

Memahami makna tradisi ruwatan yang mengandung nilai pendidikan karakter.

1.4.2 Bagi peneliti

Menghasilkan produk berupa buku cerita bergambar untuk melestarikan tradisi ruwatan.


(26)

1.4.3 Bagi masyarakat Jawa

Masyarakat memiliki salah satu informasi yang berkaitan dengan tradisi ruwatan agar dapat dilestarikan.

1.5 SPESIFIKASI PRODUK

1.5.1 Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

1.5.2 Prototipe ini terdiri dari cover berisi judul yaitu “Mengenal Tradisi Ruwatan” dan memuat kata pengantar untuk membantu pembaca dalam membaca keseluruhan isi dari buku dan daftar pustaka.

1.5.3 Prototipe memuat cerita tentang tradisi ruwatan sebagai salah satu tradisi Jawa.

1.5.4 Prototipe memuat 10 gambar tentang tradisi ruwatan dan penjelasan dalam setiap gambar.

1.5.5 Prototipe yang berisi cerita dan gambar tersebut menunjukkan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.

1.5.6 Prototipe berisi refleksi dari kegiatan tradisi ruwatan.

1.5.7 Prototipe tersebut juga berisi daftar kepustakaan yang berkaitan dengan tradisi ruwatandan pendidikan karakter yang digunakan untuk mendukung buku cerita anak yang peneliti buat.

1.6 DEFINISI OPERASIONAL

1.6.1 Prototipe adalah model mula-mula atau model yang dapat dijadikan contoh sebelum dikembangkan atau sebelum diproduksi secara massal.


(27)

1.6.2 Buku cerita anak adalah buku yang berisi cerita dan ditujukan untuk anak dengan pemilihan kata-kata atau bahasa yang mudah dipahami oleh anak. 1.6.3 Anak usia 9-10 tahun masuk dalam tahap operasional konkret yaitu

dimana anak dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam bentuk yang berbeda.

1.6.4 Tradisi Jawa adalah suatu adat atau kebiasaan secara turun temurun yang dianggap baik sehingga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa. 1.6.5 Ruwatan adalah suatu jalan dan usaha untuk membebaskan manusia dari

aib dan dosa yang sekaligus menghindarkan diri dari malapetaka.

1.6.6 Pendidikan karakter kebangsaan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk membentuk sikap atau perilaku yang mencakup olah hati (beriman dan bertakwa), olah pikir (berpikir kritis dan rasa ingin tahu), olah raga (bersih dan sehat), dan olah rasa dan karsa (kebersamaan dan gotong royong).


(28)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini terdiri dari kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini berisi beberapa teori yang dijadikan landasan guna mendukung penelitian ini. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah upacara adat Jawa, pendidikan karakter kebangsaan, buku cerita anak dan tahap perkembangan anak usia 9-10 tahun.

2.1.1 Pengertian Upacara Adat Jawa

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005: 1). Upacara adat merupakan salah satu hasil budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus dapat mengetahui warisan budaya leluhur yang ada (Sunjata, 2013: 73). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, tradisi Jawa adalah adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat Jawa. Melalatoa, (dalam Sunjata, 2013: 77) mengatakan bahwa di dalam penyelenggaraan upacara adat terdapat nilai-nilai budaya yang bermanfaat bagi masyarakat. Nilai-nilai budaya tersebut bermanfaat dalam menentukan pola pikir kehidupan masyarakat. Nilai budaya merupakan konsepsi


(29)

abstrak yang dianggap baik dan bernilai tinggi dalam hidup serta menjadi pedoman tertinggi kelakuan dalam kehidupan suatu masyarakat.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa upacara adat Jawa merupakan suatu kebiasaan atau kebudayaan yang ada di Jawa yang dilakukan secara turun temurun agar generasi berikutnya dapat mengetahui warisan budaya leluhur dan dapat melestarikannya karena mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

2.1.1.1 Macam-macam tradisi Jawa 1. Ruwatan

Ruwatan merupakan suatu jalan dan usaha untuk membebaskan manusia dari aib dan dosa yang sekaligus menghindarkan diri dari malapetaka (Bratawidjaja, 1988: 38). Ruwatan merupakan upaya untuk membebaskan seseorang yang dipercaya akan mengalami nasib buruk. Jika tidak diruwatmaka ia akan mengalami nasib buruk selama hidupnya (Bayuadhy, 2015: 104). Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa malapetaka, bahaya atau kesialan di dalam hidupnya (Herawati, 2010: 3). Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan ruwatan adalah salah satu upacara tradisional di Jawa yang dilakukan sebagai sarana untuk membebaskan manusia dari bahaya, dosa atau kesialan yang dapat menimpanya.

2. Labuhan atau Nglarung

Kata labuhan berasal dari kata labuh yang artinya sama dengan nglarung yaitu membuang sesuatu ke dalam air (sungai atau laut). Dalam konteks ini, yang dimaksud upacara labuhan adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa


(30)

di suatu tempat (Suyami, 2008: 101). Tujuan pelaksanaan upacara tersebut adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan (Sunjata, 2013: 117).

3. Nyadran

Nyadran termasuk salah satu upacara tradisional masyarakat Jawa yang dilakukan setahun sekali dan dilaksanakan sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur yang telah tiada agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan (Bayuadhy, 2015: 97). Kegiatan yang dilakukan saat nyadran adalah (1) menyelenggarakan kenduri dengan pembacaan ayat al-Qur’an, dzikir, tahlil, dan doa kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, (2) melakukan bersih-bersih makam leluhur dari dedaunan kering dan rerumputan, (3) melakukan ziarah kubur disertai dengan doa untuk arwah para leluhur yang meninggal dunia. Nyadran dilestarikan sebagai sebuah upacara budaya yang bernuansa religius, moral, sosial, dan kemanusiaan (Bayuadhy, 2015: 98).

4. Tedhak Siten

Tedhak siten (turun tanah) adalah upacara adat Jawa ketika anak pertama berumur pitung lapan(245 hari) yang sedang belajar berjalan kaki. Tedhakartinya menapak, siten artinya tanah atau bumi. Jadi, tedhak siten bisa diartikan turun tanah atau menapakkan kaki di tanah (Bayuadhy, 2015: 32).

5. Sekaten

Sekaten atau upacara sekaten berasal dari kata syahadatain atau dua kalimat syahadat. Sekaten adalah acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tanggal 5 Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di


(31)

alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta (Bayuadhy, 2015: 176). Upacara sekaten merupakan upacara ritual di Kraton Yogyakarta yang diselenggarakan setiap setahun sekali, yaitu pada saat menjelang peringatan Mulud Nabi Muhammad SAW. Upacara tersebut dilaksanakan selama satu minggu (tujuh hari), yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal) sore hari sampai dengan tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam (Suyami, 2008:)

Sekaten diadakan sebagai salah satu upaya dalam menyiarkan agama Islam. Karena orang Jawa pada waktu itu menyukai gamelan, maka pada hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung dipukul gamelan sehingga orang berduyun-duyun datang di halaman masjid untuk mendengarkan pidato-pidato tentang agama Islam (Poeger, 2002: 1).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sekaten adalah salah satu upacara yang dilakukan sebagai peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW dan dilakukan untuk menyebarkan agama Islam.

2.1.1.2 Ruwatan

a. Tujuan UpacaraRuwatan

Tujuan dari tradisi ruwatan adalah untuk menghindarkan diri dari marabahaya atau malapetaka yang mengancamnya dan untuk menghindarkan diri dari pengaruh jahat yang timbul dari makhluk halus (Herawati, 2010: 14).

b. Orang yang harus diruwat

Beberapa macam orang yang wajib diruwat berdasarkan tradisi Jawa adalah sebagai berikut (Bayuadhy, 2015: 106): pendawa lima, yaitu lima bersaudara yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki; panca gati, yaitu lima bersaudara yang keseluruhannya berjenis kelamin perempuan; ting-ting


(32)

kebanting, yaitu satu anak laki-laki; ontang-anting, yaitu satu anak perempuan; kedana-kedini, yaitu dua bersaudara yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan; sendang kaapit pancuran, yaitu tiga bersaudara dengan urutan perempuan – laki-laki – perempuan; pancuran kaapit sendang, yaitu tiga bersaudara dengan urutan laki-laki – perempuan – laki-laki; uger-uger lawang, yaitu dua bersaudara yang semuanya laki-laki; kembang sepasang, yaitu dua bersaudara yang semuanya perempuan; gondhang kasih, yaitu dua bersaudara yang memiliki warna kulit berbeda, yang satu hitam dan satunya putih; cukit dulit,yaitu tiga anak laki-laki bersaudara.

Sarombo, yaitu empat anak laki-laki bersaudara; mayit, yaitu tiga anak perempuan bersaudara; sarimpi, yaitu empat anak perempuan bersaudara; kiblat papat,yaitu empat anak laki-laki dan empat anak perempuan bersaudara; pipilan, yaitu lima bersaudara yang terdiri dari empat perempuan dan satu laki-laki; padangan, yaitu lima bersaudara yang terdiri dari satu perempuan dan empat laki-laki; sepasar, yaitu sepuluh bersaudara yang terdiri dari lima anak laki-laki dan lima anak perempuan; pendawa ngedangno, yaitu empat bersaudara yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan satu perempuan; orang yang lahir pada hari Selasa Kliwon dan Selasa Wage; serta ilo-ilo,yaitu orang yang meninggal karena musibah atau bunuh diri.

c. Tata cara

Tata cara dalam ruwatan terbagi dalam empat kegiatan utama yaitu upacara siraman, acara inti pertunjukkan wayang lakon “Murwakala”, upacara srah-srahan dan ucapan terimakasih. Kegiatan yang pertama adalah upacara siraman. Upacara siraman ditujukan kepada anak yang akan diruwat. Upacara


(33)

siraman dilakukan oleh ibu dari seseorang yang diruwat dengan air kembang setaman. Setelah upacara siraman anak itu mengenakan busana adat Jawa yang dibuat secara khusus. Anak yang diruwat diajak oleh dalang serta didampingi oleh para pinisepuh untuk bersujud di hadapan ayah dan ibunya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan selamatan disertai doa khusus yang dilakukan oleh dalang di hadapan keluarga dan kerabat tuan rumah agar acara dapat berjalan dengan lancar. Setelah semua sesaji lengkap, iring-iringan rombongan membawa sesaji tersebut ke tempat acara ruwatan dilangsungkan. Rombongan anak yang akan diruwat ikut menyusul. Kemudian anak yang diruwat, ayah-ibu serta para sesepuh dipersilahkan duduk di tempat yang telah disiapkan. Semua sesaji diletakkan di atas meja khusus yang diatur oleh dalang. Kemudian dalang menyerahkan sesaji yang telah dipersiapkan.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pertunjukkan wayang dengan cerita Murwakala. Dalang mempergelarkan wayang kulit dengan cerita Murwakala selama kurang lebih tiga jam. Ketika cerita hampir berakhir, dalang menghentikan sebentar ceritanya dan dilanjutkan dengan srah-srahan terlebih dahulu.

Anak yang akan diruwat diserahkan dari ayah ibunya kepada dalang dan kemudian anak yang diruwat dipotong rambutnya secara simbolis oleh ayah ibunya. Setelah itu anak yang diruwat beserta orang tuanya meninggalkan dalang dan selanjutnya dalang meneruskan pagelaran wayang kulit cerita Murwakala sampai selesai.

Setelah pagelaran wayang kulit selesai, anak yang diruwat beserta ayah ibunya menghampiri dalang untuk menyampaikan ucapan terimakasih. Dan acara


(34)

yang terakhir adalah upacara tirakatan. Setelah selesai upacara ruwatan yang diselenggarakan pada pagi hari sampai siang hari, pada malam harinya diselenggarakan malam tirakatan dengan pentas wayang. Biasanya pentas wayang dalam malam tirakatan, mengambil cerita (lakon) yang berbobot misalnya Bima Gugah, Sentana Banjut, dan sebagainya.

d. Perlengkapanatau Ubarampe Ruwatan

Untuk mengadakan upacara ruwatan terhadap orang-orang sukertakarena pembawaan atau proses kelahiran, ada perlengkapan atau ubarampe yang perlu disiapkan. Berikut ini adalah ubarampe yang diperlukan dalam tradisi ruwatan yaitu tempat tirtaatau air, dupa, kemenyan, candu, bunga berbagai macam, biji-bijian, empon-empon, telor 4 macam (telor ayam, angsa, itik dan burung), janur, daun jati, daun kluwih, lilin, pisang raja, kinang (suruh, injet atau kapur, tembakau), tukon dan jajan pasar, lawe, duk, cerutu, minuman 48 macam (dhawet, rujak degan, arak dan sebagainya), ayam, babi, potongan kuku dan rambut seseorang yang akan diruwat, dan pakaian seseorang yang akan yang diruwat(Sulistyobudi, dkk, 2013: 39).

Arti dan makna lambang dari berbagai sesaji dalam ubarampe upacara ruwatan tersebut adalah sebagai berikut (Sulistyobudi, dkk, 2013: 39): tirta atau air sebagai lambang air suci/kehidupan. Dupa, kemenyan, candu melambangkan bau wewangian yang harum semerbak dan sebagai lambang wahana penyampaian doa permohonan. Berbagai macam bunga atau bunga setaman melambangkan berbagai macam bau dan warna yang ada di dunia. Berbagai macam biji-bijian melambangkan sebuah harapan agar manusia menjadi biji yang baik, sehingga saat tumbuh bisa menjadi tanaman yang subur dan bermanfaat.


(35)

Empon-emponsebagai lambang agar manusia selalu menjaga rasa dan kesehatan dengan baik. Telor ayam, angsa, bebek dan burung melambangkan keempat penjuru mata angin timur, selatan, barat dan utara. Selain itu juga sebagai simbol Bathara Guru/Putih, Bathara Brahma/Merah, Bathara Mahadewa/Barat, Bathara Wisnu/Hitam dan diharapkan manusia bisa menetas menjadi manusia yang baik. Daun jati, kluwih dan janur bermakna bahwa manusia harus dapat menemukan jati dirinya sebagai makhluk Tuhan. Lilin sebagai lambang pelita atau cahaya kehidupan. Pisang raja yang diatasnya terdapat jajan pasar atau tukon pasar melambangkan bahwa kehidupan ini beraneka ragam isinya. Lawe dan duk melambangkan manusia harus selalu melaksanakan kesucian/kemurnian dan harus selalu waspada. Babi melambangkan kehidupan yang kotor, dalam hal ini manusia diharapkan tidak mengikuti pola hidup babi.

e. Nilai- nilai dalam tradisi ruwatan

Tradisi ruwatan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut adalah Nilai-nilai ketuhanan dan Nilai-nilai sosial. Nilai Ketuhanan erat kaitannya dengan membersihkan diri (menyucikan diri) dari segala malapetaka yang mengancamnya (Bratasiswara 2000: 636). Sedangkan nilai sosial erat kaitannya dengan kebersamaan masyarakat Jawa yang tercermin dalam gotong royong untuk menyiapkan segala keperluan dalam pelaksanaan upacara tradisional ruwatan (Yana, 2012: 244).

Selain itu juga terdapat nilai-nilai karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan yaitu olah hati, olah pikir, olahraga/kinestetika, serta olah rasa dan karsa. Olah hati meliputi bertakwa kepada Tuhan yang ditunjukkan ketika seseorang yang akan diruwat meminta restu kepada kedua orang tua


(36)

dengan cara bersujud dihadapannya dan ketika dalang membacakan doa untuk meminta kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Olah pikir meliputi rasa ingin tahu dan berpikir kritis yang ditunjukkan ketika seorang anak bertanya mengenai tradisi ruwatan dan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi tersebut. Olah raga/kinestetika meliputi bersih dan sehat yang ditunjukkan ketika seseorang yang telah selesai diruwat maka orang tersebut sudah terbebas dari marabahaya, kesialan atau dosa. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang ditunjukkan ketika pelaksanaan ruwatan, orang-orang bergotong royong untuk menyiapkan acara yang akan diselenggarakan. Sedangkan nilai kebersamaan ditunjukkan ketika tirakatan, makan bersama, dan melihat pertunjukkan wayang. Selain itu apabila dilihat dari karakter kebangsaan yang terdapat dalam Pancasila, maka tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai dalam tiga sila yaitu, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan 2.1.2.1 Arti karakter

Menurut Suyanto (dalam Kurniawan, 2013: 28) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Lorens Bagus (dalam Kurniawan, 2013: 28) mendefinisikan karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan


(37)

pola-pola pemikiran. Atau, menurutnya suatu kerangka kepribadian yang relatif mapan yang memungkinkan ciri-ciri semacam ini mewujudkan dirinya.

Menurut Lickona (dalam Wibowo, 2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Menurut Koesoema dalam Sumarah,dkk (2015: 09), kata karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”, dan “kharax” yang berarti “dipahat”. Karakter memiliki tiga unsur yang meliputi pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral. Ketiganya sering dilambangkan sebagai kepala, hati, dan tangan. Kepala merupakan simbol dari Competence, hati simbol dari Conscience, dan tangan serta kaki sebagai simbol dari Compassionmanusia.

Menurut pemerintah, karakter adalah nilai-nilai yang khas – baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 07). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan karakter adalah sifat, ciri, watak, cara berpikir dan berperilaku seseorang yang membedakan antara yang satu dengan yang lain.


(38)

2.1.2.2 Karakter kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 07).

Karakter kebangsaan berdasarkan filsafat Pancasila artinya setiap aspek dari karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 20-21):

1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang


(39)

tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan sebagainya.

3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan

Karakter kebangsaan seseorang tercermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia

Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; dan sebagainya.

5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

Karakter berkeadilan sosial seseorang tercermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-hak orang lain; suka menolong orang lain; dan sebagainya.


(40)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter kebangsaan akan menentukan perilaku berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen terhadap NKRI.

2.1.2.3 Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi, 2004: 95). Zubaedi (dalam Kurniawan, 2013: 30) pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang merupakan program pengajaran yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan/sikap), ranah kognitif (berpikir rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil dalam mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama).

Wibowo (dalam Kurniawan, 2013: 31) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter-karakter luhur tersebut, menerapkan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai


(41)

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik–buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Hariyanto, 2011: 45).

Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang khas– baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28). Nilai-nilai karakter kebangsaan yang terkait dengan tradisi ruwatan diantarannya (1) olah hati yang meliputi bertakwa dan berdoa kepada Tuhan yang ditunjukkan ketika seseorang yang akan diruwat bersujud di hadapan kedua orangtuanya untuk meminta restu dan ketika dalang membaca doa agar acara dapat berjalan dengan lancar, (2) olah pikir meliputi berpikir kritis dan rasa ingin tahu yang ditunjukkan ketika seseorang yang diruwat bertanya tentang ruwatan, (3) olah raga meliputi bersih dan sehat yang ditunjukkan ketika seseorang yang telah selesai diruwatberati orang tersebut telah terbebas dari marabahaya, (4) olah rasa dan karsa meliputi kebersamaan dan gotong royong yang ditunjukkan ketika mempersiapkan acara, menonton pertunjukkan wayang, makan bersama, dan malam tirakatan. Hal tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk membuat kisi-kisi pra penelitian.


(42)

2.1.3 Buku Cerita Anak

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Anak

Ashadi (dalam Widyamartaya, 1995: 3) mengatakan bahwa cerita adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian yang dialami oleh manusia atau makhluk lain yang diperinsankan. Kejadian itu berlangsung pada saat seseorang berinteraksi dengan manusia lain dan alam sekitarnya. Interaksi tersebut akan mengambil bentuk berupa pikiran, perasaan, dan perbuatan seseorang.

Hardjana (2006: 2-3) mengungkapkan bahwa cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku cerita anak tersebut, yang menjadi tokohnya tidak harus terdiri dari anak-anak, melainkan apa saja atau siapa saja dapat dijadikan tokoh/pelaku dalam sebuah cerita tersebut. Orang tua, kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau makhluk halus boleh menjadi tokoh cerita, yang penting isinya memberikan amanat yang baik, positif dan jalan ceritanya menarik bagi anak-anak. Prinsip-prinsip cerita adalah (1) sebuah cerita harus memikat, merupakan kesatuan, seimbang (2) sebuah cerita diolah dengan tema, jalan cerita, plot, perwatakan, bahasa yang selaras, dan latar yang menarik.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buku cerita anak adalah buku yang berisi cerita dan ditujukan untuk anak dengan bahasa yang mudah dipahami dan jalan ceritanya menarik.

2.1.3.2 Macam-macam Bentuk Buku Cerita

Bentuk buku cerita dapat berupa cerita fiksi dan cerita faktual. Cerita yang bersifat faktual meliputi biografi, otobiografi, kisah perjalanan/petualangan,


(43)

sejarah, esai berita, cerita tentang suatu peristiwa yang khas, cerita tentang membuat atau menghasilkan sesuatu, anekdot dan profil. Cerita faktual mengungkap fakta-fakta kehidupan nyata, menceritakan apa yang sungguh terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya. Cerita fiksi adalah cerita rekaan atau buatan yang diciptakan oleh pengarang, dimana cerita di dalamnya menjadi bermakna karena daya khayal, angan-angan atau fantasi dan kreativitas pengarang. Bercerita dengan pendekatan khayal atau imajinatif dapat lebih menarik tetapi memerlukan kemahiran dan pengalaman. (Hardjana, 2006: 4).

Menurut Marion van Horne (dalam Hardjana, 2006: 32), jenis cerita anak-anak dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Fantasi atau karangan khayal

Cerita dalam kelompok ini adalah dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam cerita ini semuanya benar-benar dongeng khayal yang tidak berdasar atau tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Realistic fiction

Cerita ini adalah fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan, hampir mirip dengan science fiction,misalnya Flash Gordon.

c. Biografi atau riwayat hidup

Berisi mengenai orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak dengan bahasa sederhana dan isinya mudah dimengerti sebagai teladan.

d. Folk tales atau cerita rakyat

Cerita yang hidup di masyarakat, seperti Joko Kendil, Panji Laras, dan lainnya.


(44)

e. Religius atau cerita-cerita agama

Berisi cerita tentang nabi, orang-orang suci, atau ajaran keagamaan yang diubah dalam bentuk cerita yang menarik, dan memotivasi anak untuk membentuk anak berbudi luhur.

2.1.3.3 Tujuan Buku Cerita Anak

Tujuan buku cerita anak adalah (1) buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, (2) membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, (3) memperluas pengetahuan anak, (4) menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, dan (5) mengembangkan imajinasi anak (Raines & Isbell, 2001: vii).

2.1.4 Peran Media 2.1.4.1 Pengertian Media

Sadiman (1993: 6) mengemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, dkk, 1993: 1) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Menurut Hamidjojo (dalam Latuheru 1988: 11), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, sehingga ide yang disampaikan bisa sampai pada penerima. Sedangkan menurut Blake dan Horalsen (dalam Latuheru 1988: 11) mengatakan bahwa media adalah saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan.

Media adalah suatu yang mengantarkan atau memberikan informasi antara pemberi pesan dan penerima pesan (dalam Latuheru 1988). Pengertian media menurut (AECT Task Force 1977: 162 dalam Latuheru 1988: 11) adalah segala


(45)

bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyediaan informasi.

Adapun pengertian media menurut Djamarah (1995: 135) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat ahli mengenai media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat yang digunakan untuk memberikan informasi atau pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

2.1.4.2 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif (Munadi, 2013: 7 ). Sedangkan pengertian media pembelajaran menurut Hamalik (1982: 23) adalah alat, metode teknik yang digunakan untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Menurut Hamidjojo (dalam Latuheru 1988: 11) media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran. Selanjutnya menurut Gagne dan Briggs (dalam Latuheru 1988: 11) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran (misalnya buku, tape-recorder, kaset, film, video, slide, televisi, dan lain-lain).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan,


(46)

membangun keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar dan menciptakan suasana belajar yang efektif, efisien, serta kondusif.

2.1.4.3 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar (Sudjana & Rivai, 1990: 2) yaitu :

a. Siswa akan lebih termotivasi belajarnya karena proses kegiatan belajar-mengajar akan lebih menarik perhatian dan minat siswa.

b. Siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik karena materi yang diajarkan akan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui media, dalam hal ini buku cerita bergambar dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi kepada anak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. 2.1.5 Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget (Ormroad, 2008: 43) : a. Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun)

Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini.


(47)

b. Tahap Praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)

Skema mulai merepresentasikan objek yang berada di luar jangkauan pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa. Selain itu anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik (Santrock, 2011: 28).

c. Tahap Operasional Konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)

Penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran mengenai realitas konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

d. Tahap Operasional Formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa)

Proses-proses penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Menurut Hurlock (dalam Nuryanti, 2008: 50) tugas perkembangan anak adalah sebagai berikut: mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak–anak, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya, mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai serta mengembangkan sikap terhadap


(48)

kelompok-kelompok sosial dan lembaga di lingkungan hidupnya mencapai kebebasan pribadi.

Tidak berbeda jauh dengan Hurlock, Collins juga mengemukakan tahap perkembangan anak-anak. Tahap perkembangan menurut Collins (dalam Nuryanti, 2008: 51) adalah aspek fisik : meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot, yaitu meningkatkan kemampuan beberapa aktivitas dan tugas fisik; aspek kognisi: pada tahap operasional konkret, berfokus pada saat ini, menambah pengetahuan dan keterampilan baru serta mengembangkan perasaan mampu; dan aspek sosial: (a) mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan; (b) mempertahankan harga diri yang sudah dicapai; (c) mampu mengkondisikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan konformitas, dan (d) mencapai identitas diri yang memadai.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian yang Berhubungan dengan Buku Cerita Anak

Penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan. Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Faizah (2009) tentang keefektifan cerita bergambar. Judul penelitian tersebut adalah Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan pada seluruh siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tempel Sleman Yogyakarta yang berjumlah 114 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan berbahasa siswa, sedangkan instrumen non tes berupa angket dan


(49)

pengamatan, yaitu untuk mengetahui pemahaman dan pengalaman nilai-nilai kejujuran, kesabaran, dan ketaatan beribadah. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan nilai (kejujuran, kesabaran, dan ketaatan beribadah) antara peserta didik yang menggunakan cerita bergambar dan peserta didik yang tanpa menggunakan cerita bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang terintegrasi pendidikan nilai.

2.2.2 Penelitian yang Berhubungan dengan Ruwatan

Berikut ini penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya berhubungan dengan ruwatan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Darmoko (2002) tentang ruwatan. Judul penelitian tersebut adalah Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiokultural. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa tradisi ruwatan merupakan adat istiadat Jawa yang kini masih hidup lestari, diyakini dan dikembangkan oleh masyarakat pendukungnya. Adat istiadat tersebut juga mengandung tata nilai, aturan, norma, maupun kebiasaan yang mengikat masyarakat penganutnya sekaligus merupakan cita-cita untuk mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan. Selain itu, upacara ruwatan sebagai salah satu adat-istiadat Jawa yang dipercayai sebagai sarana melepaskan, menghalau, atau membebaskan seseorang dari ancaman mara bahaya yang disebabkan oleh suatu peristiwa.

2.2.3 Penelitian yang Berhubungan dengan Pendidikan Karakter

Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai pendidikan karakter adalah penelitian yang dilakukan oleh Afandi (2011) dengan judul Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di


(50)

Sekolah Dasar. Afandi mengatakan dengan pendidikan karakter melalui pembelajaran IPS diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan yang dialami bangsa Indonesia saat ini, IPS sebagai bidang studi dalam pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dapat diimplementasikan dengan memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter.

Bagan 2.2.1 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang terdahulu, peneliti menemukan penelitian yang relevan mengenai buku cerita anak, tradisi ruwatandan pendidikan karakter. Peneliti membuat prototipe ini karena peneliti belum menemukan penelitian mengenai pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan dan agar anak-anak dapat memahami serta melestarikan tradisi ruwatan.

Penelitian yang berhubungan dengan

tradisi ruwatan

Penelitian yang berhubungan dengan

buku cerita anak

Faizah (2009)

Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan

Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian yang berhubungan dengan pendidikan karakter Darmoko (2002)

Ruwatan : Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa. Afandi (2011) Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di

Sekolah Dasar

Yang diteliti : Pengembangan prototipe buku cerita anak usia 9-10 tahun tentang tradisi ruwatandalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.


(51)

2.3 Kerangka Berpikir

Tradisi yang ada di daerah Jawa khususnya Yogyakarta sangat banyak dan mengandung banyak nilai-nilai yang harus dilestarikan, salah satunya adalah tradisi ruwatan. Tetapi, akhir-akhir ini sudah mulai jarang diketahui oleh masyarakat khususnya anak-anak. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa orang mulai dari orang tua hingga anak-anak.

Melihat keadaan yang memprihatinkan tersebut, peneliti terdorong untuk mengembangkan sebuah prototipe buku cerita tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Dengan adanya prototipe tersebut, diharapkan anak-anak dapat memahami tradisi ruwatan, melestarikan tradisi ruwatandan membentuk karakter anak dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Prototipe ini terdiri dari cover berisi judul yaitu “Mengenal Tradisi Ruwatan”. Isinya memuat kata pengantar untuk membantu pembaca dalam membaca keseluruhan isi dari buku dan daftar pustaka. Isi buku berupa sebuah buku cerita tentang ruwatan yang disertai 10 gambar. Dalam cerita dan gambar tersebut terkandung aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial. Prototipe tersebut juga berisi daftar kepustakaan yang berkaitan dengan tradisi ruwatan dan pendidikan karakter yang digunakan untuk mendukung buku cerita anak yang peneliti buat.


(52)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III dalam penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, uji validitas produk, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan, atau yang biasa disebut dengan R & D (Research and Development). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2012: 297). Penelitian ini akan mengembangkan produk berupa prototipe pengembangan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan untuk anak 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan di sekolah dasar.

3.2SETTINGPENELITIAN 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara di daerah Yogyakarta. Selain itu peneliti membagikan kuesioner pra penelitian di SD Negri Tegalrejo 2 Yogyakarta. Tepatnya yaitu di jalan Wiratama 27, Tegalrejo, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ketika wawancara adalah warga masyarakat di daerah Yogyakarta. Subjek penelitian pra penelitian dengan membagikan kuesioner adalah siswa–siswi kelas IV SD N Tegalrejo II (usia 9-10 tahun) sebanyak 18 anak. Subjek penelitian uji coba produk adalah 11 anak SD N Jambon (usia 9-10 tahun).


(53)

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan untuk anak 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3 PROSEDUR PENGEMBANGAN

Prosedur pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam buku Sugiyono yang berjudul “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Prosedur pengembangan ini meliputi sepuluh langkah menurut Sugiyono, (2012:409) yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) ujicoba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono tersusun dalam bagan sebagai berikut :

Bagan 3.3.1 Langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono

Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan enam langkah. Langkah-langkah prosedur pengembangan prototipe buku cerita bergambar

Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Ujicoba Produk Revisi Desain Revisi Produk Produksi Masal


(54)

dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan tersebut adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk, akan dijelaskan dalam bagan di bawah ini.

Bagan 3.3.2 Langkah-langkah pengembangan prototipe

3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi dan masalah yang ditemukan oleh peneliti. Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan melakukan wawancara dan analisis kebutuhan anak di Yogyakarta. Analisis

Tahap I

Potensi dan Masalah

Analisis Kebutuhan Anak

Tahap II Pengumpulan Data

 Wawancara

 Pembagian Lembar Kuesioner Pra Penelitian

Tahap III Desain Produk

 Menentukan Gambar Tradisi Ruwatan

 Membuat Sketsa

 Merancang Prototipe Buku Cerita Bergambar

Tahap IV Validasi Desain

 Validasi oleh ahli

Tahap V Revisi Desain

 Pengumpulan Kritik dan Saran dari Ahli

 Revisi Prototipe Buku Cerita Bergambar

Tahap VI Uji Coba Produk


(55)

kebutuhan anak dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner kepada anak usia 9-10 tahun lebih tepatnya pada siswa kelas IV di SD N Tegalrejo 2. Pembagian lembar kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak usia 9-10 tahun membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan dalam meningkatkan pengembangan karakter kebangsaan. Buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan disusun untuk mengembangkan pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai beberapa anak-anak dan orangtua di daerah Yogyakarta, khususnya di dusun Jitar, Sumberarum, Moyudan dan sekitarnya. Selain itu juga dengan membagikan lembar kuesioner kepada siswa kelas IV di SD Tegalrejo 2 Yogyakarta. Pengumpulan data ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan buku cerita bergambar yang akan dibuat sehingga sesuai dengan kebutuhan anak dan dapat membantu meningkatkan pengembangan karakter terhadap tradisi ruwatan.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk diawali dengan memilih dan menentukan gambar-gambar yang akan digunakan dalam buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan. Selanjutnya dengan gambar-gambar yang telah dipilih tersebut, peneliti mencoba menggambar sketsa kegiatan dalam tradisi ruwatan. Kegiatan tersebut diantaranya adalah siraman, potong rambut, pertunjukan wayang dan makan bersama. Setelah peneliti menggambar sketsa, kemudian peneliti dibantu oleh illustrator atau seorang desain grafis untuk memperbaiki sketsa yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti menyusun prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan agar


(56)

anak mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut. Peneliti mendesain prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.4 Validasi Desain

Produk pengembangan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan divalidasi oleh seorang ahli bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma yang bertujuan untuk melihat apakah buku cerita bergambar yang disusun oleh peneliti sudah layak untuk digunakan. Validasi desain produk bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari para ahli. Melalui kritik dan saran tersebut, maka peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan sehingga dapat memperbaiki produk yang dikembangkan.

3.3.5 Revisi Desain

Revisi desain dilakukan berdasarkan kritik dan saran yang telah peneliti peroleh dari para ahli. Kritik dan saran yang telah diperoleh menjadi landasan bagi peneliti dalam memperbaiki produk buku cerita anak tentang tradisi ruwatanagar menjadi lebih baik dan mudah dipahami oleh anak-anak usia 9-10 tahun.

3.3.6 Uji Coba Produk

Desain atau produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan kepada anak usia 9-10 tahun. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan kelayakan produk sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Ujicoba produk dilakukan di SD N Jambon kepada 11 siswa yang berusia 9-10 tahun.


(57)

3.4 UJI COBA PRODUK

Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dan data untuk mengetahui kualitas buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan yang telah dibuat oleh peneliti. Produk tersebut divalidasi oleh pakar atau ahli yaitu dosen PBSI Universitas Sanata Dharma. Data yang diperoleh dari hasil uji coba produk digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki produk agar lebih sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Setelah produk sudah diperbaiki, maka produk tersebut diujicobakan kepada anak usia 9-10 tahun di daerah Yogyakarta. 3.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak mengenai tradisi ruwatan. Kuesioner digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak, menganalisis kebutuhan anak dan untuk mengetahui seberapa perlunya buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan untuk anak. Lembar kuesioner pra penelitian diberikan kepada 18 anak di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta pada tanggal 04 Desember 2015. Berikut ini adalah kisi-kisi yang digunakan untuk penelitian:

3.5.1 Kisi-kisi lembar wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk pra penelitian. Lembar wawancara ditujukan pada anak dan orangtua. Berikut adalah kisi-kisinya:

Tabel 1. Kisi-kisi wawancara

No Kisi – kisi

1 Apakah arti tradisi ruwatan? 2 Apakah tujuan tradisi ruwatan?

3 Apa saja yang harus dipersiapkan dalam tradisi ruwatan? 4 Bagaimana urutan tradisi ruwatan?


(58)

3.5.2 Kisi-kisi lembar kuesioner

Lembar kuesioner ini digunakan untuk pra penelitian dan pasca penelitian. Lembar kuesioner ditujukan untuk 18 siswa yang berusia 9-10 tahun.

Berikut ini adalah kisi-kisi lembar kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti:

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner

No Aspek Nomor Item

1 Definisi tradisi ruwatan 1 dan 2

2 Tujuan tradisi ruwatan 3 dan 4

3 Kegiatan-kegiatan pada tradisi ruwatan 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 4 Upaya mengenalkan tradisi Jawa dengan buku cerita

bergambar

11 dan 12

Berdasarkan kisi-kisi tersebut, lembar kuesioner menunjukkan bahwa terdapat 12 pernyataan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tradisi ruwatan. Lembar kuesioner tersebut dibagikan kepada siswa kelas IV di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai tradisi ruwatan dan mengetahui seberapa perlu atau pentingnya buku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan.

3.5.3 Validator Kuesioner Pra Penelitian

Kuesioner pra penelitian divalidasi oleh ahli sejarah dan ahli IPA Universitas Sanata Dharma. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi dari ahli:

Tabel 3. Validasi Kuesioner Pra Penelitian oleh Ahli

No Aspek

Nomor item pernyata

an

Ahli IPA Ahli Sejarah

Skor Saran Skor Saran

1. Bahasa

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

1-12 2 - Perlu ditambah tanda baca dan kata-kata yang dihilangkan agar kalimat mudah dipahami - Belum SPO

4

b. Pilihan kalimat dapat dipahami

1-12 2 - Kalimat terlalu panjang untuk


(59)

oleh anak anak SD. Siswa bisa bingung dengan makna kalimatnya - Bahasa kurang

komunikatif 2. Pernyataan

a. Pernyataan yang diajukan kepada anak berkaitan dengan tradisi

ruwatan(olah hati)

1,2,3,6,8, 9

4 - Sudah

mencerminkan olah hati

4

b. Pernyataan yang diajukan kepada anak berkaitan dengan tradisi

ruwatan(olah pikir)

1,2,3,7 2 - 1 (olah hati) - 7 (olah hati,

olah rasa)

3

c. Pernyataan yang diajukan kepada anak berkaitan dengan tradisi

ruwatan(olah raga/kinestetika)

4 4 3

d. Pernyataan yang diajukan kepada anak berkaitan dengan tradisi

ruwatan(olah rasa dan karsa)

5,6,9,10 4 4

e. Pernyataan yang diajukan kepada anak berkaitan dengan perlunya buku tentang tradisi

ruwatan

11-12 4 Pernyataan perlu dilengkapi agar maksudnya jelas “siapa yang perlu buku”

3

Jumlah 22 24

Rata-rata 3,14 3,42

3.5.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak

Kuesioner ini terdiri dari 12 pernyataan yang disebarkan pada anak usia 9-11 tahun di SD N Tegalrejo 2. Kisi-kisi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh mana anak memahami tradisi ruwatan dan seberapa perlunya anak terhadap buku cerita. Pernyataan mencakup pemahaman definisi ruwatan, tujuan ruwatan, kegiatan-kegiatan pada tradisi ruwatan, dan upaya mengenalkan tradisi ruwatan.Berikut ini merupakan tabel kuesioner analisis kebutuhan anak:


(60)

Tabel 4. Kuesioner Analisis Kebutuhan Anak

No Pernyataan

Ya Tidak 1. Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana

pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya.

2. Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional khususnya di wilayah Yogyakarta yang dilakukan sebagai upaya

pembebasan diri seseorang dari “sukerta” (bahaya, kesialan, pengaruh jahat) yang dianggap mengganggu keselamatan hidup seseorang.

3. Tradisi ruwatanbertujuan untuk membebaskan diri dari segala bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat yang mengancamnya.

4. Ketika seseorang terbebas dari sakit atau bahaya, kesialan, pengaruh jahat, seseorang kembali sehat dan ceria

5. Dalam menyelenggarakan upacara ruwatanmembutuhkan bantuan yang melibatkan banyak orang/gotong royong.

6. Orang yang akan diruwatmelakukan siraman yang disertai pembacaan doa oleh dalang

7. Orang-orang yang menghadiri upacararuwatandapat merefleksikan cerita yang ada dalam pertunjukkan wayang. 8. Pada saat upacara srah-srahan, potongan rambut diserahkan

pada dalang sebagai simbol pembebasan dari bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat.

9. Orang tua mengucapkan rasa terimakasih kepada dalang karena telah mengruwat anaknya.

10. Ketika pertunjukan wayang selesai secara bersama-sama menikmati hidangan yang telah disediakan oleh pihak keluarga.

11. Saya memerlukan buku yang berisi penjelasan tentang

ruwatan.

12. Buku tentang ruwatan sebaiknya berupa buku cerita bergambar.


(61)

Tabel 5. Lembar Kuesioner Uji Coba Produk

Pernyataan Ya Tidak

Setelah membaca buku cerita tentang tradisi ruwatansaya: 1. Mengerti arti ruwatansebagai permohonan untuk

membebaskan diri dari sakit, kecelakaan, dan pengaruh jahat. 2. Mengerti arti ruwatansebagai ucapan syukur kepada Tuhan

karena terbebas dari sakit, kecelakaan, dan pengaruh jahat. 3. Mengetahui bahwa ruwatanmemerlukan gotong royong untuk

mempersiapkan tumpeng, makanan, dan tempat untuk

ruwatan.

4. Memahami bahwa ruwatanmemiliki nilai kebersamaan. 5. Mengerti bahwa siraman dalam tradisi ruwatan bertujuan

untuk membebaskan diri dari sakit, kecelakaan, dan pengaruh jahat.

6. Mengerti bahwa meminta doa restu pada orang tua itu penting. 7. Mengerti bahwa sebelum melakukan kegiatan sebaiknya

berdoa terlebih dahulu agar diberi kelancaran.

8. Mengerti bahwa orang yang telah diruwat akan kembali sehat dan bersih.

9. Buku cerita “Tradisi Ruwatan” membantu saya mengerti arti dari tradisi “Ruwatan

10. Buku cerita “Tradisi Ruwatan” membantu saya melestarikan tradisi ruwatan

3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik wawancara dan kuesioner. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut :

3.6.1 Wawancara

Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 231) dapat didefinisikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

Gambarkanlah sesuai imajinasimu bagian cerita yang menurutmu menarik, di bawah ini:


(1)

(2)

145 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

147

Lampiran 11. Foto Kegiatan Uji Coba Produk


(5)

(6)

149

BIOGRAFI PENELITI

Rosalia Purwaningtyas, putri dari Bapak Ignatius Tukiman dan Ibu Sesilia Sunarti, lahir di Sleman pada tanggal 13 Juni 1994. Peneliti menempuh pendidikan formal di SD Kanisius Ngapak II pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur Moyudan pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009, dan melanjutkan di SMA Pangudi Luhur Sedayu pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan masa pendidikan peneliti di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”.