radikal anion bebas yang menghilangkan klorin kemudian terbentuknya radikal triklormetil •CCl
3
dan klorida Halliwell dan Gutteridge, 1984. Radikal bebas yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen kemudian membentuk radikal
triklorometil peroksi •OOCCl
3
Gambar 4 yang lebih reaktif Rechnagel Glende, Dolak, dan Waller, 1989.
Gambar 4: Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida Timbrell, 2008
Radikal bebas juga akan menyebabkan peroksidasi lipid yaitu senyawa menginisiasi terjadinya radikal lipid sehingga menyebabkan terbentuknya lipid
hidroperoksidase LOOH dan radikal lipid alkoksil LO•. Radikal lipid alkoksi tersebut diubah menjadi malondialdehid melalui proses fragmentasi Gregus dan
Klaaseen, 2001. Senyawa aldehid inilah merupakan faktor penyebab kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran Bruckner dan
Warren, 2001. Selain itu, juga mengakibatkan kerusakan pada organela lain yang
akan menyebabkan nekrosis Zimmerman, 1999.
D. Carboxymethyl Cellulose CMC
CMC Karboksimetil selulosa atau dengan nama kimia Sodium salt of carboxymethyl ether of cellulose merupakan polisakarida linear anionik yang
berasal dari selulosa alami yang telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai tambahan pada bahan makanan. CMC adalah polimer penting yang sering
digunakan karena memiliki viskositas yang tinggi, tidak beracun, dan non alergi Tomgdeesoontom, Mauer
,
Wongruong
,
Sriburi
,
Rachtanapunn, 2011. Di dalam dunia farmasi, CMC Sodium karboksimetil selulosa merupakan eksipien farmasi
yang sangat baik karena memiliki film-ability yang baik, mucoadhesivity, dan bind-ability Ojha, Madhav Singh, 2012.
Secara umum, CMC digunakan sebagai thickening agent, stabilizer, suspending agent. Dilihat dari pemeriannya, CMC berwarna Putih atau agak
kekuningan, berbentuk butiran higroskopis, hampir tidak berbau, struktur serbuk atau serat halus. CMC memiliki formula kimia [C
6
H
7
O
2
OHxOCH
2
COONay]n dengan “n” sebagai derajat polimerasi dan memiliki pH 6.0-8.5. CMC hidrogel
memiliki kandungan air yang tinggi, biodegradabilitas baik, sehingga banyak digunakan di berbagai aplikasi Tomgdeesoontom, Mauer, Wongruong, Sriburi
Rachtanapunn, 2011.
E. Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan sediaan pekat yang didapat dengan cara mengekstraksi zat aktif yang berasal dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
sehingga memenuhi baku yang telah di tetapkan Departemen Kesehatan RI, 1995.
Metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perlokasi, dan penyarian berkesinambungan. Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air,
eter atau campuran etanol dan air Departemen Kesehatan RI, 1979. Metode maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindungan dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung benzoin, stiraks, dan lilin Sudarmaji, Haryono, dan Suhardi,
1989. Dalam penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah etanol
50. Menurut Wijesekera 1991, etanol 50 sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas
berarti tetapi seringkali menimbulkan masalah-masalah farmasetis seperti misalnya terjadinya pengendapan yang sulit untuk dihilangkan. Selain itu semakin
kecil konsentrasi etanol semakin bersifat non-polar sehingga diharapkan dapat menarik zat-zat penting seperti flavonoid pada tanaman.