sering dijelaskan bersifat focal terjadi pada area tertentu, zonal, diffuse atau massive Lu, 1996.
c. Kolestasis. Kerusakan hati yang ini biasanya bersifat akut namun jarang ditemukan jika dibandingkan dengan steatosis ataupun nekrosis. Jenis kerusakan
hati ini juga lebih sulit untuk diinduksi pada hewan. Zat-zat yang dapat menyebabkan kolestasis contohnya adalah ANIT α-naftili-sosianat, steroid
anabolik dan kontrasepsi seperti rokolat, klorpromazin, dan eritromisin laktobionat Lu,1996.
d. Sirosis. Adanya paparan kronis pada hepatotoksik dapat menyebabkan kondisi yang dinamakan sirosis. Kombinasi dari kerusakan pada hepatosit dan
regenerasi yang tidak cukup menyebabkan kenaikan aktivitas dari fibroblast dan akumulasi kolagen di hati. Ini kemudian menyebabkan tidak hanya hilangnya
fungsi dari hepatosit namun juga gangguan signifikan dari aliran darah di hati. Stine Brown, 1996.
3. Hepatotoksin
Obat dan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan hati dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai dapat diramalkan hepatotoksik intrinsik atau tidak
dapat diramalkan hepatotoksik idiosinkratis. 1. Hepatotoksisitas intrinsik. Hepatotoksisitas jenis ini hampir selalu didasarkan
pada dosis pemberian. Contoh dari senyawa yang dapat menyebabkan hepatotoksisitas intrinsik adalah acetaminophen, karbon tetraklorida dan
alkohol.
2. Hepatotoksisitas idiosinkratik. Hepatotoksisitas jenis ini terjadi secara tidak diprediksi kemungkinan disebabkan karena pengobatan. Beberapa terjadi
karena dosis pemberian. Contoh agen yang dapat menyebabkan hepatotoksisitas idiosinkratik adalah isoniazid, sulfonamide, valproate dan
phenytoin. Friedman dan Kieffe, 2012.
4. Aminotransferase alanine transferase
– aspartate transferase
Aminotransferase AST dan ALT digunakan sebagai penanda cederanya hepatoseluler. Enzim-enzim ini terutama terletak di dalam hepatosit dimana
mereka membantu berbagai macam metabolit. Mereka dirilis menjadi serum dalam jumlah yang banyak ketika ada kerusakan hepatosit. AST dan ALT sangat
sensitif dan dapat naik bahkan dengan cedera kecil dari kerusakan hepatosit. AST dan ALT memiliki waktu paruh masing-masing 17 dan 47 jam, jadi
mereka merefleksikan kerusakan hepatosit aktif dan bukan kerusakan hepatosit yang terjadi berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
sebelumnya. Perbandingan dari AST dan ALT memungkinkan untuk mendiagnosis
hepatitis pada orang-orang alkoholik, dimana AST secara umum dua kali lebih besar daripada ALT dan AST sangat jarang berada diatas 300 international
UnitsL. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh alkohol, isoform mitokondrial dari AST dengan waktu paruh yang cukup panjang 87 jam dilepaskan dari
hepatosit, menaikkan perbandingan rasio ASTALT. AST tidak hanya terletak di dalam hepatosit namun juga ditemukan pada
otot jantung, otot, ginjal, otak, paru-paru, usus dan eritrosit. Secara umum, level