Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos
gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan
meletusnya G 30 SPKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap
bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.
Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak
di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di
Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.
Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan
ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971-1981 oplah tercatat
pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya
dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha tersebut serta
kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Shen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan mnerima tawaran untuk menjual
mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers penerbit TEMPO pada tanggal 1
April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi
kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos
semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.
Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa, SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan
nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.IPer 1Menpen84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus
dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki. Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan
kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya, pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat
membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai
“Koran kok pagi” banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan loper yang menolak. Manajemen memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa
Koran ini dipasarkan?. Akhirnya ditemukan cara lain: istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri Dahlan Iskan
sendiri, sebab kendala utama adalah pemasaran. Kedua, gaji wartawan kala itu masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan.
Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau
usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.
Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih
Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16
halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu, Sabtu.
Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai
terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.
Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN Jawa Pos News
Networking. JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita
berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya
dan mengirimkan ke JPNN. Ketika media online sedang berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan ikut berpartisipasi dengan
www.jawapos.co.id .
Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos
“bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai
upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000
eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di
daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia
berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di
berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak
diantaranya yang didirikan Jawa Pos. Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota
lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup. Koran- koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan
koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos. Kini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Jawa Pos Group
kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai travel agen ini semua berada
ditangan Dahlan Iskan. Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki
peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi,
NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk
meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh SCJJ di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo,
Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan
Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman. 1.
Koran 1 Bagian utama memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional.
2. Koran 2 Olah raga sportivo memuat berita seputar olah raga.
3. Koran 3 Metropolis memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan
seputar Jawa Timur.