hasil perhitungan mean = 76,05; median = 75; modus = 72; standar deviasi = 7,290 Lampiran V hal.159.
d. Kualitas Pelayanan Karyawan
Tabel 5.11 Kualitas Pelayanan Karyawan
Nama Universitas UJB
UPN “V” Total
Skor f
fr f
Fr f
fr Kriteria
71-88 12
24 5
9,10 17
16,19 Sangat baik
58-70 34
68 47
85,45 81
77,14 Baik
49-57 4
8 3
5,45 7
6,67 Sedang
40-48 Buruk
40 Sangat buruk
Jumlah 50
100 55
100 105
100
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa kualitas karyawan yang terkategorikan sangat baik sebanyak 17 karyawan atau 16,19, terkategorikan baik
sebanyak 81 karyawan atau 77,14, dan 7 karyawan atau 6,67 terkategorikan mempunyai kualitas pelayanan yang sedang, buruk dan
sangat buruk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan memiliki kualitas pelayanan karyawan yang baik. Hal ini
didukung hasil perhitungan mean = 65,32; median = 64; modus = 64; standar deviasi = 4,851 Lampiran V hal.162.
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi variabel kultur lingkungan kerja, locus of
control , kecerdasan emosional, dan kualitas pelayanan karyawan.
Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov.
Tabel 5.12 Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kultur
Lingkungan Kerja
X2 Locus of
control X3
Kecerdasan Emosional
X1 Kualitas
Pelayanan Karyawan
Y N
105 110
105 105
Normal Parametersa,b
Mean 82.45
45.25 76.05
65.32 Std. Deviation
6.566 4.129
7.290 6.114
Most Extreme Differences
Absolute .070
.076 .081
.131 Positive
.053 .048
.081 .131
Negative -.070
-.076 -.079
-.059 Kolmogorov-Smirnov Z
.716 .800
.829 1.339
Asymp. Sig. 2-tailed .684
.544 .497
.056 a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Dari tabel 5.12 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance asymp. sig untuk distribusi data variabel kultur lingkungan kerja
0,684; locus of control 0,544; kecerdasan emosional 0,497; dan kualitas pelayanan karyawan 0,056 yang berarti lebih besar dari alpha
α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan distribusi data variabel kultur lingkungan kerja, locus of control, kecerdasan
emosional, dan kualitas pelayanan karyawan adalah normal Lampiran VI hal. 164.
b. Pengujian Linieritas Uji
linieritas digunakan
untuk mengetahui
apakah ada
hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Berikut ini disajikan tabel hasil
pengujian linieritas.
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Linieritas
ANOVA
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig. Between
Combined Groups
1139.949 26
43.844 1.245
.228 Linear
Term Weighted
501.227 1
501.227 14.232
.000 Deviation
638.721 25
25.549 .725
.816 Within Groups
2747.042 78
35.218 Kualitas
Pelayanan Karyawan Y
Kecerdasan Emosional
X1
Total 3886.990
104
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan emosional X
1
dengan kualitas pelayanan karyawan Y
i
pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan db pembilang 25 dan derajat
kebebasan penyebut 78 adalah linier F
hitung
= 0,725 F
tabel
= 1.6475. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel
kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah linier Lampiran VI hal. 164.
2. Pengujian Hipotesis a. Pengaruh kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Rumusan Hipotesis I H
: Tidak ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan karyawan. H
1
: Ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara
kecerdasan emosional
dengan kualitas
pelayanan karyawan.
2 Pengujian Hipotesis I Variabel kultur lingkungan kerja terdiri dari 4 dimensi. Berikut ini
akan disajikan hasil pengujian masing-masing dimensi tersebut, yang meliputi:
a Dimensi power distance
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VII
hal.167: Yi = 137,947 – 1,045 X
1
– 4,434 X
2a
+ 0,62 X
1
X
2a
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2a
= Variabel power distance
X
1
X
2a
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel power distance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisian regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan
adalah 0,62. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan
emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan
kerja power distance terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan
dalam penelitian ini = 0,035 = 0,050. Dengan
demikian dapat
disimpulkan bahwa
pengaruh kultur
lingkungan kerja power distance pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan
adalah signifikan. Artinya, semakin kecil jarak kekuasaan power distance atasan dengan bawahan semakin kuat
derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan
kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan
kultur lingkungan kerja dimensi power distance dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar
0,411 Lampiran VII hal.166. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Dimensi collectivism vs individualism
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VII
hal.168: Y
i
= 159,784 – 1,184 X
1
– 4,959 X
2b
+ 0,063 X
1
X
2b
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2b
= Variabel collectivism vs individualism
X
1
X
2b
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel collectivism vs individualism
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisian regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan
adalah 0,063. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan
emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan
kerja collectivism
vs individualism
terhadap kualitas
pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
= 0,027 = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kultur lingkungan kerja collectivism vs individualism pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kultur lingkungan kerja yang berorientasi collectivism,
semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan
kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan
kultur lingkungan kerja dimensi collectivism vs individualism dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai
sebesar 0,433 Lampiran VII hal.168. c
Dimensi feminity vs masculinity Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan
regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VII hal.170:
Y
i
= 179,108 – 1,452 X
1
– 7,339 X
2c
+ 0,094 X
1
X
2c
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2c
= Variabel feminity vs masculinity
X
1
X
2c
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel feminity vs masculinity
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan
adalah 0,094. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan
emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan
kerja dimensi feminity vs masculinity terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai
alpha yang digunakan dalam penelitian ini = 0,043 =
0,029. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi feminity vs masculinity
pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin
kultur lingkungan kerja yang berorientasi feminity, semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan
koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara,
koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kultur lingkungan kerja dimensi feminity vs masculinity dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai
sebesar 0,412 Lampiran VII hal.169. d
Dimensi uncertainty avoidance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan
regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VII hal.172:
Y
i
= 165,836 – 1,399 X
1
– 6,339 X
2d
+ 0,087 X
1
X
2d
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2c
= Variabel uncertainty avoidance
X
1
X
2c
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel uncertainty avoidance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisian regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan
adalah 0,087. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan
emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan
kerja dimensi uncertainty avoidance terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai
alpha yang digunakan dalam penelitian ini = 0,035 =
0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi uncertainty avoidance pada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin
kultur lingkungan
kerja yang
berorientasi uncertainty
avoidance lemah semakin kuat derajat hubungan kecerdasan
emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan
koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara,
koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dimensi uncertainty avoidance
dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,417 Lampiran VII hal.171.
Hasil pengujian hipotesis I yaitu ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja power distance, collectivism vs individualism,
femininity vs masculinity, dan uncertainty avoidance pada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan, maka berikut ini disajikan model persamaan regresinya
adalah sebagai berikut Lampiran VII hal.175: Y
i
= 203,713 – 1,722 X
1
– 2,007 X
2
+ 0,025 X
1
X
2
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2
= Variabel kualitas pelayanan karyawan
X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional
dengan variabel kultur lingkungan kerja
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisian regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,025. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel kualitas
pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi
variabel kecerdasan
emosional terhadap
kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha
yang digunakan dalam penelitian ini = 0,014 = 0,050.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kondusif kultur lingkungan kerja semakin kuat derajat
hubungan kecerdasan
emosional dengan
kualitas pelayanan
karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien
korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara, koefisien korelasi dari
interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,430 Lampiran VII hal.174.
b. Pengaruh locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
1 Rumusan Hipotesis II H
: Tidak ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan
karyawan. H
1
: Ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
2 Pengujian Hipotesis II Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi
dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VII hal.173: Y
i
= 60,881 + 0,039 X
1
- 25,685 X
2
+ 0,358X
1
X
2
Keterangan: Y
i
= Kualitas pelayanan karyawan
X
1
= Variabel kecerdasan emosional
X
2
= Variabel locus of control
X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional
dengan variabel locus of control
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisian regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,358. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of
control terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih
rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini =
0,044 = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengaruh locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan.
Artinya, semakin internal locus of control semakin kuat derajat hubungan
kecerdasan emosional
dengan kualitas
pelayanan karyawan. Hasil ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini
bahwa ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan karyawan sebesar 0,359. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan locus of control
dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,411 Lampiran VII hal.173.
C. Pembahasan Hasil Penelitian