terjadinya diabetes dan penyakit kardiovaskular Kulie et al., 2011; Lawrence, Erica, Mark, and Sarah, 2015.
C. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
dan dapat menimbulkan komplikasi kronik Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005; Dipiro, 2008.
Mengontrol gula darah pada penderita diabetes dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit ini. Gula darah
terkontrol pada penderita diabetes melitus dapat dilihat dari kadar HbA1c yang merupakan gold-standard untuk mengetahui penyakit DM terkendali atau tidak
Ketema and Kelemu, 2015. Perubahan pola hidup yang baik, menurunkan kadar LDL-C dan menjaga tekanan darah tetap normal merupakan tujuan utama
mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 selain untuk mencegah terjadinya komplikasi mikrovaskular oleh DM tipe 2
Pinchevsky, Butkow, Chirwa, and Raal, 2015.
D. HbA1c
HbA1c atau hemoglobin A1c adalah protein yang terbentuk atas reaksi antara glukosa dan hemoglobin dalam sel darah merah. Pengukuran HbA1c dapat
mengindikasikan rata-rata kadar glukosa selama 2-3 bulan sesuai usia sel darah merah. Peningkatan HbA1c merupakan faktor risiko untuk pengembangan
penyakit gagal jantung pada pasien dengan diabetes melitus. Tes Hemoglobin A1c HbA1c dapat memberikan ukuran terpercaya pada glikemia kronis dan
berkorelasi baik dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang Liang, Tsan, Ma, Chow, and Wu, 2010; Tmova, Nimbal, and Horwich, 2011.
Peningkatan 1 kadar HbA1c pada penderita diabetes menyebabkan 18 terjadi peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan 12-14
meningkatkan terjadinya mortalitas Selvin et al., 2004.
Tabel III. Klasifikasi Nilai HbA1c American Diabetes Association, 2015 Klasifikasi
Nilai HbA1c Normal
5,7
Prediabetes 5,7-6,4
Diabetes
≥6,5
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran HbA1c
Anemia merupakan kondisi jumlah sel darah merah yang mengandung hemoglobin sebagai pengedar oksigen ke seluruh tubuh yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi tubuh. HbA1c dibentuk dengan terglikasinya terminal valine pada ß-chain hemoglobin. Kadar HbA1c pada eritrosit akan
meningkat berdasarkan umur eritrosit. Penurunan zat besi pada anemia memiliki kaitan dengan meningkatnya hemoglobin yang terglikasi. Produksi eritrosit akan
berkurang dan menyebabkan peningkatan rata-rata umur daur eritrosit menjadi lebih lama sehingga kadar HbA1c meningkat World Health Organization, 2011;
Sluiter cit., Christy et al., 2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kadar hemoglobin normal untuk pria adalah 13 gdL atau lebih, sedangkan untuk wanita adalah 12 gdL atau lebih. Seseorang yang memiliki
kadar hemoglobin dibawah normal disebut mengalami anemia. Faktor lain yang harus diperhatikan saat melakukan uji HbA1c adalah anemia hemolitik,
hemoglobinopathy, kehamilan, defisiensi vitamin B12, inflamasi akut dan kronis, dan infeksi parasit World Health Organization, 2011.
F. Landasan Teori