1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun belakangan ini, masalah mengenai kesejahteraan guru menjadi topik yang sangat menarik, bahkan sempat menjadi isu hangat dalam
hari pertama Kongres XVII Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI di Istora Senayan Jakarta. Pada waktu itu, sejumlah guru mempertanyakan
masalah kesejahteraan tersebut kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wardiman Djojonegoro yang memberikan sambutan pengarahan dihadapan
peserta Kongres. Tunjangan Fungsional guru masih sangat rendah, baik di tingkat SD,
SMP, maupun SMA. Tunjangan guru daerah terpencil sebesar 100 persen dari gaji pokok pun belum terealisasi. Menurut sumber di Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, pemberian tunjangan fungsional bagi guru terbentur pada besarnya anggaran yang diperlukan untuk itu.
Tidak seorang pun mengingkari bahwa pekerjaan guru itu penting. Guru berjasa dalam pembangunan Bangsa. Namun demikian pengamatan di
masyarakat menunjukkan tidak semua orang berminat menjadi guru. Salah satu alasannya adalah pekerjaan guru bukan merupakan pekerjaan yang
bergengsi. Status sosial ekonomi guru bukan yang paling atas, walaupun juga bukan yang paling bawah.
Banyak sekali fenomena tentang profil guru yang begitu memprihatinkan, guru hanya mempunyai gaji yang sangat rendah bila
dibandingkan dengan pegawai kantoran yang berdasi. Belum lagi banyak guru yang menjadi guru sementara atau honorarium selama bertahun-tahun
juga dengan gaji dibawah standar. Di Indonesia, gaji guru hanya dihargai 0,25 pendapatan perkapita
setiap bulannya, sangat ironis. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Kondisi guru yang seperti ini hendaknya dikurangi dan
kenaikan tunjangan fungsional benar-benar terjadi dan bukan hanya sekedar wacana saja, sebab kualitas guru sebenarnya terletak pada seberapa besar
penghargaan finansial dan non-finansial yang diberikan Suara Karya, 1998. Jika dinilai dengan rupiah, gaji guru saat ini rata-rata hanya Rp. 200.000;
sampai Rp.500.000; setiap bulan, yang dialokasikan pada satu jam tatap muka dengan siswa dikelas sebesar Rp.5.000; hingga Rp.15.000;. Sementara untuk
membiayai hidup di pinggiran kota saja saat ini dibutuhkan minimal Rp.1,5 juta sampai Rp. 2 juta. Standar gaji tersebut terdapat pada guru swasta, guru
Bantu, guru kontrak dan guru honorer. Sementara untuk guru yang berstatus pegawai negeri sipil PNS lebih diuntungkan karena standar gajinya
disesuaikan dengan pangkat dan golongan Kompas, 2004. Jika mengamati keadaan sekitar, kadang seorang guru dengan gaji
yang rendah belum merasa puas akan pendapatan yang diterimanya, maka tak heran jika ada guru yang memiliki pekerjaan sambilan, dan bisa jadi
pekerjaan sambilan tersebut memberikan pendapatan yang lebih besar dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendapatan utamanya yaitu menjadi guru. Sebagai contoh nyata dalam surat kabar Suara Karya 30 November 1998, ada seorang guru bernama Slamet
yang terpaksa menjadi tukang batu karena gajinya yang rendah, padahal sesungguhnya dia sudah menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini di Indonesia, maka salah satu upaya pemerintah DPR RI untuk meningkatkan kesejahteraan guru adalah
dengan mengesahkan UU Guru dan Dosen pada tanggal 6 Desember 2005. Berkaitan dengan guru secara khusus, UU tersebut mengatur berbagai hal
seperti, kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan, penghargaan, perlindungan dan organisasi profesi yang
ujungnya akan bermuara pada guru yang profesional. Minat menjadi guru juga dipengaruhi oleh tunjangan yang diberikan,
tersedianya dana pensiun, kepuasan kerja, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan pengakuan dari pemerintah. Secara garis besar, adanya
peningkatan kesejahteraan guru, baik finansial maupun non- finansial yang sedang diusahakan oleh pemerintah beberapa tahun belakangan ini sangat
mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru. Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar minat
seseorang menjadi guru apabila ada perbedaan persepsi tentang kesejahteraan guru.
Seseorang berminat menjadi guru banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah faktor kesejahteraan yang akan diterima ketika
seseorang itu menjadi guru. Pada saat ini, semua orang mengetahui bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gaji guru sangat rendah, hal ini mencerminkan juga penghargaan nyata masyarakat terhadap guru, sehingga pada akhirnya harapan akan
kesejahteraan guru mempengaruhi minat seseorang menjadi guru. Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT
MAHASISWA FKIP MENJADI GURU” dengan studi kasus pada
mahasiswa FKIP Sanata Dharma Angkatan 2005.
B. Batasan Masalah