Lingkungan Belajar Siswa TINJAUAN TEORETIK

1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan media yang paling efektif dalam membudayakan disiplin, karena ditinjau dari segi waktu keluarga memperoleh lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga kebersamaan dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan perilaku disiplin secara insentif. Kebersamaan lebih lama memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan teladan atas sikap dan perilaku secara berkesinambungan Nugroho, 2003:2. Menurut Ngalim Purwanto 1995:79, pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran diri anak pertama kali terbentuk. Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yang nantinya akan membentuk kedisiplinan siswa di lingkungan keluarga Abu Ahmat, 1982:86-87 yang dikutip Kurniawan 2007:18 sebagai berikut: 1 Status sosial ekonomi keluarga Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting terhadap perkembangan anak. Misalnya seorang anak yang mempunyai orang tua yang tidak mampu. Orang tuanya akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari uang agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga tidak dapat memantau anaknya. Dampaknya anak bisa melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kedisiplinan. Mulai dari kedisiplinan belajar sampai kedisiplinan dalam melakukan tugas-tugas rumah. 2 Faktor keutuhan keluarga Dalam keluarga yang utuh dari ayah, ibu, dan anak yang lengkap, harmonis maka hubungan interaksi dalam keluarga akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga orang tua dapat memantau dan memperhatikan anaknya sehingga anaknya tersebut dapat bertingkah laku disiplin dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam keluarga. 3 Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan membiasakan sikap-sikap yang dapat membentuk pribadi anak seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk mengikuti perintah-perintah orang tuanya, melakukan pengawasan terhadap anak dalam segala tindakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yang berpengaruh terhadap prestasi yang nantinya dapat berdampak pada kedisiplinan siswa dalam lingkungan keluarga Roestiyah, 1982:159 adalah sebagai berikut: 1 Cara mendidik Orang tua yang selalu memanjakan anaknya akan menjadikan anak tersebut tidak memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas- tugasnya yang nantinya dapat membentuk kepribadian yang kurang disiplin. 2 Suasana keluarga Hubungan antara keluarga yang kurang harmonis menimbulkan suasana kaku, kurang komunikatif di dalam keluarga. Hal ini akan menyebabkan anak kurang semangat dalam belajar dan cenderung kurang disiplin. Untuk itu dalam keluarga yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang akan memotivasi siswa menjadi lebih disiplin dalam hal pelajaran. 3 Pengertian orang tua Dalam melakukan suatu tindakan yang dianggap benar oleh anak perlu mendapat dorongan dan pengertian dari orang tua sehingga anak dapat menentukan sendiri mana yang baik bagi dirinya ataupun kurang baik baginya sehingga dapat menjadi modal dalam pembentukan disiplin yang patuh pada tata tertib. 4 Keadaan sosial ekonomi keluarga Keadaan sosial ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan untuk memberikan apa yang dibutuhkan anak membuat anak menjadi tidak disiplin dalam belajarnya di sekolah karena ingin membantu orang tuanya dalam mencari uang sehingga anak suka membolos sekolah dengan alasan kerja membantu orang tua. 5 Latar belakang kebudayaan Yang dimaksud dalam hal ini adalah tingkat pendidikan orang tua. Seorang anak yang memiliki orang tua berpendidikan biasanya anaknya memiliki cukup perilaku disiplin karena secara teratur orang tua menerapkan disiplin terhadap peraturan dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga anak memiliki perilaku yang baik yang dapat diterapkanya dalam lingkungan sekolah maupun di masyarakat. 2. Lingkungan sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di dalam kelas Winkel, 1996:25. Kelas merupakan komunitas inti dari sekolah. Untuk menumbuhkan kedisiplinan siswa di kelas maka diperlukan suasana yang kondusif. Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran dan pembentukan perilaku yang disiplin. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar yang nantinya dapat terbentuk pula kedisiplinan. Menurut Roestiyah 1982:159-161, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang secara berlahan-lahan membentuk kebiasaan disiplin dalam belajar yang datang dari sekolah yaitu: a. Interaksi guru dan murid Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim akan membuat proses belajar-mengajar tidak lancar karena pengaruh bosan yang nantinya membuat siswa beralasan untuk tidak ikut pelajaran dan membolos dari jam pelajaran tersebut disebabkan bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. b. Cara penyajian Guru yang lama biasanya mengajar dengan metode ceramah yang membuat siswa merasa bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja hal ini lah yang dapat dijadikan siswa sebagai alasan dalam pelanggaran kedisiplinan dalam pembelajaran karena siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran yang gaya mengajarnya itu-itu saja. c. Hubungan antara murid Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing yang nantinya bisa berujung pada perselisihan dan bahkan bisa sampai pada perkelahian antara siswa tersebut. d. Standar pelajaran di atas ukuran Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawahnya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada gurunya tersebut. Untuk menutupinya banyak siswa akan mencontek pada saat ujian. Agar hasil nilainya menjadi bagus. e. Media pendidikan Sekolah menyediakan fasilitas buku bacaan di perpustakaan namun kadang kala siswa tersebut tidak mau merawat dengan baik buku-buku yang telah dipinjamnya dari perpustakaan, karena pada saat dipulangkan kembali buku-buku tersebut sudah dalam keadaan yang kurang terawat dipenuhi oleh coret-coretan dan ada saja bagian lembar buku yang robek. f. Kurikulum Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual dan tidak ada lagi siswa yang melanggar kedisiplinan di sekolah. g. Keadaan gedung Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya dan keadaan gedung yang kurang memadai menjadikan siswa gampang untuk keluar dari sekolah untuk membolos dari jam pelajaran. h. Waktu sekolah Akibat banyaknya jumlah siswa membuat sekolah harus membangun lagi gedung sekolah sehingga memaksa sebagian siswa untuk belajar pada sore hari yang suasananya kurang bagus untuk belajar karena siang hari merupakan jam istirahat siswa, semua siswa menjadi mengantuk dan bermalas-malasan dalam belajar. i. Pelaksanaan disiplin Masih banyak sekolah yang kedisiplinannya kurang yang menyebabkan siswa jadi kurang bertanggung jawab karena tidak adanya sanksi yang tegas dari sekolah bagi pelanggar kedisiplinan j. Metode belajar Guru harus membuat metode belajar yang baik bagi siswa agar siswa menjadi memiliki keinginan untuk mengikuti proses belajar dan tidak akan melanggar ketertiban siswa k. Tugas rumah Guru jangan terlalu banyak memberikan pekerjaan rumah agar siswa dapat melakukan kewajiban yang lainnya sehinga pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tidak menjadi alasan untuk melanggar pelaksanaan kewajibanya yang lain. 3. Lingkungan masyarakat Siswa hidup di masyarakat. Hal ini berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa harus menjalin hubungan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah 1982:162, anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapat teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa saja mereka bergaulnya. Keberadaan media massa dan televisi dapat membuat siswa tidak belajar dan hanya asik membaca buku yang bukan merupakan buku pelajaran dan menonton televisi. Hal ini dapat menimbulkan dampak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI negatif bagi anak karena disiplin dalam belajar pun menurun. Selain itu juga komunikasi dengan anggota masyarakat lainya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Menurut Syah, M 1995:138, kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Ditambah lagi orang tua yang tidak berpendidikan, hal ini sangat berpeluang untuk mempengaruhi sikap kedisiplinan anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya. Berbeda halnya dengan lingkungan masyarakat yang anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa lain untuk disiplin dalam belajar dan beraktivitas lainya. Roestiyah 1982:163 mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh dan menjadi disiplin.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan kedisiplinan siswa di sekolah Disiplin merupakan sikap yang dapat terbentuk dengan malalui kebiasaan mentaati peraturan baik dalam keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Di lingkungan keluarga proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran diri anak pertama kali dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak seperti bangun tidur tepat waktu, melakukan pekerjaan rumah dengan teratur, membantu ayah dan ibu, dan sebagainya. Keluarga merupakan media yang efektif dalam membudayakan disiplin, karena ditinjau dari segi waktu, keluarga memiliki lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga kebersamaan yang banyak dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan perilaku disiplin dapat dilakukan secara insentif Nugroho, 2003:2. Kebersamaan lebih lama memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan teladan atas sikap dan perilaku yang baik. Hal ini menunjukkan ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan kedisiplinan siswa di sekolah. 2. Hubungan lingkungan belajar di sekolah dengan kedisiplinan siswa di sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi Winkel, 1996:25. Dalam proses pembelajaran, keberhasilannya tidak terlepas dari cara guru mengajar, bagaimana sikap dan kepribadian guru, dan pengetahuan yang dimiliki guru. Dengan sikap, pengetahuan, dan cara guru mengajar yang baik akan dapat mendidik tingkah laku siswanya ke arah yang bermoral, taat kepada peraturan yang telah ditetapkan di sekolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA Hubungan Motivasi Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Di SMK Negeri 5 Surakarta.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Motivasi Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Di SMK Negeri 5 Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X Hubungan Motivasi Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Di SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 14

Hubungan motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem.

1 4 190

Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.

1 1 149

Hubungan pelaksanaan proses belajar mengajar dan pelaksanaan praktik kerja industri dengan kesiapan siswa SMK memasuki dunia kerja : studi kasus: SMK Sanjaya Pakem.

0 3 182

Hubungan antara sikap disiplin belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK Sanjaya Pakem.

0 7 177

Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

0 2 147

Hubungan antara sikap disiplin belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK Sanjaya Pakem - USD Repository

0 0 175

Hubungan lingkungan belajar di sekolah, keluarga, dan masyarakat dengan kedisiplinan siswa di sekolah : studi kasus pada siswa-siswi di SMK Sanjaya Pakem - USD Repository

0 0 158