Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Kondisi Fisik Pekerjaan

Utara. Lokasi pabrik ini bukanlah di daerah perkebunan melainkan di daerah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai Nelayan. Pabrik terdiri dari 2 dua plant yaitu Fraksinasi dan Refinery serta daerah tempat Boiler. Crude Palm Oil yang diproduksi berasal dari grup sendiri dan dipasarkan lokal dan export melalui pelabuhan Belawan. Setelah melakukan survei pendahuluan di PT. Asianagro Agung Jaya dan berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul : “Analisis Hubungan Antara Stressor Kerja Dengan Gangguan Mental Emosional Pada Pekerja Di Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil PT.Asianagro Agung Jaya Kota Tanjungbalai Tahun 2013”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Analisis Hubungan Antara Stressor Kerja Dengan Gangguan Mental Emosional pada Pekerja di Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil PT.Asianagro Agung Jaya Kota Tanjungbalai Tahun 2013 ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara stressor kerja dengan gangguan mental emosional pada pekerja di Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil PT.Asianagro Agung Jaya Kota Tanjungbalai Tahun 2013. Universita Sumatera Utara

1.4. Hipotesis

Ada hubungan antara stressor kerja dengan gangguan mental emosional pada pekerja di Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil PT.Asianagro Agung Jaya Kota Tanjungbalai Tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi masyarakat untuk menambah wawasan dalam upaya mengetahui gangguan mental emosional yang timbul pada pekerja akibat dari stressor kerja yang terdapat di pabrik. 2. Menjadi masukan bagi PT. Asianagro Agung Jaya untuk mengetahui dan meminimal stressor kerja di pabrik dalam upaya menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. 3. Untuk menambah ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan stressor kerja dengan gangguan mental emosional di tempat kerja. Universita Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stressor Kerja

2.1.1. Definisi Stressor Kerja

Stressor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang Sopiah, 2008. Menurut Gibson, dkk 2000 Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu ‘stringere’, yang memiliki arti keluar dari kesukaan draw tight. Definisi ini menjelaskan sebuah kondisi susah atau penderitaan yang menunjukkan paksaan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat, diutamakan ditunjukkan pada individual, organ individual atau kekuatan mental seseorang. Beehr dan Newman dalam Rice, 1999 mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang berlebihan melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Ditambahkan pula oleh International Department of Labour dalam bukunya yang berjudul Stress and Fatigue 1998 yang mendefinisikan stres dalam istilah interaksi antara seseorang dengan lingkungannya dan kesadaran pada ketidakmampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut yang terealisasi pada individu disertai dengan respons emosional. 9 Universita Sumatera Utara Stres kerja oleh Riggio 2003 didefinisikan sebagai interaksi antara seseorang dan situasi lingkungan atau stressor yang mengancam atau menantang sehingga menimbulkan reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja. Selain itu Rice 1999 juga menyatakan bahwa stres kerja yang terjadi pada individu meliputi gangguan psikologis, fisiologis, perilaku, dan gangguan pada organisasi. Selain itu, pekerja yang mengalami stres tidak hanya dikarenakan di dalam perusahaan, mungkin saja karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah tangga Rice, 1999. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa melihat stressor yang terdapat di lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keseimbangan fisiologi dan psikologis. Ivancevich, dkk 2006 menyatakan bahwa stressor yang diakibatkan peran seseorang dalam menjalani suatu profesi tertentu seperti kelebihan beban kerja, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, kurangnya kohesi kelompok, dukungan kelompok yang tidak memadai, struktur dan iklim organisasi, wilayah dalam organisasi, karakteristik tugas, pengaruh kepemimpinan.

2.1.2. Sumber Stres Stressor Kerja

Stressor adalah peristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial membahayakan seseorang Ivancevich, dkk., 2006. Sebagian besar dari waktu manusia digunakan untuk bekerja, oleh karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Sumber stres yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dalam lingkup pekerjaannya dapat lebih dari satu macam stressor. Universita Sumatera Utara

1. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan

Yang termasuk dalam faktor intrinsik ialah kondisi pekerjaan yang buruk, kerja gilir shift, beban kerja berlebih, beban kerja terlalu sedikit, dan hubungan antar karyawan.

a. Kondisi Fisik Pekerjaan

Beberapa stressor fisik yang biasa dijumpai pada lingkungan kerja yang dapat memperburuk stres di tempat kerja adalah bising, suhu, pencahayaan, masalah ergonomi, getaran, sanitasi lingkungan, dan tata ruang Munandar, 2001 1 Bising Selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran, juga dapat merupakan stressor kerja yang menyebabkan penurunan kewaspadaan. Hal ini dapat memudahkan timbulnya kecelakaan kerja. Pajanan terhadap bising dapat menimbulkan rasa lelah, sakit kepala, lekas tersinggung, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Akibat paparan tersebut dalam bentuk perilaku misalnya akan terjadi penurunan produktivitas kerja, terjadinya kecelakaan kerja, penurunan perilaku membantu, bersikap lebih negatif terhadap oranglain, rasa bermusuhan yang lebih terbuka dan agresi. Tingkat kebisingan yang nyaman pada umumnya diharapkan antara 40 – 60 dBA. Pengukuran kebisingan ini dilakukan dengan Sound Level Meter SLM. Universita Sumatera Utara 2 Panas Kondisi suhu suatu lingkungan kerja berhubungan dengan iklim dan lokasi kerja. Efek dari kondisi suhu selama melakukan pekerjaan tergantung pada jenis pakaian yang digunakan, lama terpajan, temperatur, arus angin, jumlah panas radiasi, dan status kesehatan tenaga kerja yang terpajan. Fungsi mental dapat terganggu karena heat stress, yang ditandai dengan gejala awal berupa perubahan pada tingkat aktivitas seseorang. Untuk Indonesia, suhu nyaman adalah 24 o C - 28 o C. Perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan sebaiknya tidak lebih dari 5 o C. Sehingga dapat diketahui bahwa suhu di luar ruangan sebaiknya tidak lebih dari 33 o 3 Pencahayaan C. Tiap-tiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan tersendiri. Biasanya untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan diberikan tambahan pencahayaan disamping pencahayaan umum. Sistim pencahayaan yang buruk dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kelelahan mata sehingga dapat menimbulkan stres kerja. 4 Faktor Ergonomi Lingkungan yang tidak ergonomi dapat menimbulkan masalah seperti ketidaknyamanan, kelelahan dan meningkatkan stres kerja apabila tidak disesuaikan dengan kondisi tuntutan pekerjaan. Universita Sumatera Utara 5 Sanitasi Lingkungan Kerja Lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan salah satu stressor kerja. Pada pekerja industri pabrik sering menggambarkan kondisi kotor, akomodasi pada waktu istirahat yang kurang baik, juga toilet yang kurang memadai. Hal ini dinilai oleh pekerja sebagai faktor penyebab stres.

b. Kerja Gilir Shift