c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya
diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada orang yang mengalami gangguan emosi.
d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar individu berubah, baik sikap
maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap individu yang bersangkutan dibimbing dan dilatih untuk menghadapi
berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan
2.3. Landasan Teoritis
Stressor kerja merupakan apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang Sopiah, 2008. Beehr dan Newman dalam Rice,
1999 mendefinisikan stressor kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang berlebihan melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan
sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat
kerja atau situasi kerja yang tertentu. Carry Cooper dikutip Jacinta, 2002 menyatakan bahwa stressor kerja yang
pada umumnya ditemukan di tempat kerja yaitu ketaksaan peran, beban kerja berlebih kuantitatif, beban kerja berlebih kualitatif, pengembangan karir, konflik peran,
tanggung jawab terhadap orang lain, masalah organisional, lingkungan dan kondisi fisik tempat kerja seperti kebisingan, panas, vibrasi, hygiene dan lainnya.
Universita Sumatera Utara
Seperti digambarkan pada kerangka teoritis berikut ini yang dikemukakan oleh Ivancevich 2006.
Universita Sumatera Utara
v
Gambar 2.1. Teori Model Stressor dan Hasil oleh Ivancevich 2006
Model konsep Person – Environment Fit merupakan derajat kesesuaian antara karakteristik seseorang dengan lingkungannya secara subjektif maupun
objektif. Dalam konsep ini kesehatan mental yang baik di lingkungan kerja tergantung pada hasil interaksi objektif lingkungan-objektif seseorang. Kondisi
Tingkat Individu -
Konflik Peran -
Kelebihan beban peran
- Ketidakjelasan peran
- Tanggungjawab atas
orang -
Pelecehan -
Kecepatan perubahan Tingkat Kelompok
- Perilaku, manajerial
- Kurangnya
kohesivitas -
Konflik Intrakelompok
- Status yang tidak
sesuai Tingkat organisasi
- Budaya
- Teknologi
- Gaya manajemen
- Rancangan organisasi
- Politik
Non Pekerjaan -
Perawatan orang lanjut usia dan anak
- Ekonomi
- Kurangnya mobilitas
- Pekerjaan sukarela
- Kualitas kehidupan
STRESSOR KERJA
Penilaian Kognitif
STRES Perilaku
- Kepuasan
- Kinerja
- Absen
- Perputaran pekerja
- Kecelakaan
- Penyalahgunaan obat
- Klaim perawatan
kesehatan Kognitif
- Pengambilan
keputusan yang buruk -
Kurangnya konsentrasi
- Lupa
- Frustasi
- Apatis
Fisiologis -
Tekanan darah yang meningkat
- Sistem kekebalan
- Kolestrol tinggi
Fisiologis -
Penyakit jantung koroner
- Sistem pencernaan
Universita Sumatera Utara
tersebut dapat menentukan kesejahteraan dan prestasi dari seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Secara umum orang
berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu tersebut
mengalami stres kerja.
Hubungan dengan realita
Ketepatan dari penilaian diri
Gambar 2.2. Teori Model Person – Environment Fit
Kondisi lingkungan fisik yang tidak sehat, aman dan bebas dari bahaya dapat berpotensi sebagai sumber stressor yang akan menimbulkan gangguan emosional
pada pekerja. Sehingga apabila pekerja bekerja tidak dalam keadaan kesehatan fisik dan mental yang baik, akan menurunkan produktivitas kerja serta akan terjadi
kecelakaan kerja. Sebaliknya apabila pekerja dalam kondisi sehat maka akan terwujud kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Objektif Lingkungan
Subjektif Lingkungan
Objektif P – E Fit
Coping Subjektif P-
E Fit Defense
Sakit Stres
Objektif seseorang
Subjektif seseorang
Universita Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep