Rencana Gelagar Memanjang Rencana Gelagar Melintang Rencana Gelagar Induk

1. Rencana Gelagar Memanjang

Panjang gelagar memanjang ditentukan dari jumlah medan yang dilakukan dengan cara coba-coba. Gelagar memanjang diberi beban berat sendiri yaitu pelat lantai kendaraan, pembungkus beton dan berat sendiri gelagar memanjang. Akibat beban gerak diberi muatan PU 1987 yang terdiri dari muatan D atau muatan jalur,yaitu muatan terbagi rata q = 2,2 tonmeter untuk L ≤ 30 meter m, dimana L adalah panjang tinjauan, sedang muatan garis P = 12 ton.kedua muatan jalur ini diperhitungkan penuh untuk lebar jalur 5,5 meter dan selebihnya diperhitungkan 50 dari muatan D tersebut. Sedang koefisien kejut di ambil rumus : φ = 1+ L + 50 20 akibat beban gerak trotoir diambil q tr = 500 kgm² diperhitungkan hanya 60 bekerja terhadap perencanaan gelagar dari muatan trotoir tersebut. Untuk beban tambahan yaitu muatan aspal diberi muatan terhadap gelagar memanjang, karena aspal dikerjakan setelah lantai beton mengeras. Dengan demikian didapat momen-momen dari gelagar memanjang yaitu momen akibat beratn sendiri, momen bergerak dan momen tambahan. Kemudian dikontrol terhadap ijin dari baja dan beton.

2. Rencana Gelagar Melintang

Pengaruh gelagar memanjang terhadap gelagar melintang dimana beban gelagar memanjang dijadikan beban terpusat terhadap gelagar melintang. Sedang akibat beban yang langsung dipikul gelagar melintang didistribusikan secara merata equivalen terhadap gelagar melintang. Hal yang sama terhadap gelagar melintang seperti gelagar memanjang, yaitu diberi beban berat sendiri, beban bergerak dan Universitas Sumatera Utara beban tambahan sehingga didapat momen-momen gelagar melintang dan kemudian dikontrol terhadap tegangan ijin beton dan baja.

3. Rencana Gelagar Induk

Berat sendiri gelagar induk ditaksir menurut rumus Prof Dr N E Kist : Q = L f t L f L M V . . 9 −     + Dimana : Q = Berat sendiri gelagar induk dalam satuan ton V = Berat sendiri jembatan rangka lantai + gelagar memanjang + gelagar melintang dan lain-lain dalam satuan ton L = Bentang jembatan dalam satuan meter f = Koefisien jembatan rangka di atas dua perletakan factor bentuk berkisar 2,95 – 3,00 dipakai 2,97 untuk jembatan lalu lintas biasa M = Momen maksimum oleh beban bergerak pada pertengahan bentang dalam satuan ton meter t = Tegangan ijin rata-rata dalam satuan kgcm² dimana t = ½ [ σ + 1,172 x σ pada λ = 50] untuk λ = 50 di dapat factor tekuk ω = 1,234 PPBBI σ = σ ω . 1 = 1600 . 234 , 1 1 = 1296,596 kgcm² t = ½ [1600 + 1,172 x 1296,596] = 1559,805 kgcm² Universitas Sumatera Utara Setelah estimasi gelagar induk didapat maka dilakukan pembebanan terhadap rangka yang didistribusikan secara merata untuk tiap-tiap titik buhul. Untuk muatan bergerak terhadap gelagar rangka induk terdiri dari muatan garis P = 12 ton dan muatan terbagi rata untuk 30 L ≤ 60 m. q = 2,2 - 1,1 60 L – 30 Sedang muatan bergerak trotoir diambil 500 kgcm² diperhitungkan 60 bekerja. Setelah beban bergerak ditotal maka dilakukan pembebanan terhadap rangka yang didistribusikan secara merata untuk tiap-tiap titik buhul. Pengaruh tekanan angin diambil sebesar 100 kgcm², dimana pengaruhnya terhadap gelagar induk adalah angin vertical yang tergantung pada tinggi jembatan, perhitungan angin terhadap rangka ditetapkan sebesar 1,5 kali jumlah luas bidang sisi rangka, sedangkan jumlah luas bidang sisi rangka diperhitungkan 30 terhadap luas bidang sisi jembatan. Kemudian dilakukan perhitungan statika, dimana dalam hal ini jembatan dalam keadaan berisi kendaraan, maka didapat beban total yang dipikul rangka dan kemudian didistribusikan secara merata untuk tiap-tiap titik buhul. Ketiga pembebanan untuk rangka yaitu berat sendiri, beban bergerak dan beban angin sehingga gaya-gaya batang dalam perhitungan mekanikanya dilakukan secara analitis Universitas Sumatera Utara

D. Penentuan Medan Ekonomis