44
2.7.2 Seni suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak menyebut
musik vokalnya sebagai ende-ende baca:nde-nde. Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan
penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut: 1.
Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah nyanyian ratapan lamenta yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi
karena hal-hal mengharukan yang di dalam hati sipenyaji akan dituturkan dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi dengan gaya
menangis tangis. Ada beberapa jenis tangis yang terdapat pada masyarakat Pakpak, sebagai berikut:
a Tangis beru si Jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis
female song menjelang pernikahannya. Teks nyanyian berisikan ungkapan kesedihan hati karena akan berpisah dengan keluarganya dan
akan masuk kelingkungan keluarga barunya dari suami. Tujuan dari nyanyian ini agar orang tua yang mendengar terharu dan memberikan
petuah-petuah petunjuk tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dengan teks yang berubah-ubah dan bentuk melodi yang sama
repetitif. b
Tangis anak melumang adalah nyanyian yang disajikan oleh pria maupun wanita. Nyanyian ini berisikan ungkapan kesedihan ketika teringat akan
orangtua yang sudah meninggal dunia. Nyanyian ini disajikan dalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
45
waktu-waktu tertentu saja seperti ketika sedang berada di hutan, di lading, di sawah, atau di tempat-tempat yang sedih. Teksnya berubah- ubah tetapi
melodinya tetap sama. c
Tangis si Mate adalah nyanyian ratapan lament oleh kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan
orang yang mati tersebut sebelum dikebumikan. Teksnya berisikan tentang kisah hidup si mati, perilaku-perilaku yang paling berkesan dari si mati
semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyayian strofik yang lebih mementingkan teks nyanyian daripada melodi.
2. Ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby yang dibawakan
oleh sipendedah pengasuh baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan anak atau mengajak si anak bermain. Nyanyian ini terdiri dari
beberapa jenis yaitu, orih-orih, oah-oah, dan cido-cido. Ketiga nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang
diulang-ulang repetitif. a
Orih-orih adalah nyanyian yang dipakai untuk menidurkan anak oleh si pendedah pengasuh orang tua atau kakak baik pria maupun wanita. Si
anak digendong sambil I orih-orihken menina bobokkan si anak dalam gendongan dengan nyanyian yang liriknya berisikan nasehat, cita-cita,
harapan dan curahan kasih saying terhadap si anak. b
Oah-oah atau kodeng-kodeng adalah nyanyian yang jenisnya sama dengan orih-orih. Yang membedakan kedua jenis nyanyian ini oah-oah menina
bobokkan sambil mengayun si anak dalam ayunan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
46
c Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain yang
tujuannya agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu yang membuat si anak tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan berisikan harapan-
harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada keluarga.
3. Nangan adalah nyanyian yang dibawakan pada waktu bersukut-sukuten
mendongeng. Setiap ucapan tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita tersebut akan disampaikan dengan gaya menyanyi. Ucapan tokoh yang
dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.
Pada umumnya cerita sukut-sukuten berisikan pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang
diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna
nangen.Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat Pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja
Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya. 4.
Ende-ende merkemenjen atau odong-odong adalah nyanyian yang disajikan pada waktu mengambil kemenyan. Nyanyian ini hanya terdapat
pada kaum pria dewasa saja male song. Teksnya berisikan ungakapan kesedihan, kegagalan di dalam hidupnya. Melodi nyanyian ini berulang-
ulang repetitif dan teksnya selalu berulang-ulang sesuai dengan perasaan si penyaji.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
47
5. Ende-ende mardembas adalah nyanyian yang berbentuk permainan di
kalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan
membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus koor maupun solo chorus nyayian solo yang disambut
dengan koor. Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan
melodi repetitif serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikan.
6. Ende-ende Memuro adalahnyanyian yang disajikan pada saat bekerja
work song. Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di
sawah. Kegiatan muro menjaga padi ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar
7
yang dilambai-lambaikan ketengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro.
8
7
Ketterdan gumpar adalah alat yang terbuat dari bambu dan pada bambu tersebut digantungkan kain bekas berbentuk orang-orangan yang dilambaikan ketengah sawah untuk
mengusir burung. Fungsi utama alat ini untuk mengahalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin etnomusikologi yaitu, studi musik dan kebudayaan.
8
Wawancara dengan Mardi Boang Manalu, 2014. Lihat juga Torang Naiborhu, 1988, dan 2002
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
48
2.7.3 Seni Tari