76 h. Pada kondisi awal tidak ada siswa 0 yang mendapat nilai antara 92-
100, pada siklus I terdapat 4 siswa 25 yang mendapat nilai antara 92- 100, dan pada siklus II terdapat 7 siswa 43,8 yang mendapat nilai
antara 92-100. Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep pada tabel 4.3.1 dan
gambar 4.3.1 tersebut, siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 KKM menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan Kondisi awal sebanyak 6
siswa, pre-test sebanyak 5 siswa, siklus I sebanyak 14 siswa, dan siklus II sebanyak 16 siswa. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan media kartu
ular pada siswa kelas II SD Negeri Ponowaren 02 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20132014 dinyatakan berhasil, karena
secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai pemahaman konsep.
2. Peningkatan Keaktifan Siswa Proses Pembelajaran
Keaktifan siswa yang meliputi 8 aktivitas, yaitu: a keaktifan melihat, b keaktifan langsung, c keaktifan mendengarkan, d keaktifan menulis,
e keaktifan mental, f keaktifan emosi, g keaktivan menggambar, dan h keaktifan motorik diukur guna mengetahui adakah peningkatan keaktifan
siswa selama proses pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa kelas II SD Negeri Ponowaren 02
Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 20132014 mulai dari siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.3.2 berikut ini:
Tabel 4.3.2 Perbandingan Data Frekuensi Nilai Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
No. Interval Nilai
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Interpretasi Frekuensi Persentase
Interpretasi 1
1-8 1
6,2 KB
KB 2
9-16 9
56,2 CB
CB 3
17-24 6
37,5 B
7 43,8
B 4
25-32 SB
9 56,2
SB Perbandingan daftar frekuensi nilai keaktifan siswa pada tabel 4.3.2
tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.3.2 berikut.
77
Berdasarkan Tabel 4.3.2 dan Gambar 4.3.2 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa yang cukup signifikan. Pada
siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 1-8 terdapat 1 siswa 6,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 9-16 terdapat 9
siswa 56,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 17-24 terdapat 6 siswa 37,5, siklus II terdapat 7 siswa
43,8. Pada siklus I keaktifan dengan rentang nilai 25-32 tidak ada 0, sedangkan pada siklus II terdapat 9 siswa 56,2.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu ular untuk meningkatkan keaktifan siswa telah berhasil dengan interpretasi
baik sampai sangat baik
3. Peningkatan Kinerja Guru
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari data hasil observasi
guru lihat lampiran 27 halaman 152 dan 28 halaman 153, diketahui bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan guru dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan
pada tabel 4.3.3 berikut.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Siklus I
Gambar 4.3.2 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II 77
Berdasarkan Tabel 4.3.2 dan Gambar 4.3.2 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa yang cukup signifikan. Pada
siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 1-8 terdapat 1 siswa 6,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 9-16 terdapat 9
siswa 56,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 17-24 terdapat 6 siswa 37,5, siklus II terdapat 7 siswa
43,8. Pada siklus I keaktifan dengan rentang nilai 25-32 tidak ada 0, sedangkan pada siklus II terdapat 9 siswa 56,2.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu ular untuk meningkatkan keaktifan siswa telah berhasil dengan interpretasi
baik sampai sangat baik
3. Peningkatan Kinerja Guru
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari data hasil observasi
guru lihat lampiran 27 halaman 152 dan 28 halaman 153, diketahui bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan guru dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan
pada tabel 4.3.3 berikut.
Siklus II
1-8 9-16
17-24 25-32
Gambar 4.3.2 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II 77
Berdasarkan Tabel 4.3.2 dan Gambar 4.3.2 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa yang cukup signifikan. Pada
siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 1-8 terdapat 1 siswa 6,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 9-16 terdapat 9
siswa 56,2, siklus II tidak ada 0. Pada siklus I, keaktifan dengan rentang nilai 17-24 terdapat 6 siswa 37,5, siklus II terdapat 7 siswa
43,8. Pada siklus I keaktifan dengan rentang nilai 25-32 tidak ada 0, sedangkan pada siklus II terdapat 9 siswa 56,2.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu ular untuk meningkatkan keaktifan siswa telah berhasil dengan interpretasi
baik sampai sangat baik
3. Peningkatan Kinerja Guru
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari data hasil observasi
guru lihat lampiran 27 halaman 152 dan 28 halaman 153, diketahui bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan guru dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan
pada tabel 4.3.3 berikut. Gambar 4.3.2 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
78 Tabel 4.3.3 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I
dan Siklus II No.
Keterangan Skor
Rata-rata Skor
1. Siklus I Pertemuan 1
3,2 3,25
2. Siklus I Pertemuan 2
3,3 3.
Siklus II Pertemuan 1 3,5
3,54 4.
Siklus II Pertemuan 2 3,6
Berdasarkan tabel 4.3.3 tersebut terlihat bahwa kinerja guru mengalami peningkatan pada setiap pertemuan pada setiap siklus dengan hasil akhir
kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. Selain berdasarkan teknik observasi untuk mengukur adanya
peningkatan nilai pemahaman konsep dan keaktifan siswa, teknik lain yang digunakan adalah teknik wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas, nilai pemahaman konsep siswa sebelum menggunakan media kartu ular cukup
rendah, karena siswa yang tuntas hanya 37,5. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan menarik minat
siswa, sehingga siswa kurang maksimal dalam memahami konsep materi yang diajarkan.
Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan kartu ular dalam pembelajaran matematika materi perkalian bilangan terbukti dapat
meningkatkan nilai pemahaman konsep siswa. Selain itu, keaktivan siswa selama proses pembelajaran matematika juga meningkat terbukti dengan
adanya peningkatan keaktifan siswa dengan interpretasi baik sampai sangat baik. Hal ini dikarenakan penggunaan media kartu ular dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan menarik minat belajar. Permainan dengan menggunakan media kartu ular membuat suasana siswa menjadi
menyenangkan karena ada permainan menyusun kartu, namun tetap fokus pada materi pokok sehingga tetap kondusif.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu ular dapat meningkatkan
79 pemahaman konsep perkalian bilangan dan meningkatkan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran matematika pada siswa kelas II SD Negeri Ponowaren 02 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
20132014.
80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan media kartu ular dalam pembelajaran matematika materi perkalian
bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Ponowaren 02 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 20132014 dapat ditarik simpulan bahwa:
Penggunaan media kartu ular dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian bilangan pada siswa kelas II SD
Negeri Ponowaren 02, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20132014. Peningkatan pemahaman konsep dibuktikan dengan
meningkatnya nilai pemahaman konsep perkalian bilangan pada setiap siklusnya. Saat prasiklus, rata-rata nilai pemahaman konsep siswa adalah 60; siklus I nilai
rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 79,7; dan siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 89,6. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada
konsep perkalian bilangan saat prasiklus yang tuntas sebanyak 6 siswa 37,5, siklus I yang tuntas sebanyak 14 siswa 87,5, dan siklus II yang tuntas
sebanyak 16 siswa 100. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus hingga siklus II. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran
matematika materi konsep perkalian bilangan telah mencapai ketuntasan belajar yang ditargetkan pada siklus I dan siklus II yaitu indikator kinerja 70 dan, hasil
akhir siklus melebihi indikator kinerja yaitu 100.
B. Implikasi
Berdasarkan refleksi, hasil tindakan dapat dideskripsikan bahwa penelitian ini terdapat peningkatan. Baik peningkatan pemahaman konsep siswa
tentang materi perkalian bilangan maupun peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika materi perkalian bilangan. Dilihat dari segi hasil,
terdapat peningkatan nilai rata-rata pemahaman konsep perkalian bilangan dari siklus I hingga siklus II. Sedangkan dari segi proses, terdapat peningkatan