Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap manusia. Salah satu dampak yang dapat dirasakan dari perkembangan teknologi dan informasi yaitu perkembangan dalam dunia pendidikan. Adanya perkembangan teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan mengakibatkan terjadinya transisi proses interaksi, hal ini semakin terasa setelah di kembangkannya internet. Internet sangat berperan besar dalam dunia pendidikan, terutama sebagai media komunikasi dan kolaborasi untuk mengakses bahan ajar ataupun informasi terkait kegiatan pembelajaran. Hal ini senada dengan BSNP, 2010: 46 yang menyebutkan bahwa perkembangan dalam pendidikan telah berhasil didigitalisasi dengan adanya kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dalam pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Adanya perkembangan teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan seharusnya dapat memberikan kemudahan terhadap proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran terjadi adanya proses penyampaian informasi, yang dapat menggunakan alat-alat sebagai penyampai informasi atau materi yang menjadi tujuan instruksional. Alat-alat penyampai informasi inilah yang disebut sebagai media pembelajaran. Dalam 1 penelitian Elis Mediawati 2011: 46 menjelaskan bahwa penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi proses pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan pada materi pembelajaran. Disisi lain media dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik, terpercaya, memudahkan penafsiran data dan mendapatkan informasi. Maka perlu adanya pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan di ajarkan, karena motivasi belajar dan minat siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu indikasi dari tersampaikannya informasi serta berhasilnya tujuan instruksional dalam proses pembelajaran. Realisasinya kemajuan teknologi belum dapat dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembelajaran, terutama dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini terbukti bahwa penggunaan TIK di sekolah masih 20 hanya untuk pengenalan penggunaan komputer, terlebih lagi Apkomindo menjelaskan 50 guru belum memanfaatkan komputer dalam pembelajaran Suara Merdeka, 2011. Terdapat beberapa alasan guru tidak menggunakan media dalam Thomas Wibowo Agung S 2005: 80-81 yaitu menggunakan media itu repot, media itu mahal, guru tidak terampil menggunakan media, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius, kebiasaan menggunakan ceramah, tidak tersedia disekolah, dan kurangnya penghargaan dari atasan. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran terutama dalam penggunaan media pembelajaran mengakibatkan fokus utama pembelajaran guru lebih kepada penguasaan materi tanpa mengimbangi adanya pemanfaatan teknologi. Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru masih dalam lingkup sebatas penyampaian materi saja dimana hal itu terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tertentu. Akibatnya pembelajaran cenderung untuk penguasaan nilai-nilai kognitif saja, yang menyebabkan kurangnya penanaman nilai-nilai karakter pada diri siswa. Pada kenyataannya menurut Buchari 2007 dalam penelitian Nisa Ul Istiqomah 2012: 3 pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik kedalam pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan pada akhirnya kedalam pengalaman nilai secara nyata. Dalam pengembangan pendidikan karakter, materi pembelajaran dipahami sebagai integrasi pesan dan alat yaitu sebagai tempat pembudaya dan pemberdaya individu. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak hanya dilakukan sekedar untuk menyampaikan materi saja tetapi juga adanya transformasi nilai pada setiap materi yang diajarkan. Dilihat dari segi kuantitas menurut dunia pendidikan kita telah mampu menghasilkan generasi penerus dalam jumlah banyak, tetapi generasi penerus yang memiliki karakter jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan kerja keras masih kurang. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis hard skill, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru akuntansi SMK Negeri 2 Purworejo menjelaskan bahwa waktu yang tersedia di semester dua sangat singkat untuk kelas XI dalam menerima pelajaran dikarenakan banyaknya waktu yang digunakan untuk persiapan dan latihan serangkaian ujian nasional. Cara penyampaian awal dalam materi akuntansi persediaan yang menjelaskan teori-teori akuntansi persediaan dengan membaca buku yang sudah di sediakan oleh sekolah dan buku yang sudah dimiliki masing-masing siswa serta menggunakan metode ceramah. Situasi ini dinilai kurang menarik minat siswa untuk mempelajari materi tersebut. Disisi lain penggunaan media pembelajaran dalam pelajaran akuntansi sudah dilakukan, namun dalam praktiknya masih belum optimal, peserta didik masih terfokus kepada guru. Hal ini karena guru dalam penyampaian materi akuntansi kurang memanfaatkan teknologi yang ada sebagai media pembelajaran. Fokus utama guru lebih kepada penguasaan kognitif pada mata pelajaran akuntansi. Kurang maksimalnya pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran ini berbanding lurus dengan penanaman nilai karakter pada mata pelajaran akuntansi. Pada penelitian ini peneliti mengambil lima nilai karakter dalam penelitian Uji Siti Barokah 2014: 37-38 diantaranya jujur menunjukkan perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, disiplin merupakan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, mandiri merupakan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain, kreatif merupakan perilaku atau pemikiran yang menghasilkan cara atau hasil baru, dan kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa guru sudah menanamkan nilai-nilai karakter tersebut pada setiap materi pembelajaran akuntansi, namun belum dapat dikatakan efektif karena siswa masih belum dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada pembelajaran akuntansi baik untuk dirinya sendiri, lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya pengintegrasian antara teknologi dan nilai karakter kedalam pembelajaran akuntansi. Integrasi itu dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat penyampai informasi dengan berbasis nilai karakter. Media tersebut adalah komik digital. Komik digital memiliki kemudahan dalam hal penggunaan, cenderung lebih praktis karena dapat di simpan dalam bentuk file ataupun di simpan dalam flash disk, laptop dan sejenisnya sehingga membuat komik digital dapat digunakan oleh siswa dalam belajar mandiri. Selain itu komik digital berisi dialog atau percakapan bergambar yang akan membuat siswa lebih tertarik untuk membacanya. Hal ini selaras dengan materi yang akan di integrasikan dalam media yaitu kompetensi dasar akuntansi persediaan bagian awal tentang teori-teori akuntansi persediaan yang meliputi pengertian persediaan, klasifikasi persediaan, dan sistem pencatatan persediaan. Materi ini dipilih karena masih sulit dipahami oleh siswa, padahal siswa mengalami langsung di masyarakat, dengan kata lain berkaitan langsung dengan kehidupan siswa setiap harinya seperti adanya persediaan barang-barang di toko, di warung, di pasar, bahkan di perusahaan sehingga siswa akan lebih menarik untuk mempelajari. Penanaman nilai-nilai karakter positif seperti jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan kerja keras ini tersusun dalam komik melalui dialog, penggambaran tokoh dan permainan edukatif. Penelitian Eka Arif Nugraha, dkk 2013: 62 menjelaskan bahwa tujuan pengembangan nilai karakter dalam komik digital adalah agar peserta didik mampu untuk memahami pesan-pesan positif yang terkandung dalam komik digital serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut penelitian Eka Arif Nugraha, dkk 2013: 67 menjelaskan bahwa komik mampu untuk mengembangkan nilai karakter pada diri siswa yang mencangkup nilai peduli lingkungan, religius, ingin tahu, kreatif dan disiplin. Pendidikan karakter berupa nilai karakter yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan akan memiliki dampak langsung dalam prestasi belajar. Meningkatnya hasil belajar afektif akan memicu meningkatnya hasil belajar kognitif. Ditegaskan dalam penelitian Ijang Permana Sidik 2013: 80 menjelaskan bahwa mengukur keefektifan media komik digital meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif, bahwa komik digital efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pentingnya pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran menarik peneliti untuk dapat mengembangkan komik digital berbasis nilai karakter jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan kerja keras, pada pembelajaran akuntansi kompetensi akuntansi persediaan di Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 2 Purworejo Tahun Ajaran 20152016. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Pengembangan Komik Digital Berbasis Nilai Karakter sebagai Media Pembelajaran Akuntansi pada Kopetensi Dasar Akuntansi Persediaan di Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 2 Purworejo Tahun Ajaran 20152016.

B. Identifikasi Masalah