Landasan teori Komponen Racun Pada Biji - bijian

32

i. Landasan teori

Jenis tanaman mangrove Avicenna, sp yang telah dijadikan dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan adalah Avicenna marinna dan Avicenna afficinalis. Jenis tanaman ini tersebar disebagian besar pantai di Indonesia termasuk mangrove sejati pada zona terdepan cepat dan mudah tumbuh serta permulaan alminya sangat cepat, tanaman ini berumur 18-24 bulan sudah berbuah Mohson, 2006 . Pembuatan tepung pada umumnya meliputi : proses sortasi, perendaman, pengupasan biji, blanching, pencampuran dengan abu sekam padi, pencucian, pengeringan, pemotongan menjadi ukuran lebih kecil, pengeringan, penghancuran dan pengayakan serta pengemasan Mohson, 2006 . Perlakuan blancing pada bahan adalah untuk menghilangkan bau langu pada bahan, yaitu dengan menginaktifkan enzim lipoksigenase Enzim lipoksigenase mudah rusak oleh panas. Oleh karena itu, untuk menghilangkan bau dan rasa langu dilakukan dengan cara menggunakan air panas dengan suhu 80 – 100 C saat penggilingan dengan blancing Koeswara, 1995. Pengukusan akan menurunkan kadar sianida pada bahan sebesar 93,48 Muljoharjo, Harjadi dan Pujimulyani 1984, karena proses pembebasan dan penghilangan sianida dengan pengukusan akan menguapkan sianisda Roffle, 2007.. Proses pemanasan kandungan tannin yang terikat pada protein bahan akan terlepas dan kandungan tannin tannin itu akan hilang oleh pemanasan dengan suhu yang tinggi karena akibat adanya proses pengendapan senyawa tannin Winarno, 1997. Tepung mangrove adalah produk olahan mangrove yang terbuat dari biji mangrove yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Sifat fisik tepung mangrove 33 sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia bahan. Sebagai contoh mangrove jenis sineratia, sp yang mempunyai sifat kimia yang mempunyai warna coklat yaitu tannin tetapi tidak beracun Mohson, 2006 . Sedangkan untuk mangrove jenis burguera, sp dan Avicennia, sp mempunyai kandungan racun yang akan berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan Anonymus, 2009 . Abu dapur banyak digunakan untuk mengurangi kadar sianida pada bahan, karena abu dapur mempunyai kemampuan menyerap cairan sel dalam jaringan bahan keluar dari irisan segingga mempermudah keluarnya alkaloid dioskorin dari dalam bahan dengan begitu sianida yang terlarut dalam air akan ikut terserap oleh abu. Dalam hal ini abu berfungsi sebagai absorben Mulyani, 1990. Salah satu cara untuk menurunkan kadar tannin dalam kehijauan adalah dengan perendaman dengan menggunakan larutan alkali seperti NH 4 OH, NaOH, K 2 CO 3 , atau CaO. Dengan perendaman senyawa polifenol akan larut dalam air daan basa seingga ikatan antara protein dan tannin akan terlepas. Namun demikian pemakaian ammonia, alkali, atau kombinasi perendaman yang lainya dapat juga menurunkan kualitas nutrisi kehujauan yang disebabkan terbentuknya ikatan antara kalsium dengan kandungan nutrisi yang penting Butler Jon, 1992. Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik kandungan abu, dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuan. Kadar abu suatu bahan ada hubunganya dengan mineral dalam bahan tersebut. Mineral yang terdapat pada suatu bahan dapat merupakan dua macam 34 garam yaitu garam organik dan garam anorganik Sudarmadji, 1994 dalam Rahmawati, 1993. Absorbsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi atau proses sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu fase limbak bulk lain yang bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan. Absorbsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi atau proses sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu fase limbak bulk lain yang bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan Anonymous, 2010.

M. Hipotesis

Diduga terdapat pengaruh antara konsentrasi abu dapur dengan lama pencampuran terhadap konsentrasi racun sianida dan tannin.