Hubungan Motivasi Koordinator JPKM dengan Kinerja Koordinator Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator

67 Persepsi yang baik dari koordinator JPKM bila tidak didukung dengan persepsi yang baik pula dari masyarakat akan menyebabkan kinerja koordinator JPKM dalam merekrut peserta rendah. Salah satu yang menyebabkan persepsi yang buruk dari masyarakat tentang JPKM yang berimbas terhadap keenganan menjadi peserta adalah tingkat pengetahuan kesehatan masyarakat yang jauh dari cukup dimana masyarakat menggangap kesehatan bukan merupakan perioritas utama. Didukung dengan adanya budaya mereka dalam menghadapi risiko sakit yang masih kurang menguntungkan dan diperparah dengan keterbatasan kondisi kemampuan ekonomi masyarakat Ghufron,2000.

5.3.3 Hubungan Motivasi Koordinator JPKM dengan Kinerja Koordinator

JPKM Hasil analisis bivariat menunjkan bahwa nilai p adalah 0,169 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syah 2004 yang menyatakan ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di ruang rawat inap di RS Jiwa Pekanbaru. Meskipun demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian 2003 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sidorejo. Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan yang berasal dari dalam diri individu itu sediri dengan kekuatan 68 yang berasal dari lingkungan kerjanya. Salah satu faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhinya adalah harapan individu bila sesuatu itu dilaksanakan Umara2006. Harapan koordinator JPKM untuk merekrut peserta sebanyak-banyaknya tidak dapat dengan mudah terlaksanan. Banyak kendala yang dihadapi koordinator JPKM selama bertugas, beberapa diantaranya adalah keluhan dari masyarakat tentang belum adanya perbaikan pelayanan kesehatan yang diberikan PPK Ghufron,2000. Meskipun demikian berbagai usaha dilakukan oleh koordinator JPKM untuk dapat meningkatkan jumlah peserta yang berhasil direkrut antara lain dengan kerjasama antar koordinator JPKM, pengadaan tabungan JPKM, simpan pinjam JPKM, dan menjaring ibu-ibu hamil.

5.3.4 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator

JPKM Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,225 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signiikan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Supriyanto 2006 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin dengan kinerja pegawai di Bapeda Kabupaten Purbalingga. Gibson 1996 menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini berarti apabila kepemimpinan dalam suatu organisasi baik, maka akan menciptakan suatu kinerja yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Kepemimpinan dala penelitian ini menggunakan pendekatan sifat. 69 Pendekatan sifat dilandasi pemikiran bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil melaksanakan pengaruhnya yang bersangkutan harus memiiki sifat-sifat tertentu Sutarto, 1995. Sifat kepemimpinan tersebut antara lain: 5.3.4.1 Kemampuan Komunikasi Kemampuan komunikasi dalam hal ini meliputi kemampuan pimpinan dalam melakukan koordinasi dan kemampuan mendengarkan keluhan dari koordinator JPKM. Komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menciptakan kepemimpinan yang efektif. Azwar 1996 menyatakan peranan komunikasi dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Menyempurnakan Pekerjaan Administrasi Melalui komunikasi akan diperoleh berbagai keterangan yang apabila dapat diolah dengan baik akan dapat dmanfaatkan untuk membantu administrator dalam mengambil keputusan decicion sehingga pekerjan yang sedang dilakukan dapat lebih disempurnakan. 2. Menimbulkan Suasana Kerja yang Menguntungkan Melalui komunikasi akan dapat dibina suasana yang menguntungkan yaitu degan baiknya hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan atau hubungan antara sesame karyawan employees relationship. 5.3.4.2 Kemampuan Pengawasan Kemampuan pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kemampuan pemimpin dalam meaksanakan monitoring dan evaluasi. Azwar 1996 menyatakan bahwa apabila pengawasan dilakukan dengan baik maka akan didapatkan : 70 1. Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaianya dan selanjutnya pecapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang direncanakan. 2. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa yang telah ditetapkan dan bahkan mungkin dapat ditekan sehingga efisiensi dapat lebih ditingkatkan. Pengawasan yang baik dapat memacu karyawan berpartisipasi dan birokrasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. JPKM adalah program yang berkelanjutan dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat, sehingga koordinator JPKM tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk memahami tujuan dari program ini. Namun tujuan JPKM ini kurang dapat di komunikasikan oleh koordinator JPKM kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat yang tidak mengikuti JPKM. Inilah salah satu alasan mengapa kepemimpinan atasan tidak begitu berpengaruh terhadap kinerja koordinator JPKM. 5.3.5 Hubungan Imbalan yang Diberikan dengan Kinerja Koordinator JPKM Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,252 0,05 sehngga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syah 2004 bahwa terdapat hubungan antara imbalan kompensasi yang diterima dengan kinerja perawat di ruang inap RS Jiwa Pekanbaru. 71 Imbalan atau kompensasi yang diberikan hendaknya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena imbalan dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja, kepuasan kerja maupun motivasi kerja bila karyawan merasa kompensasi yang diterima tidak memadai Kurnianingsih, 2001. Imbalan yang langsungterikat dengan kinerja juga dapat memotivasi mengakibatkan rusaknya motivasi kerja atau kinerja karyawan apabila system penilaian kinerja tiak adil atau keabsahan cara penilaian kinerja tidak jelas. Meskipun demikian imbalan bukan sesuatu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan etapi kinerja individu dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti motivasi dan harapan akan usaha yang dikerjakan Nofrinaldi,2006.

5.3.6 Kinerja Koordinator JPKM

Dokumen yang terkait

Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Menuju Kepesertaan Semesta (Universal Coverage) Di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah

0 32 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM JAMINAN KESEHATAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Di Desa Tegalsari Kabupaten Ponorogo.

0 6 15

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Di Desa Tegalsari Kabupaten Ponorogo.

0 2 14

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Di Desa Tegalsari Kabupaten Ponorogo.

1 9 8

DAFTAR PUSTAKA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Di Desa Tegalsari Kabupaten Ponorogo.

0 8 4

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( Jpkm) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan.

0 0 9

PERANAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga).

0 0 94

(ABSTRAK) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KOORDINATOR PENGGERAK JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DESA DI KABUPATEN BANJARNEGARA.

0 0 3

TAP.COM - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU ... 9801 22014 1 SM

0 1 13

18376 ID analisis faktor faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan senam hamil di wilaya

0 0 9