34
2.1.7.1.1 Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran pipa yang dapat membahayakan
kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme Mulia, 2005: 59.
2.1.7.1.2 Warna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan Mulia, 2005: 59.
Secara alamiah, warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat di air tawar, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya
orang tidak mau menggunakannya. Warna pun dapat berasal dari buangan industri Soemirat, 2011: 133.
2.1.7.1.3 Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh masyarakat. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air
yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi penguraian oleh mikroorganisme air Mulia, 2005: 59.
2.1.7.1.4 Rasa
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air untuk keperluan minum biasanya tidak memberi rasa tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin
menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam
organik maupun asam anorganik Mulia, 2005: 59.
35
2.1.7.1.5 Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan masih terdapatnya banyak zat padat yang tersuspensi, baik zat organik maupun yang anorganik. Zat organik berasal dari
lapukan batuan, sedangkan zat anorganik berasal dari sisa buangan industri yang dapat menjadi makanan bakteri dan perkembangbiakan bakteri dapat menambah
kekeruhan air Mulia, 2005: 60.
2.1.7.2 Parameter Kimiawi
Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam Standar air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman Mulia, 2005: 61.
Beberapa zat sebagai parameter kimia yang penting berkaitan dengan kesehatan manusia diantaranya adalah air raksa Hg, Arsen As, Barium Ba,
Besi Fe, Flourida F, Kadmium Cd, Kalsium Karbonat CaCO
3
, Klorida Cl, Kromium Valensi 6 Cr, mangan Mn, Nitrat dan nitrit sebagai N, Perak, derajat
keasaman pH, Selenium Se, Zink Zn, Sianida CN, Sulfat SO
4
, Hidrogen Sulfida H
2
S, Tembaga Cu, Timbal Pb, Aldrin dan Dieldrin, Benzena, Chlordane Total isomer, dan Heptaklor Waluyo, 2009: 127.
Kromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi
Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr ini dapat menimbulkan kanker Soemirat, 2011: 136.