Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian dramatisasi, maka dapat diambil simpulan bahwa dramatisasi puisi merupakan kegiatan mengubah puisi
menjadi drama, artinya menjadikan puisi sebagai sumber inspirasi untuk membuat drama. Selain itu, dramatisasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan membaca puisi
yang dikolaborasikan dengan drama saat pembacaan puisi itu dibacakan.
2.2.4 Puisi Berbagai Angkatan
Dalam kesusasteraan Indonesia, dikenal adanya pembabagan waktu atau periodisasi sastra. Periodisasi sastra memang tidak bermakna bagi sastrawan namun
penting bagi kalangan kritikus maupun kalangan akademisi. Oleh karena itu berbagai macam periodisasi sastra telah dibuat.
Periodisasi sastra yang paling dikenal adalah periodisasi sastra yang dibuat oleh H.B. Jassin. Periodisasi sastra itu dibagi menjadi dua babagan besar, yaitu: 1
Kesusasteraan Melayu Lama, 2 Kesusasteraan Indonesia Modern. Kesusasteraan Indonesia modern dibagi menjadi beberapa angkatan yaitu a Angkatan 20-an, b
Angkatan 33, c Angkatan 45, dan d Angkatan 66. Tidak jauh berbeda dengan H.B. Jassin, Herman J. Waluyo 2003:v-vi.
mengelompokkan puisi menjadi 1 Puisi Lama, 2 Puisi Angkatan Pujangga Baru, 3 Puisi Angkatan 45, dan 4 Puisi-puisi setelah angkatan 45. Lebih lanjut, puisi- puisi
setelah angkatan 45, dibagi menjadi beberapa periode, yaitu puisi-puisi periode a tahun 1950-an, b 1960-1980, dan c 1980-2000.
Puisi-puisi untuk pembelajaran membacakan puisi itu, yaitu: 1 Puisi lama, 2 Puisi Angkatan Pujangga Baru, 3 Puisi Angkatan 45, dan 4 Puisi-puisi setelah
Angkatan 45 yang meliputi periode a tahun 1950-an, b 1960- 1980. Puisi periode tahun 1950-an, diwarnai penyair Rendra, Ramadhan K.H., Ajib
Rosidi, Subagio Sastrowardoyo, Toeti Heraty, Wing Kirjo, Toto Sudarto Bachtiar, Rachmat Djoko Pradopo, dan Soeparwoto Wiraatmadja. Puisi periode tahun 1960-
1980, ditandai dengan tulisan-tulisan karya Gunawan Muhamad, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, Hartoyo Andangjaya, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi
W.M. Yudistira Adinugraha Massardi, Apip Mustofa, Piek Ardiyanto Supriyadi, Linus Suryadi Ag, dan D. Zawawi Imron.
Puisi periode 1980-2000 banyak diisi oleh puisi-puisi karya Hamid Jabar, Emha Ainun Nadjib, Agnes Sri Hartini, Arswendo, Ahmadun Y. Herfanda, F.
Rahardi, Rita Oetoro, Dorothea Rosa Herliany, Abdul Hadi Muhammad, Gemi Mohawk, dan Eka Budianta.
2.2.5 Membaca Puisi dan Membacakan Puisi