6
organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Dari beberapa penelitian diatas terjadi perbedaan hasil penelitian sehingga penulis tertarik meneliti kembali
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan Studi pada Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit di Sumatera Utara”. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara simultan dan parsial pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen
dan Budaya Organisasi terhadap kinerja perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi penulis
7
Sebagai tambahan pengetahuan dan dapat mengetahui serta mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan Sistem Pengendalian manajemen
dan Budaya Organisasi dalam hubungannya dengan Kinerja Perusahaan secara parsial maupun simultan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan masukan dalam penerapan sistem
pengendalian manajemen dan budaya organisasi dalam perusahaan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja Perusahaan
Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misinya. Dengan kata lain, kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode
tertentu. Menurut Mulyadi 2001:337 “Kinerja adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.” Kinerja perusahaan adalah fungsi hasil-hasil pekerjaankegiatan yang
ada dalam perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu
Pabundu Tika, 2006:122. Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai perusahaan maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan
merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
9
mengalokasikan sumber dayanya dan menjelaskan operasionalnya. Pengukuran kinerja sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang baik perlu dilakukan usaha-usaha yang positif untuk
mencapainya. Apabila suatu perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya dengan baik, maka akan memperoleh kinerja perusahaan yang baik.
Pada umumnya kinerja perusahaan diukur melalui ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Menurut Jumingan 2006:239, kinerja
keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada satu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Kinerja keuangan dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka
dalam satuan nilai uang. Sedangkan kinerja non keuangan dinilai tidak berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang.
Menurut Moorman dan Rust 1999, kinerja perusahaan dapat diukur dari efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan cost, penjualan
sales, laba profit, pangsa pasar market share, kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru.
Dalam hal ini, efisiensi biaya yang dimaksud adalah dengan meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Pada penjualan sales kinerja penjualan
dievaluasi dengan mengukur pencapaian kuota setiap produk. Sedangkan laba profit dimana kebutuhan untuk memperoleh sumber daya biasanya dari
10
pendapatan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa pada tingkat yang lebih besar daripada menggunakan sumber daya tersebut. Dan
pertumbuhan pangsa pasar market share yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan.
Indikator kinerja perusahaan berikutnya adalah kepuasan pelanggan yaitu tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang ditawarkan oleh
perusahaan. Selanjutnya loyalitas pelanggan yaitu pelanggan yang akan mengulang kembali pembelian atau dapat dikatakan sebagai pelanggan setia
sementara beberapa pelanggan lain hanya membeli dalam jumlah besar atau hanya pada promosi. Pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru
merupakan kemampuan perusahaan untuk cepat dalam mengembangkan produk baru yang memberikan keuntungan bagiperusahaan dan kreativitas
serta inovasi perusahaan dalam membuat produk yang akan menciptakan keuntungan berkelanjutan bagi perusahaan.
2.1.2 Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen adalah alat bagi para manajer, yang menggunakannya dalam interaksi diantara mereka dengan bawahan.
Pengendalian ini bertujuan mendorong, membantu dan memotivasi manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi organisasi dan untuk mematuhi
kebijakan organisasi dalam pelaksanaan tersebut. Peran manajemen dalam pengendalian dinamakan pengendalian manajemen dan sistem yang
digunakan untuk melakukan hal ini seperti menganalisis informasi,
11
mengevaluasinya dan memanfaatkannya bersama saran-sarana lain untuk mengendalikan kegiatan dinamakan sistem pengendalian manajemen.
Menurut Supriyono 2000:27 sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota
organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dimana sistem
pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Mulyadi dan Setiawan 2001:3 mendefinisikan sistem pengendalian manajemen sebagai
suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut. Jadi, sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien melalui para manajernya. Dua unsur yang penting
dalam sistem pengendalian manajemen adalah struktur dan proses sitem pengendalian manajemen.
Struktur merupakan hubungan antara komponen yang dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang mengalir diantara unit-unit
tersebut. Komponen-komponen ini saling berkaitan dengan lainnya yang secara bersama-sama membentuk sistem. Setiap komponen dalam struktur
memiliki fungsi tertentu untuk mencapai tujuan sistem. Struktur pengendalian manajemen dalam suatu organisasi didasarkan pada tanggung jawab atas
12
jabatannya disebut dengan responsibility centers pusat-pusat pertanggungjawaban Mulyadi, 2001:3.
Pusat-pusat pertanggungjawaban merupakan bagian-bagian dalam suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab
atas aktivitas dalam bagian tersebut. Menurut Supriyono 2000:36 terdapat unsur-unsur yang terbagi dalam kelompok struktur yaitu: struktur organisasi,
aliran informasi dan pendelegasian wewenang. Proses pengendalian manajemen merupakan seperangkat tindakan
yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja sesuai dengan tujuan yang melibatkan interaksi dalam sebuah organisasi. Proses
pengendalian manajemen yang diukur Anthony dan Govindarajan, 2005:19 meliputi penyusunan program pemograman, penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan pengukuran dan pelaporan dan analisis. Penyusunan program pemograman adalah proses pembuatan
keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk
setiap program tersebut Supriyono 2001:2. Dengan demikian pemograman yang tepat akan berdampak pada pengelolaan sumber daya perusahaan secara
efektif dan efisien. Tahap kedua dalam proses pengendalian manajemen yaitu penyusunan
anggaran. Menurut Supriyono 2001:82 anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya
13
dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber- sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program.
Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggran serta
mengadakan negosiasi dengan manajer diatasnya yang memberikan peran kepadanya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan merupakan
kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut..
Setelah penyusunan program dan anggaran, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan dan pengukuran.Pelaksanaan merupakan implementasi
antara rencana dalam bentuk kegiatan maupun biaya. Bila manajemen menginginkan ada kesesuaian antara rencana dengan realisasi, salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah konsistensi pelaksanaan dengan rencana baik program maupun penganggaran. Artinya kedua hal tersebut dapat
dipedomani dalam melaksanakan kegiatan, bila tidak maka akan terjadi penyimpangan.
Sementara itu pengukuran berhubungan dengan penilaian dan pengendalian kegiatan berdasarkan program dan anggaran yang ditetapkan.
Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya
14
dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi
internal maupun eksternal. Tahap akhir dalam proses pengendalian manajemen adalah pelaporan
dan analisis. Dalam tahap ini data akuntansi disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laaporan kinerja pusat pertanggungjawaban digunakan sebagai
dasar untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa analisis terhadap penyimpangan dari pelaksanaan anggaran. Atas dasar hasil analisis, manajer
pusat pertanggungjawaban dapat segera merumuskan tindakan perbaikan. Menurut Mulyadi 2001:6 struktur dan proses merupakan dua hal
yang membangun sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen menyediakan struktur yang memungkinkan proses perencanaan
dan implementasi rencana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai sistem, struktur dan proses sistem pengendalian manajemen keduanya saling
berinteraksi, dimana ketercapaian tujuan organisasi dapat tercapai. Salah satu tujuan organisasi yaitui peningkatan kinerja.
2.1.3 Budaya Organisasi
Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Pada tingkat organisasional,
budaya merupakan seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai- nilai dan persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam suatu
organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok
15
yang bersangkutan Indriantoro, 2000. Silk 1995 mendefinisikan budaya sebagai cara bagaimana kita akan melakukan sesuatu pada saat ini, yang
penekanannya menjelaskan tentang sikap yang terwujud melalui sebuah sikap yang teladan dari atas, seperti dari pemimpin organisasi yang direfleksikan ke
dalam peraturan atau prosedur di dalam suatu organisasi. Budaya menuntun orang untuk mengetahui tindakan yang benar dan salah, mengganggu atau
tidak, menyenangkan orang atau tidak ketika melakukan segala sesuatu saat ini.
Budaya organisasi merupakan salah satu sistem pengendalian informal dalam perusahaan. Sistem pengendalian informal tercermin dalam kebijakan-
kebijakan tidak tertulis seperti budaya organisasi. Budaya ini mencakup proses-proses yang tidak dapat diucapkan untuk memotivasi para manajer
guna mengambil tindakan-tindakan yang dikehendaki, dan mencegah serta memperbaiki karyawan dan unit-unit organisasi dari tindakan-tindakan yang
tidak layak. Budaya organisasi dapat dikatakan sebagai sebuah perekat sosial yang mengikat para anggota suatu organisasi melalui nilai-nilai yang
dijunjung tinggi bersama. Dikatakan sebagai perekat sosial, karena setiap orang memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda, maka diperlukan
adanya perekat sosial untuk mengatasi perbedaan tersebut. Menurut Pabundu 2006:4, budaya organisasi merupakan seperangkat
asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah adaptasi
16
eksternal dan masalah internal. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi jika para anggota organisasi memiliki kesamaan pengertian dengan menganut nilai
dan keyakinan yang sama. Nilai atau keyakinan yang dianut bersama tersebut juga dapat menciptakan kondisi dimana anggota organisasi tersebut merasa
berbeda dengan organisasi lain. Hal ini didukung oleh pendapat Robbins dalam Jaghargh, 2012:31 yang menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain.
Tujuan memahami budaya organisasi adalah agar para manajer, praktisi bisnis atau siapapun yang terlibat di dalam organisasi bisa mengatur,
merencanakan, mengendalikan dan jika perlu merubah budaya tersebut dengan harapan organisasi dapat mencapai tujuan lebih baik. Kartono 1994,
menyatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada kelompok- kelompok kerja di perusahaan dapat berasal dari berbagai macam sumber
seperti dari stratifikasi kelas sosial buruh atau pegawai, sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan yang diciptakan oleh pemilik
perusahaan dan para direktur atau manajer yang melatarbelakangi kelompok kecil informal seperti buruh.
Menurut Robbins Robbins dalam Jaghargh, 2012:31, budaya organisasi didasarkan pada karakteristik berikut ini :
17
1 Inovasi dan pengambilan resiko
Sejauh mana karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam pekerjaan.
2 Arah
Sejauh mana organisasi dengan jelas menciptakan sasaran dan harapan mengenai prestasi.
3 Integritas
Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
4 Dukungan dari manajemen
Tingkat sejauh mana para pimpinan member komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
5 Kontrol
Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.
6 Identitas
Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya.
7 Sistem Imbalan
Tingkat sejauh mana alokasi imbalan, seperti kenaikan gaji promosi didasarkan atas kriteria prestasi karyawan.
18
8 Toleransi terhadap konflik
Tingkat sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
9 Pola-pola komunikasi
Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
2.1.4 Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan hubungan dari kajian empiris antar variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian tersebut dijadikan pedoman untuk melihat hubungan variabel dalam penelitian ini.
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan kinerja perusahaan, antara lain.
19
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Variabel Hasil
1 Christiani dan
Hatane 2014 Independen :
Management Control System
Intervening : Employee
Motivation Dependen:
Firm Performance 1. Management control system
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. Management control system berpengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi karyawan. 3. Motivasi karyawan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
4. Hubungan langsung antara management control system
terhadap kinerja perusahaan lebih tinggi dibandingkan hubungan
tidak langsungnya melalui motivasi karyawan.
2 Djakatara
2013 Independen :
Sistem Pengendalian
Manajemen Dependen:
Kinerja Perusahaan Sistem Pengendalian Manajemen
berpengaruh positif dan sigifikan terhadap kinerja perusahaan PT.PLN
Persero Cabang Gorontalo.
3 Porporato
2006
Independen :
Management Control System
Dependen: Firm Performance
Joint Venture Sistem Pengendalian Manajemen
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Joint Venture.
20
4 Nugrahani
2013 Independen :
Sistem Pengendalian
Manajemen Dependen:
Kinerja Perusahaan 1. Sistem pengendalian manajemen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. Pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. 3. Sistem pengendalian manajemen
dan pengendalian internal secara simultan terdapat pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
5 Durendez dan
Garcia 2008
Independen :
Innovative Culture dan Management
Control System Dependen:
Firm Performance 1. Budaya organisasi yang inovatif
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2. Sistem pengendalian manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
6 Maiga 2004
Independen :
Management Control System
Dependen: Manufacture
Performance
Sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan yang signifikan
dengan conformance quality dan tingkat yang lebih tinggi conformance
quality ditemukan terkait dengan kepuasan pelanggan. Juga,
conformance quality memediasi hubungan antara sistem pengendalian
manajemen dan kepuasan pelanggan.
21
7 Ahnisa 2012
Independen :
Sistem Pengendalian
Manajemen Dependen:
Kinerja Perusahaan
1. Perusahaan yang menerapkan sistem pengendalian manajemen
lebih berhasil daripada mereka yang tidak memiliki sistem pengendalian.
2. Dalam situasi ketidakpastian lingkungan, perusahaan yang
menerapkan kontrol interaktif lebih berhasil daripada mereka yang
menerapkan kontrol diagnostic. 3. Modernisasi sistem pengendalian
akan memberikan kinerja yang lebih tinggi daripada perusahaan yang
masih menggunakan sistem pengendalian tradisional.
8 Papat et al
2012 Independen :
Keranka Levers of Control LOC dan
Organizational Learning
Dependen:
Kinerja
Perusahaan
1. Belief system berpengaruh positif terhadap organizational learning
2. Boundary system berhubungan positif dengan organizational
learning. 3. Diagnostic control system
berpengaruh positif terhadap organizational learning.
4. Interactive control system berpengaruh positif terhadap
organizational learning. 5. Organizational learning berpegaruh
positif terhadap organizational performance.
9 Shahzad et al
2012 Independen :
Organizational Culture
Dependen: Organizational
Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang
berdampak pada kinerja perusahaan.
22
Performance
10 Soedjono 2005
Independen :
Budaya Organisasi Dependen:
Kinerja Organisasi dan Kepuasan
Karyawan 1. Budaya organisasi berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kinerja organisasi.
2. Kinerja organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja karyawan. 3. Budaya organisasi berengaruh
signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja karyawan.
4. Budaya organisasi melalui kinerja organisasi, tidak berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan.
11 Rose et al 2008
Independen :
Organizational Culture
Dependen: Firm Performance
Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa perusahaan multinasional
Amerika dan Malaysia memiliki hubungan yang signifikan antara
semua empat dimensi budaya dan kinerja organisasi.
12 Rizki dan Pratiwi 2007
Independen :
Komitmen Organisasi, Budaya
Organisasi, Kepuasan Kerja
Dependen: Kinerja Organisasi
Budaya organisasi sebagai nilai yang diyakini oleh anggota organisasi harus
dibangun disesuaikan dengan strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan,
karena budaya organisasi yang baik dapat dijadikansebagai keunggulan
23
kompetitif bagi perusahaan yang akan lebih sulit ditiru oleh pesaing
dibandingkan dengan keunggulan kompetitif yang sifatnya fisik.
2.2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka berikut ini dapat dikemukakan suatu
kerangka konseptual. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi .Sedangkan variabel dependennya
adalah Kinerja Perusahaan. Kerangka yang dimaksud dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sistem Pengendalian Manajemen X
1
Budaya Organisasi X
2
Kinerja Perusahaan Y
24
Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi serta visinya Zhang dan McCullough, 2001. Pengukuran kinerja adalah penilaian kinerja baik pengukuran kinerja finansial
maupun non finansial yang merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh manajemen suatu organisasi untuk menjamin sumber daya yang diperoleh digunakan secara efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan
organisasi Tatikonda dan Tatikonda, 1998. Sistem pengendalian manajemen adalah suatu mekanisme baik formal
maupun informal yang didesain untuk menciptakan kondisi yang mampu meningkatkan peluang pencapaian harapan output yang diinginkan dengan
memfokuskan pada tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan perilaku yang diinginkan. Pada penelitian Porporato 2006, menunjukkan bahwa sistem
pengendalian manajemen dapat menurunkan ketidakpastian dan berkontribusi pada pengambilan keputusan dimana kemudian akan meningkatkan kinerja.
Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organsiasi sebagai suatu persepsi umum yang dimiliki oleh seluruh anggota
organisasi, sehingga setiap pegawai yang menjadi anggota organisasi akan mempunyai nilai, keyakinan dan perilaku sesuai dengan organisasi. Pegawai atau
karyawan merupakan penggerak operasi organisasi, jika kinerja pegawai baik, maka kinerja organisasi juga akan meningkat.
25
Robbins dalam Jaghargh, 2012:30 mengungkapkan bahwa budaya organisasi yang kuat diperlukan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja
karyawan yang pada akhirnya akan berpengaruh pula pada kinerja organisasi secara keseluruhan.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjono 2005 menunjukkan
bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap kinerja organisasi. Dan penelitian yang dilakukan Shahzad 2012 juga menunjukkan bahwa budaya
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang berdampak pada kinerja perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan 2008:114, pengendalian formal dalam suatu perusahaan terdiri dari sistem pengendalian manajemen dan aturan-aturan.
Sedangkan salah satu pengendalian informal perusahaan adalah budaya organisasi. Keselarasan pengendalian formal dengan pengendalian informal dapat mempermudah
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Bila sistem pengendalian manajemen dan budaya organisasi berjalan dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan secara bersama-sama.
2.3 Hipotesis