Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya tidak terlepas dari upaya perbaikan kinerja pelayanan publik.
Masyarakat akan selalu mengharapkan penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dan berkeadilan serta produk dan jasa lainnya yang berkualitas. Hanya saja
dalam prakteknya, harapan ini selalu tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, baik di pusat maupun didaerah. Hingga kini, masih banyak ditemukan kejadian-kejadian
pelayanan publik yang jauh dari harapan masyarakat. Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah melalui instansi terkait harus ditetapkan melalui Standar
Pelayanan Minimal SPM. SPM ini akan menjadi tolak ukur dan indikator dalam menentukan keberhasilan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah dan
menetukan dimensi kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat. Menurut Lupiyoadi 2001:158, terdapat lima faktor utama yang harus
diperhatikan dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan atau masyarakat, yaitu:
a. Kualitas Produk
Pelanggan atau masyarakat akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen
rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam
hal ini, kualitas produk yang baik memberikan nilai tambah di benak konsumen.
b. Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan terutama dibidang jasa, pelanggan atau masyarakat akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau
yang sesuai dengan yang diharapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama.
c. Emosional
Pelanggan atau masyarakat akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan
produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena
kualitas dari produk, tetapi nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
d. Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
pelanggannya.
e. Biaya
Pelanggan atau masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlua membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
Banyak program Pemerintah Daerah Bandar Lampung yang berkenaan dengan pelayanan publik, salah satunya yaitu telah terealisasikannya parkir elektronik e-
parking yang beroperasi di kawasan Pasar Tengah Bandar Lampung. Peraturan yang mengatur mengenai kebijakan e-parking yaitu Perda No. 5 tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Umum. Dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Sedangkan jasa umum adalah jasa yang disediakan atau yang diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Program e-parking merupakan salah satu contoh pelayanan publik di Bandar Lampung yang diharapkan dapat menarik Pendapatan Asli Daerah PAD secara
maksimal. Program ini dilaksanakan bertujuan untuk meminimalisasi kebocoran PAD yang dilakukan oleh para oknum. Sebenarnya apabila tidak terjadi
kebocoran PAD, Kota Bandar Lampung bisa mendapatkan keuntungan yang cukup dari sektor perparkiran sumber: http:www.radarlampung.co.idread
bandarlampung46416-e-parking-minim-sosialisasi diakses tanggal 9 September
2012. Sebelum diterapkan e-parking, retribusi parkir di kawasan Pasar Tengah dilakukan secara manual. Penarikan retribusi parkir dilakukan pada saat
memasuki areal parkir, penarikan tersebut dilakukan oleh pihak pemerintah daerah, dengan hanya menggunakan tiket biasa. Setelah memarkirkan kendaraan
maka akan diminta kembali retribusi parkir oleh juru parkir. Keadaan seperti ini yang dapat dengan mudah melakukan tindak KKN atau korupsi karena bisa
dimanipulasikan, sedangkan dengan menggunakan e-parking maka semua kendaraan yang masuk akan terdata dengan menggunakan komputer.
Tarif e-parking di Pasar Tengah untuk kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp.1.500 untuk satu jam pertama, lalu setiap jam berikutnya dikenakan biaya
tambahan sebesar Rp.1.000, sedangkan untuk kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp.2.500 untuk satu jam pertama, lalu setiap jam berikutnya dikenakan
biaya tambahan sebesar Rp.1.500. Tarif tersebut menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat, ada yang setuju karena lebih aman dan sudah tersistem, dan ada
yang keberatan karena cukup mahal apabila parkir berjam-jam sumber: http:www.radarlampung.co.idreadbandarlampung46327-dishub-kaji-eparking-
khusus-pedagang diakses pada tanggal 9 September 2012.
Selain untuk meningkatkan PAD, e-parking juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Masyarakat akan merasa aman apabila meninggalkan
kendaraannya karena sudah tersistem dengan baik. Menurut Ibrahim dalam Hardiyansyah 2011:40 kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut.
Pelayanan dikatakan berkualitas atau memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Apabila masyarakat tidak puas
terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak berkualitas atau tidak efisien. Karena itu, kualitas pelayanan
sangat penting dan selalu fokus kepada kepuasan pelanggan. Kepuasan pelangan menurut Fitzsimmons and Fitzsimmons dalam Hardiyansyah 2011:36 adalah
“custumer satisfaction is custumers perception that a supplier as met or exceeded their expectation
.” Dari definisi tersebut dapat ditelaah bahwa kepuasan pelanggan dalam hal ini adalah persepsi masyarakat akan kenyataan dari realitas
yang ada yang dibandingkan dengan harapan-harapan yang ada. Atau adanya perbedaan antara harapan konsumen terhadap suatu pelayanan yang diberikan
oleh penyedia layanan.
Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan dalam Hardiyansyah 2011:42-43, dinyatakan
bahwa hakekat pelayanan umum adalah:
1. Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah di bidang pelayanan umum; 2.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdaya guna dan
berhasil guna; 3.
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
luas.
Oleh karena itu dalam pelayanan publik harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas
dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak; 2.
Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar
berdasarkan ketentuan perundang-undanganan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas;
3. Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar
dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tjiptono dalam Hardiyansyah 2011:43, berpendapat bahwa: “terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan berbagai manfaat,
diantaranya hubungan antara pelanggan dam pemberi layanan menjadi harmonis, sehingga memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas
pelanggan, membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut word of mouth yang menguntungkan bagi pemberi layanan, reputasi yang semakin
baik di mata pelanggan, serta laba PAD yang diperoleh akan semakin meningkat
”. Berdasarkan beberapa penjabaran di atas, e-parking masih terdapat kendala pada
pelayanannya. Sejumlah warga mengeluhkan masih terdapat juru parkir yang melakukan penarikan parkir ilegal. Meskipun pengendara telah mengantongi tiket
parkir dari petugas boks e-parking, juru parkir tetap menagih pungutan parkir. Ungkap seorang warga pengguna e-parking,
“kalau kita tidak kasih, petugas parkir
itu marah-
marah, malah
ngajak berantem.”
sumber: http:lampost.coberitab.lampung-retribusi-parkir-ditarik-dua-kali diakses pada
29 November 2012. Adanya praktik retribusi ganda menuai keluhan warga Bandar Lampung,
meskipun Pemerintah Kota telah menyerahkan pengelolaan parkir kepada PT Mitra Bina Persada MBP. Salah satu pengunjung Pasar Tengah, Ulfa Kurnia
mengaku keberatan ditarik retribusi parkir dua kali. “Kenapa di pintu masuk bayar
Rp1.000, kemudian pas parkir di depan toko-toko yang ada di kawasan tersebut diminta bayar parkir lagi Rp1.000,” ungkapnya kemarin. Dari pantauan Radar
Lampung di kedua kawasan tersebut memang penarikan retribusi parkir secara ganda. Ketika masuk kawasan, pihak MBP memberikan karcis dengan cap
perusahaan tersebut. Namun saat parkir di depan toko yang berada di dalam kawasan Jalan Batu Sangkar maupun Pasar Tengah, Radar Lampung kembali
diminta biaya parkir Rp1.000. sumber : http:www.radarlampung.co.idread bandarlampung58635-tertibkan-retribusi-ganda diakses pada 9 Agustus 2013.
Data di atas menyiratkan bagaimana ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung maupun PT
MBP yang saling menyalahkan atas terjadinya praktik retribusi ganda dan hanya menghimbau masyarakat untuk menolak jika diminta biaya tambahan parkir oleh
para oknum. Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah
kualitas pelayanan e-parking berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepuasan masyarakat.