Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Pada saat pembelajaran, masing- masing kelas memperoleh media yang sama. Materi pembelajaran kedua kelas tentang perubahan lingkungan, yang meliputi penyebab perubahan lingkungan fisik berupa hujan, angin, cahaya matahari dan gelombang air laut, pengaruhnya serta cara mencegahnya. Pengontrolan variabel berfungsi untuk meminimalisasi variabel pengganggu yang mungkin masuk selama perlakuan sehingga perbedaan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan pada siswa kelas IV SDN 1 Krasak dan SDN 3 Krasak diakibatkan dari perlakuan yaitu model pembelajaran Learning Cycle 5E bukan dikarenakan variabel pengganggu yang lain.

4.2.1.2 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Rata-rata hasil posttest kelas eksperimen sebesar 76.175, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66.97143. Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Hasil posttest menunjukkan bahwa data skor hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians homogen. Dilanjutkan dengan pengujian hipotesis akhir dengan menggunakan uji-t untuk menjawab hipotesis. Harga t-hitung 2.776889 yang lebih besar dibandingkan harga t-tabel 1.671 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan diterima. Keefektifan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat terjadi karena beberapa faktor utama, antara lain pemberian apersepsi yang sesuai dengan siswa pada tahap engagement oleh guru, ketertarikan dan minat siswa dalam melakukan kegiatan percobaan pada tahap exploration, serta penjelasan hasil percobaan menggunakan kalimat sendiri disertai diskusi kelas pada tahap explanation. Pada tahap engagement, guru mempunyai peran sangat penting untuk membantu siswa mengkonstruksi pikirannya terhadap materi yang diajarkan dan menghubungkannya dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Piaget yang menyatakan bahwa siswa kelas IV SD usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret, karakter anak pada tahap ini sudah mulai belajar tentang realitas konkrit sehingga mulai berinteraksi dengan lingkungan Asrori, 2009:49- 54. Model pembelajaran Learning Cycle 5E menghadirkan situasi dan permasalahan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari siswa ke dalam pembelajaran, sehingga dapat membantu siswa membuat kesimpulan dan menyelesaian masalah berdasarkan situasi yang dihadirkan. Tahap exploration dilakukan siswa secara berkelompok, siswa mempelajari materi dengan melaksanakan semua kegiatan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKK. Sebagian besar kegiatan dalam pembelajaran Learning Cycle 5E dilaksanakan oleh siswa, sehingga siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk membuat pengalamannya sendiri. Akibatnya, kemampuan kognitif siswa terhadap hal yang telah dipelajari lebih baik daripada siswa yang cenderung mendengarkan dan mencontoh hal-hal yang dilakukan gurunya. Melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E, guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan langsung siswa dengan membangun pengetahuan sedikit demi sedikit mencerminkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi dkk dalam Baharuddin dan Esa, 2015: 165, bahwa dalam proses belajar di kelas, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Pada tahap explanation, siswa berlatih menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Guru bertugas mengkonfirmasi jawaban siswa dan membenarkan jika jawaban siswa salah, guru juga mengarahkan kegiatan diskusi kelas jika terdapat kelompok lain yang ingin menyanggah atau menambahkan jawaban. Kegiatan diskusi kelas tersebut dapat mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif sesuai dengan persyaratan utama keefektifan pengajaran Trianto, 2010: 20. Keefektifan model pembelajaran Learning Cycle 5E juga didukung dengan skor n-gain. Kelas eksperimen mendapatkan skor n-gain sebesar 0.30942 berada pada kategori sedang, sedangkan kelas kontrol mendapatkan skor n-gain sebesar 0.050197 pada kategori rendah. Selain didukung dengan skor n-gain, keefektifan model pembelajaran Learning Cycle 5E juga didukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Ratna Dewi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar Learning Cycle 5E terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 26 Pemecutan Denpasar Barat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah hasil tes dianalisis dengan menggunakan teknik statistic uji-t didapatkan t-hitung sebesar 4.648 lebih besar dibandingkan t-tabel sebesar 2.000, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti rata-rata hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model siklus belajar learning cycle 5E lebih besar dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Penelitian lain yang mendukung dari Sibel Acisli 2011 dengan judul “Effect of the 5E Learning Model on Students’ academic achievements in movement and force issues ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil posttest kelas eksperimen yaitu 11.13 lebih besar dibandingkan kelas kontrol yaitu 9.70, siswa pada kelas eksperimen lebih berhasil pada pencapaian kemampuan pemahaman dibandingkan siswa pada kelas kontrol. Setelah dilakukan uji-t didapatkan t-hitung sebesar 5.06 lebih besar dibandingkan t-tabel, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan Learning Cycle 5E dibandingkan model tradisional. Selama penelitian, diadakan pula observasi terhadap aktivitas guru pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. observasi ini dilakukan dengan berpedoman pada lembar pengamatan yang telah disesuaikan dengan sintak pembelajaran. Persentase keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E menunjukkan kriteria baik, ini artinya selama penelitian guru telah berusaha sebaik-baiknya untuk melaksanakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. hasil observasi aktivitas guru ditunjukkan pada lampiran 4.1. Berdasarkan uraian tersebut, penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E efektif terhadap hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian