53
Januari 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan metode
cooperative script. Jadi untuk mengungkapkan adanya peningkatan pemahaman siswa ini peneliti menggunakan empat jenis
instrument. Keempat jenis instrumen tersebut adalah 1 lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran MB3 dengan menggunakan metode
cooperative script; 2 lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran MB3 dengan menggunakan
metode cooperative script; 3 catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat
kejadian dan peristiwa selama proses belajar mengajar di dalam kelas; dan 4 tes pilihan ganda yang berjumlah 25
point dan tes essay yang berjumlah 5 point yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi.
1. Kondisi Awal Sebelum Tindakan Pra Siklus
Kegiatan awal sebelum dilakukannya tindakan pra siklus ini yaitu, melalui pengamatan observasi langsung pada proses pembelajaran mata pelajaran Memilih
Bahan Baku Busana MB3 khususnya materi mengidentifikasi konstruksi kain. Selain itu, melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Memilih Bahan Baku Busana
MB3 terkait proses pembelajaran yang berlangsung selama ini dan juga kompetensi siswa terhadap materi konstruksi kain. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran Memilih Bahan Baku Busana MB3 untuk menerapkan metode cooperative
script guna meningkatkan pemahaman siswa. Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi
pra siklus pada siswa kelas X Busana Butik di SMK Muhammadiyah Imogiri. Hasil observasi pra siklus yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan pra siklus, peneliti menemukan informasi terkait pelaksanaan pembelajaran konstruksi busana yang
54
berlangsung pada tanggal 7 Januari 2014. Informasi yang diperoleh peneliti saat melakukan observasi pra siklus yaitu guru cenderung menggunakan metode
ceramah selama proses pembelajaran konstruksi kain. Siswa yang berjumlah 13 anak ini tidak ada yang mempunyai buku pegangan ataupun
handout. Siswa hanya mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Sebagian besar siswa hanya mendengarkan
saja tanpa berinisiatif untuk mencatat. Jadi, peranan guru disini adalah satu-satunya sumber ilmu. Hal ini menjadikan siswa cenderung pasif karena penyampaian
informasi berasal dari satu arah dan terpusat pada guru saja. Proses tersebut menyebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan
wawancara dengan guru, hasil nilai ulangan siswa adalah hanya satu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hal tersebut berarti hampir seluruh
siswa belum memahami materi yang diberikan oelh guru. Pemahaman adalah salah satu tipe hasil belajar kognitif. Siswa dikatakan
memahami materi
apabila siswa
dapat menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
Ketuntasan pada pembelajaran ini adalah jika siswa dapat memahami konstruksi kain pada mata pelajaran Memilih Bahan Baku Busana.
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dalam mata pelajaran Memilih Bahan Baku Busana MB3 dapat dilihat pada Tabel 19. Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75
artinya belum tuntas, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 75 itu berarti telah mencapai KKM atau dinyatakan tuntas.
Tabel 19. Klasisfikasi Nilai Siswa Berdasarkan KKM Nilai
Kategori
≥75 Tuntas
≤75 Belum Tuntas
Sumber : Pedoman KKM SMK Muhammadiyah Imogiri tahun 2012
55
Pemahaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketuntasan hasil belajar kognitif dalam pembelajaran memilih bahan baku busana. Siswa yang
memiliki pemahaman yang baik dapat mencapai standar nilai KKM. Sebaliknya siswa yang kurang memiliki pemahaman yang baik tidak dapat mencapai nilai standar KKM.
b. Pencapaian Pemahaman Siswa Sebelum Tindakan Pra Siklus