Pengembangan Model Matematika PENGERINGAN KARAGINAN DENGAN ZEOLITE

50 Mohamad Djaeni, dkk Kadar air karaginan lawan waktu menit 4 8 12 16 30 60 90 120 150 waktu menit B e ra t k a ra g in a n g ra m Suhu 45-55 Suhu 35-45 Suhu 35 Gambar 3.5: Pengaruh suhu terhadap kecepatan pengeringan Tabel 3.4: Pengaruh variasi suhu pada laju alir udara 1 mdetik, tebal karaginan 2 mm Suhu o C Kecepatan pengeringan 1detik Waktu pengeringan jam Efisiensi energi Kadar air Derajat keputihan 35 0.0007 2.5 65 13.0 64.0 40 0.0010 1.5 56 9.0 63.5 50 0.0013 1.25 45 4.0 60.7 60 0.0018 1.00 35 4.0 50.1 Meskipun demikian, energi efisiensi dan mutu produk karaginan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada suhu yang lebih tinggi panas yang diperlukan pada HE02 lebih besar, sementara berat karaginan dalam unit pengering tidak ditambah, sehingga panas yang hilang bersama udara keluar unit pengering DO1 menjadi lebih besar. Selain itu, mutu karaginan juga mengalami penurunan, seperti terlihat pada harga derajat keputihannya lihat Tabel 3.4. Dari sisi kualitas yaitu derajat keputihan, semakin tinggi suhu operasi kualitas karaginan semakin menurun dengan turunnya nilai derajat keputihan. Pada kasus ini, suhu operasi 30-50 o C, masih sesuai untuk proses pengeringan dimana derajat keputihan masih memenuhi karaginan standar industri derajat keputihan 60. Adapun jika suhu dinaikan, maka proses browning sudah mulai terjadi sehingga produk karaginan menjadi agak coklat. Aplikasi Sistem Pengering Adsorpsi Untuk Bahan Pangan dan Aditif 51

b. Pengaruh laju udara

Pada tahap ini, laju alir udara divariasi, dengan mengatur bukaan valve pada aliran udara masuk kolom zeolite. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3.4, dan Tabel 3.5. Dari grafik terlihat bahwa laju alir udara berpengaruh signifikan terhadap kecepatan proses pengeringan. Semakin besar laju udara, semakin besar pula harga konstanta kecepatan pengeringan 1detik. Meskipun demikian, efisiensi energi mengalami penurunan, karena beban panas pada HE02 bertambah sementara beban air yang harus diuapkan pada D01 tidak ditambah. Energi efisiensi dan mutu produk karaginan tidak berubah secara signifikan, karena kebutuhan energinya juga linier dengan jumlah air yang diuapkan, adapun mutu karaginan sangat dipengaruhi oleh suhu operasi. Kadar air karaginan lawan waktu menit 2 4 6 8 10 12 14 16 20 40 60 80 100 120 140 waktu menit B e r a t k a r a g in a n g r a m Laju alir,0.5 mdetik Laju alir, 1 mdetik laju alir, 1.5 mdetik Gambar 3.6: Pengaruh laju alir udara terhadap kecepatan pengeringan Tabel 3.5: Pengaruh variasi laju alir udara pada suhu 40 o C, tebal karaginan 2 mm Laju udara mdetik Kecepatan pengeringan 1detik Waktu pengeringan jam Efisiensi energi Kadar air Derajat keputihan 0.5 0.0008 1.75 62 11.0 62.0 1.0 0.0010 1.50 56 9.0 63.5 1.5 0.0012 1.25 32 9.0 64.5 2.0 0.0013 1.25 28 9.0 65.0 52 Mohamad Djaeni, dkk Dari sisi kualitas yaitu derajat keputihan, semakin cepat laju alir maka kualitas karagina juga semakin bagus dengan semakin tingginya derajat keputihan. Hal ini disebabkan, dengan cepatnya proses pengeringan maka kontak bahan dengan media pengering yang bersuhu medium semakin pendek, sehingga proses terjadinya browning juga makin kecil. Meski demikian, pada tahap ini secara keseluruhan produk masih memenuhi kualitas standar.

c. Pengaruh ketebalan karaginan

Pada tahap ini, tebal karaginan divariasi dengan cara mengurangi atau menambah volume karaginan basah tiap tray, sehingga untuk luasan yang sama akan didapt tebal yang berbeda. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Tabel 3.6. Dari grafik terlihat bahawa semakin tebal karaginan maka semakin sulit air diuapkan, karena air terjebak dalam karaginan dengan kata lain jumlah air bebas semakin menurun. Disamping itu dengan makin tipisnya permukaan maka udara semakin mudah mendifusi dalam karaginan, sehingga air yang teruapkan akan semakin banyak, dan karaginan menjadi cepat kering. Dengan demikian energi efisiensi meningkat, sedangkan mutu karaginan dapat dipertahankan. Kadar air karaginan lawan waktu menit 4 8 12 16 30 60 90 120 150 waktu menit B e ra t k a ra g in a n g ra m Tebal 1 mm Tebal 2 mm Tebal 3 mm Gambar 3.7: Pengaruh tebal karaginan terhadap kecepatan pengeringan