e. Tingkat Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto 2013: 222 Tingkat Kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu
soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya
menggolongkan soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang, dan sukar.
Menurut Zainal Arifin 2013: 266 Tingkat Kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika
suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang proporsional, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Tingkat Kesukaran
dapat dihitung dengan rumus: TK = B
A
+ B
B
x 100 N
A
+ N
B
Keterangan: TK = indeks Tingkat Kesukaran butir soal tertentu satu butir
B
A
= jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok Atas B
B
= jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok Atas N
A
= jumlah siswa pada kelompok A atasunggul N
B
= jumlah siswa pada kelompok B bawahasor Karno To, 2003: 15
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya, semakin
besar indeks yang diperoleh, semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran
Interpretasi 0 - 15
Sangat sukar, sebaiknya dibuang 16 - 30
Sukar 31 - 70
Sedang 71 - 85
Mudah 86 - 100
Sangat mudah, sebaiknya dibuang Karno To, 2003: 15
f. Efektivitas PengecohDistractor
Efektivitas penggunaan Pengecoh dapat diketahui dengan melihat pola sebaran jawaban soal dari para siswa. Pola sebaran
jawaban diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban atau yang tidak memilih apapun.
Menurut Suharsimi Arikunto 2013: 233 yang dimaksud penyebaran jawaban
soal adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal dalam bentuk pilihan ganda. Dari pola sebaran jawaban
soal dapat diketahui apakah pengecoh dapat berfungsi dengan baik atau tidak.
Menurut Anas Sudijono 2011: 411- 417 pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila sekurang-kurangnya dipilih oleh 5
dari seluruh siswa peserta tes. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah.
Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata.
Efektivitas Pengecoh adalah seberapa baik pilihan jawaban yang salah dapat mengecoh peserta tes yang benar-benar tidak
mengetahui jawaban dari soal tes tersebut. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek,
terlalu menyolok, menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh distractor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh
distractor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang
menguasai bahan. Apabila pengecoh atau distractor telah menjalankan fungsinya dengan baik maka dapat digunakan kembali
pada tes yang akan datang. Indeks Efektivitas PengecohDistractor dihitung dengan rumus:
IPc = nPc x 100 N-nBAlt-1
Keterangan: IPc = indeks pengecohdistractor
nPc = jumlah siswa yang memilih pengecoh N = jumlah seluruh subjek yang ikut tes
nB = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap butir soal
Alt = jumlah alternatif jawaban opsi
1 = bilangan tetap Karno To, 2003: 17
Berikut adalah klasifikasi berdasarkan indeks pengecoh : Tabel 4. Kriteria Kualitas Pengecoh
Indeks Pengecoh Interpretasi
76 - 125 mendekati 100 Sangat baik
51 - 75 atau 126 - 150 Baik
26 - 50 atau 151 - 175 Cukup baik
0 - 25 atau 176 - 200 Buruk
Lebih dari 200 Sangat buruk
Karno To, 2003: 19
g. Program Analisis Butir Soal