1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan 1 latar belakang, 2 rumusan masalah, 3 batasan masalah, 4 tujuan penelitian, 5 manfaat penelitian, 6 spesifikasi
produk yang dikembangkan, serta 7 definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia dan sangat penting untuk dilakukan oleh masyarakat untuk mengimbangi
kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini. Manusia akan selalu mengalami proses belajar dan tidak akan pernah berhenti belajar karena manusia dalam
hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan pemecahan dan harus menghadapinya. Salah satunya manusia belajar IPA karena IPA dapat
diterapkan dan selalu ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya
Darmojo dalam Samatowa, 2011:4. Alasan perlunya IPA diajarkan di sekolah salah satunya adalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan berpikir kritis dan jika IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hapalan Samatowa, 2011:4. Pemerintah memberlakukan kurikulum baru untuk memajukan pendidikan
di Indonesia yaitu Kurikulum 2013. Menurut Hamalik 2007: 65, kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan sekolah
bagi siswa. Dalam Kurikulum 2013 ini tidak secara khusus mengajarkan siswa belajar IPA, Matematika, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya dengan
terpisah, melainkan siswa belajar semua mata pelajaran dalam satu tema besar. Dalam satu tema besar akan dibagi menjadi beberapa subtema dan di dalam
subtema akan dibagi lagi menjadi beberapa pembelajaran. Peneliti melakukan observasi di kelas IV SD Kanisius Ganjuran Yogyakarta
pada tanggal 14 Oktober 2014, dari hasil observasi tersebut dapat terlihat bahwa SD Kanisius Ganjuran sudah menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran.
Guru memberikan materi pelajaran IPA sudah menggunakan media yang berupa bagian-bagian tumbuhan seperti daun, bunga, akar. Guru membuat pembelajaran
dalam kelompok-kelompok dan dipresentasikan di depan kelas. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah pada
tanggal 20 Oktober 2014 mengenai Kurikulum 2013, beliau mengungkapkan bahwa butuh penyesuaian untuk menerapkan dalam pembelajaran karena guru
menganggap Kurikulum 2013 ini sebagai sesuatu yang baru. Kepala Sekolah juga merasakan bahwa guru-guru mengalami kesulitan mengenai Kurikulum 2013
yaitu ketika melakukan pembelajaran guru masih kurang menguasai pendekatan saintifik, guru juga masih harus mempersiapkan anak-anak yang belum terbiasa
aktif dalam pembelajaran. Beliau juga mengungkapkan bahwa sekolah sangat membutuhkan modul praktikum IPA karena pendekatan saintifik sangat dekat
dengan praktikum, sedangkan buku referensi yang digunakan guru-guru hanya terbatas. Kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa kriteria modul yang baik
adalah modul yang sesuai dengan tema dan keadaan lingkungan yang dapat memfasilitasi siswa, serta tidak membebankan orang tua siswa.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah menerapkan Kurikulum 2013 pada tanggal 15
Oktober 2014. Guru kelas IV mengungkapkan bahwa pendekatan dengan saintifik dalam Kurikulum 2013 sangat bagus karena pendekatan ini memancing anak
untuk kreatif mengeksplorasi apa yang sudah siswa pelajari. Beliau mengalami kesulitan ketika harus mengkondisikan siswa karena siswa sudah terbiasa belajar
dengan mata pelajaran yang dipisah-pisah. Guru melakukan praktikum yang ada di buku siswa saja, oleh karena itu beliau membutuhkan modul praktikum IPA.
Modul praktikum IPA tersebut dapat membantu serta mempermudah guru melakukan praktikum. Menurut guru, kriteria modul praktikum IPA yang baik dan
menarik untuk siswa adalah dengan memberikan materi yang jelas dan mudah dipahami serta diberi gambar pada setiap langkah kerja
Peneliti juga melakukan wawancara pada hari Jumat dan Selasa, tanggal 17 dan 21 Oktober 2014 di SD Kanisius Ganjuran dengan beberapa siswa terlihat
bahwa siswa belum begitu paham pada materi yang diajarkan oleh guru karena keterbatasan sumber belajar. Sumber-sumber yang digunakan guru hanyalah buku
siswa, LKS dan buku sains yang dipunyai oleh guru mereka. Siswa-siswa juga menyebutkan bahwa mereka membutuhkan modul praktikum IPA untuk
membantu mereka memahami materi yang masih sulit untuk mereka pahami. Salah satu siswa mengatakan bahwa materi IPA yang belum begitu ia kuasai
adalah materi mengenai bunyi karena materi yang ada di buku belum lengkap. Setelah melakukan wawancara, peneliti menyebarkan kuesioner yang diisi
oleh siswa kelas IV dan dapat disimpulkan bahwa siswa sangat menyukai belajar IPA dengan melakukan praktikum. Sumber belajar yang digunakan adalah LKS
dan buku siswa. Siswa membutuhkan modul untuk membantu mereka memahami materi dan sebagai petunjuk melakukan praktikum. Peneliti juga menyebarkan
kuesioner pada guru kelas IV yang dapat disimpulkan bahwa guru kelas IV bersedia menggunakan modul praktikum IPA yang dibuat oleh peneliti untuk
memenuhi kebutuhan siswa. Beliau mengatakan bahwa urutan kriteria prioritas untuk membuat modul IPA yang menarik dan berkualitas adalah bentuk modul,
ketebalan modul, bahan kertas, warna modul, isi modul, biaya modul, ukuran kertas, keawetan modul. Modul praktikum IPA juga perlu diberi rangkuman
materi pembelajaran, langkah langkah praktikum agar lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.
Oleh karena itu peneliti akan mencoba melakukan pengembangan modul Praktikum IPA di kelas IV SD Kanisius Ganjuran Yogyakarta. Dengan adanya
modul Praktikum IPA ini akan membantu guru melakukan praktikum IPA yang tidak hanya ada di buku siswa yang telah diberikan oleh Dinas. Selain itu, modul
Praktikum IPA akan dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis.
1.2 Rumusan Masalah