Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran Data Analisis Kebutuhan

40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan 1 kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, 2 data analisis kebutuhan, 3 deskripsi produk awal, 4 data validasi dan revisi produk, dan 5 pembahasan.

4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran

Pada penelitian ini menggunakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat pada buku guru. Kompetensi inti yang tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Kompetensi Inti No Kompetensi Inti 1 Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya. 3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat bermain. 4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi inti yang digunakan peneliti di dalam modul praktikum IPA adalah kompetensi 3 memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat bermain. Kompetensi 4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi dasar yang digunakan dalam pembuatan modul praktikum IPA adalah 3.5 memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengar.

4.2 Data Analisis Kebutuhan

Penelitian pengembangan ini dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan yang digunakan oleh peneliti adalah observasi pembelajaran IPA di kelas, kuesioner analisis kebutuhan pada siswa dan guru kelas serta wawancara dengan siswa, guru dan kepala sekolah SD Kanisius Ganjuran. Peneliti melakukan observasi di kelas IV pada tanggal 14 Oktober 2014. Observasi yang dilakukan pada jam 11.45 saat pembelajaran tematik khususnya IPA. Hasil dari observasi adalah siswa bersama dengan guru kelas akan melakukan pengamatan terhadap tumbuh-tumbuhan. Sebelum melakukan pengamatan, guru meminta setiap siswa untuk mengeluarkan daun, bunga dan akar yang telah dibawa dari rumah. Guru membagi siswa dalam tiga kelompok besar. Siswa dan guru bersama-sama melakukan pengamatan, siswa melakukan pengamatan dan guru memberikan penjelasan. Lalu siswa diberi tugas yang harus dikerjakan secara individu yang ada pada buku siswa halaman 16. Saat siswa melakukan pengamatan, sebagian besar siswa yang melakukannya dengan sungguh-sungguh dan antusias namun ada beberapa siswa yang hanya bermain- main. Setelah selesai melakukan pengamatan, guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang yang berasal dari kelompok akar, kelompok bunga dan kelompok daun. Lalu, siswa melakukan diskusi dan saling bertukar informasi dengan apa yang sudah mereka dapat dari kelompok sebelumnya. Selama siswa melakukan pengamatan, 2 orang siswa bertanya pada guru mengenai akar yang mereka bawa dari rumah dan 3 orang siswa yang bertanya pada guru mengenai daun. Saat melakukan pengamatan, ada 1 orang siswa yang ijin pergi ke kamar mandi. Selain itu, ada 1 siswa yang hanya diam saja dan memperhatikan temannya dan 5 siswa mengobrol. Setelah selesai melakukan pengamatan, guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa yang berasal dari kelompok daun, bunga dan akar. Lalu di dalam kelompok siswa melakukan diskusi mengenai apa yang telah mereka dapatkan dari kelompok sebelumnya. Guru meminta perwakilan dari 3 kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil pengamatan yang sudah mereka dapatkan. Selama kegiatan pengamatan di kelas berlangsung, hanya ada 5 orang siswa bertanya mengenai bahan pengamatan yang mereka bawa. Sumber yang dipakai guru dan siswa hanya buku dari pemerintah yaitu buku siswa dan buku guru. Setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner pada siswa dan guru kelas IV. Kuesioner disebarkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dan guru dan disebarkan pada siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang berjumlah 21 siswa, sedangkan yang hadir berjumlah 20 siswa. Hasil dari kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa No Pertanyaan Jumlah Responden 1. Apakah gurumu pernah menggunakan modul praktikum dalam pembelajaran IPA sebagai sumber belajar kurikulum 2013? Tidak Pernah. Pernah. 9 11 2. Bagaimana cara belajar IPA yang kamu suka? Belajar IPA dengan melakukan praktikum. Belajar IPA tidak dengan melakukan praktikum. 20 3. Apakah kamu terlibat aktif ketika praktikum IPA di kelas? Sangat aktif. Aktif. 9 11 4. Apa saja sumber belajar yang kamu gunakan untuk membantu memahami materi pembelajaran IPA? Buku paket. LKS. 8 12 5. Apakah kamu pernah menggunakan benda-benda yang ada disekitarmu untuk melaksanakan praktikum IPA sebagai pendukung kurikulum 2013 tematik? Pernah. Tidak pernah. 20 6. Apakah kamu mengalami kesulitan ketika melakukan praktikum IPA tanpa menggunakan modul praktikum? Sangat sering Sering. 7 Jarang. 12 Tidak pernah. 1 7. Apakah kamu membutuhkan modul praktikum untuk mempermudah melakukan praktikum IPA di kelas? Sangat butuh. 5 Butuh. 15 Tidak butuh. 8. Bagaimana pendapatmu tentang modul yang menarik untuk dipelajari? Terdapat banyak gambar. 13 Warnanya cerah. 7 9. Apakah kamu menyukai modul IPA yang mempunyai banyak gambar dibandingkan banyak tulisan? Sangat suka. 12 Suka. 6 Kurang suka. 2 Tidak suka. Berdasarkan kuesioner analisis kebutuhan yang telah diberikan kepada siswa, peneliti melihat adanya kesulitan yang dialami siswa ketika melakukan praktikum IPA tanpa menggunakan modul praktikum IPA. Siswa membutuhkan modul praktikum IPA sebagai sumber belajar untuk mempermudah melakukan praktikum IPA. Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru No Pertanyaan Jawaban 1. Apakah BapakIbu pernah menggunakan modul praktikum IPA dalam pembelajaran? Tidak pernah. Karena belum tersedia modul 2. Bagaimana kondisi siswa ketika pembelajaran IPA saat melakukan praktikum tidak dengan modul? Pembelajaran masih berjalan dengan baik, akan tetapi sumberreferensi masih kurang dan terbatas. 3. Apakah BapakIbu berkenan memakai modul praktikum IPA sesuai dengan kebutuhan siswa? Ya. Karena sebagai bahan tambahan dan acuan untuk melakukan praktikum IPA dan bahan ajar. 4. Menurut BapakIbu modul praktikum IPA seperti apakah yang dapat digunakan dalam pembelajaran? Bergambar. Berwarna. 5. Urutkan kriteria prioritas untuk membuat modul praktikum IPA yang menarik dan berkualitas 1. Bentuk modul Siswa akan lebih tertarik dengan bentuk modul yang menarik, karena yang pertama kali dilihat oleh siswa adalah bentuknya. 2. Ketebalan modul Kebanyakan dari siswa kurang tertarik dengan buku-buku yang tebal karena berat jika dibawa ke sekolah. 3. Bahan kertas Bahan kertas dibuat yang tidak mudah robek dan jika diberi pewarna stabilo tidak membekas sampai halaman berikutnya. 4. Warna modul Warna yang menarik membuat siswa tertarik dan bersemangat untuk membaca dan mempelajari modul. No Pertanyaan Jawaban 5. Isi modul Isi modul sesuai dengan materi pembelajaran, dibuat sejelas mungkin dan menggunakan bahasa baik. 6. Biaya modul Biaya disesuaikan dengan rata-rata kemampuan siswa agar semua siswa bisa membeli modulnya dan tidak merasa terbebani dengan harga modul 7. Ukuran kertas Ukuran kertas disesuaikan dengan rata-rata besar tas yang dipakai siswa agar bisa dimasukkan ke dalam tas dan mudah membawanya. 8. Keawetan modul Keawetan modul tergantung dari pemeliharaan modul oleh masing- masing siswa. 6. Apakah perlu dicantumkan rangkuman materi pada modul praktikum IPA? Perlu. Karena lebih memudahkan siswa dalam memahami materi. 7. Menurut anda bagaimana cakupan fungsi dari 1 modul praktikum IPA yang baik? 1 modul praktikum 1 materi Supaya lebih praktis, dan tidak terlalu banyak modul yang dibeli oleh siswa. 8. Menurut BapakIbu praktikum seperti apakah yang efektif untuk siswa? Praktikum yang memuat materi pembelajaran dengan jelas dan langkah- langkah praktikum dengan jelas. 9. Bagaimana kriteria modul praktikum IPA yang berkualitas? Dapat membantu siswa melakukan praktikum secara mandiri. Agar siswa tidak hanya melakukan praktikum di sekolah saja, tetapi juga bisa melakukan praktikum sendiri di rumah. 10. Sesuai dengan pengalaman BapakIbu apakah modul praktikum IPA dapat membantu siswa memahamimateri dalam pembelajaran? Dapat. Karena ada keseimbangan antara materi dan praktikum. Siswa dapat langsung mempraktikan materi yang diajarkan. Berdasarkan kuesioner analisis kebutuhan yang telah diberikan kepada guru, peneliti melihat bahwa guru mengharapkan adanya sumber belajar tambahan untuk mendukung pembelajaran praktikum IPA. Dengan adanya modul praktikum IPA, diharapkan siswa dapat langsung mempraktikan materi yang diajarkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi. Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa, guru dan kepala sekolah. Peneliti melakukan wawancara dengan 2 siswa, siswa yang pertama adalah siswa yang nilainya sedang-sedang saja dan siswa yang kedua adalah siswa yang mendapat peringkat tiga besar di kelas. Hasil dari wawancara dengan siswa yang pertama pada tanggal 17 Oktober 2015 adalah di kelas ada pembelajaran praktikum IPA namun guru tidak menggunakan modul praktikum IPA ketika mengajar. Dalam pembelajaran IPA siswa lumayan paham dengan materi yang diberikan dan sumber belajar yang digunakan adalah buku siswa, LKS, buku sains sehingga siswa membutuhkan modul praktikum IPA yang dapat membantu siswa dalam memahami materi. Modul praktikum IPA yang memiliki banyak gambar, berwarna dan tidak banyak materi dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari. Materi yang masih sulit bagi siswa ini adalah materi tentang vitamin, siswa masih mengalami sedikit kesulitan meskipun materi sudah ada dibuku dan LKS. Hasil wawancara dengan siswa yang kedua pada tanggal 21 Oktober 2014 adalah ada praktikum IPA ketika pembelajaran di kelas tetapi guru tidak menggunakan modul praktikum IPA dan sumber yang digunakan guru adalah LKS, buku siswa dan buku paket sehingga siswa merasa kurang paham pada materi IPA yang diajarkan. Siswa membutuhkan modul praktikum IPA yang memiliki banyak gambar, tulisan yang berwarna dan tebal karena dapat membantu memahami materi pembelajaran di kelas. Materi yang dianggap siswa masih sulit adalah materi mengenai vitamin, karbohidrat dan bunyi. Siswa masih merasa belum paham dan bingung ketika mengerjakan tugas IPA karena ketika di kelas siswa tersebut ramai dan materi yang dipelajari tidak semua ada di buku. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas pada tanggal 15 Oktober 2014. Hasil dari wawancara dengan guru adalah pendekatan saintifik di dalam kurikulum 2013 sangat bagus karena memancing anak untuk kreatif mengeksplorasi apa yang mereka pelajari. Guru menyikapi pendekatan saintifik dengan melakukan pembelajaran sesuai dengan apa yang sudah ada di buku guru dan dikembangkan sendiri sehingga tidak hanya buku guru sebagai acuan. Guru juga mengalami kesulitan dalam menggunakan kurikulum 2013, yaitu dalam mengkondisikan siswa yang sudah terbiasa belajar dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah untuk mengarahkan siswa mengikuti pembelajaran dengan kurikulum 2013. Dalam mengatasi kesulitan ketika mengajar dengan kurikulum 2013, guru mempersiapkan diri dengan belajar dahulu sebelum mengajar, membaca materi agar dapat menjawab pertanyaan dari siswa. Pada kurikulum 2013 terdapat banyak praktikum IPA dan guru belum menggunakan modul praktikum IPA, guru masih menggunakan praktikum yang ada pada buku siswa. Materi yang diajarkan tidak begitu sulit namun cakupan yang ada di buku hanya sedikit sehingga guru tetap mencari materi dari sumber lain seperti dari buku dari penerbit Erlangga dan juga internet. Guru membutuhkan modul praktikum IPA karena modul tersebut sangat bagus dan membantu serta memudahkan guru melakukan praktikum. Kriteria modul yang baik dan menarik bagi guru adalah mudah dipahami, materi jelas, sebagian berwarna, diberi gambar dari setiap langkah kerja untuk memudahkan siswa, selain itu juga menambahkan pertanyaan yang mengacu kegiatan yang sudah mereka lakukan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah SD Kanisius Ganjuran pada tanggal 20 Oktober 2014 dan hasil dari wawancara adalah kepala sekolah berpendapat bahwa butuh penyesuaian dengan adanya pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 karena dalam pendekatan saintifik banyak siswa yang aktif mencari tahu sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator dan siswa juga harus menyesuaikan karena belum terbiasa melakukan pembelajaran dengan saintifik dimana siswa harus aktif dalam mengemukakan pendapat dan mencari tahu sendiri. Untuk menyikapi pendekatan saintifik, kepala sekolah mempersiapkan guru untuk pembelajaran dengan mengikutkan guru dalam workshop dan KKG. Dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 terdapat praktikum dan guru mengalami kesulitan dalam pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas karena belum banyak menguasai materi. Selain itu, kesulitan lain yang dialami guru adalah mengenai hal-hal yang dipersiapkan untuk mengajar sangat terbatas karena dibatasi waktu dan tema serta dalam mempersiapkan anak yang belum terbiasa aktif bertanya dalam pembelajaran sehingga tidak hanya mendengarkan dan mencatat. Untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru, kepala sekolah mengikutkan guru dalam KKG kelompok kerja guru agar mereka dapat bertukar pendapat sharing dengan guru dari sekolah lain, mengikutkan guru dalam workshop atau pelatihan tentang kurikulum 2013 dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, mengajak diskusi dalam KKG sekolah. SD Kanisius Ganjuran belum menggunakan modul praktikum IPA dan sangat membutuhkan modul tersebut karena pendekatan saintifik dalam pembelajaran dekat dengan praktikum dan di sekolah hanya menggunakan buku siswa dan buku guru. Modul praktikum IPA akan sangat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, guru menjadi lebih fokus dan jelas dalam melaksanakan pembelajaran dan lebih mudah mengarahkan siswa melakukan suatu kegiatan. Kriteria modul praktikum IPA yang baik dan menarik bagi siswa sesuai dengan tema dan keadaan lingkungan yang bisa memfasilitasi kegiatan dari modul. Kepala sekolah tidak menyebutkan pendapatan rata-rata siswa untuk membeli modul namun jika diperlukan maka orang tua tidak akan keberatan. Namun selama ini sekolah mendapat anggaran dari BOS untuk membiayai pengadaan sumber belajar di sekolah. Berdasarkan observasi, kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan, maka sekolah, guru dan siswa membutuhkan modul praktikum IPA untuk membantu dalam pembelajaran di kelas. Modul yang disusun harus mempunyai banyak gambar, memiliki bentuk modul yang menarik, modul tidak terlalu tebal, bahan kertas tidak mudah robek dan tidak membekas pada halaman berikutnya ketika diberi pewarna stabilo, memiliki warna yang menarik, isi modul sesuai dengan materi pembelajaran, ukuran kertas disesuaikan dengan rata-rata besarnya tas dan biaya untuk sebuah modul disesuaikan dengan rata-rata kemampuan siswa.

4.3 Deskripsi Produk Awal