seperti halnya yang kita jumpai untuk pengukuran kerja dengan menggunakan satu stop watch. Sritomo, 2003, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, halaman 181.
2.4.1.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Pengukuran Waktu Kerja
Persiapan sebelum melakukan pengukuran kerja adalah sangat penting karena hal ini tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas pengukuran yang dilaksanakan.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum pengukuran waktu kerja secara langsung dengan jam henti :
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dalam melakukan berbagai kegiatan, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting
yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
pengukuran. Apabila waktu baku akan dikaitkan dengan upah perangsang maka segala
pihak yang akan terlibat dalam masalah ini seperti operator, supervisor dan lainnya haruslah ikut bertanggung jawab untuk suksesnya pelaksanaan pengukuran kerja
tersebut supervisor terutama harus betul-betul bertanggung jawab dan bertugas memberitahukan agar operator sendiri juga harus bersikap wajar normal pada saat
diteliti dan mengikuti segala prosedur dan metode kerja yang distandardkan sebelumnya.
2. Melakukan Penelitian
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu kondisi yang ada
dapat dicari waktu baku harus dicapai tersebut. Artinya akan didapat juga waktu baku yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan.
Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak
akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan yang ada di perusahaan tersebut tidak menunjang.
Selain itu penelitian pendahuluan juga dilakukan dengan maksud agar dapat mengetahui sistem yang ada, sudah baik atau belum guna melaksanakan pengukuran.
Jika dalam pengukuran pendahuluan terdapat kejanggalan pada sistem kerja yang ada, maka sistem kerja yang ada harus diatur dan diperbaiki terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil waktu baku yang benar-benar dapat diwakili pengukuran waktu dalam sistem kerja tersebut.
3. Memilih Operator
Operator yang akan diukur untuk pekerjaan bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik. Operator harus memahami benar prosedur dan metode
pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan
kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar
memilih tingkat kemampuan yang rata-rata. Berdasarkan penyelidikan, terlihat bahwa orang-orang yang berkemampuan
rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit. Sedangkan orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Bila dilihat dari tujuan pengukuran
waktu yaitu mendapatkan waktu penyelesaian, maka dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja, orang yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi
atau rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari keseluruhan pekerja yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan
secara wajar diperlukan oleh pekerjaan normal dan ini adalah orang—orang yang berkemampuan rata-rata.
Disamping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar dan dalam pemilihan operator juga harus
memperhatikan bahwa kondisi operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur tersebut dalam keadaan sehat, sehingga dalam pengukuran nantinya operator bekerja
seperti biasanya. Distribusi kemampuan pekerja umumnya akan mengikuti seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.2. Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit. Sedangkan
orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik distribusi
demikian dapat dibuktikan berdistribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal.
Jumlah pekerja
rendah Rata-rata
tinggi Kemampuan kerja
Gambar 2.2 Distribusi Kemampuan Kerja
Sumber : “Teknik Tata Cara Kerja”, Sutalaksana, 1979
4. Melatih Operator