2.4 Uraian vitamin
Yang dimaksudVitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sangat kecil, dan harus didapatkan dari luar tubuh,
karena tidak dapat disintesa atau dibentuk oleh tubuh sendiri. Vitamin ada yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air seperti
vitamin C dan B komplek, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A retinol, vitamin D kalsiferol, vitamin E tokoferol, dan vitamin K
quinonon Mitayani, 2010.
2.4.1 Fungsi Vitamin
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Mitayani, 2010.
2.4.2 Vitamin B1
Rumus Bangun :
Rumus Molekul : C
12
H
17
N
5
O
4
S Berat Molekul
: 327,36 Pemerian
: Hablur atau serbuk putih biasanya mempunyai bau khas lemah
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan
dalam kloroform Identifikasi
: Hasil sesuai referensi dengan standart
Timbul warna kuning pH
: 6,0 – 7,5 Dirjen POM, 1995.
2.5 Uji Mutu Bahan Baku Thiamin Mononitrat antara lain
2.5.1 Pemerian
Pemerian paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara umum meliputi wujud, rupa, warna, rasa, bau, dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat
kimia atau sifat fisiknya, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam pembuatan, peracikan dan penggunaan, disamping juga berguna untuk membantu
pemeriksaan pendahuluan dalam pengujian. Karena itu, pernyataan yang terdapat didalamnya tidak cukup kuat dijadikan syarat baku Dirjen POM, 1979.
2.5.2 Kelarutan
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang kadang perlu digunakan, tanpa mengindahkan
perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan
kelarutan yang tertera pada kelarutan dalam etanol merupakan syarat baku obat
yang bersangkutan Dirjen POM, 1979. 2.5.3 Identifikasi
Identifikasi dinyatakan mengikat walaupun cara pengujiannya tidak cukup kuat digunakan untuk mengenal obat secara pasti. Uji kualitatif ataupun uji
kuantitatif yang dimuat dalam farmakope indonesia cara yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan bagi masing-masing obat
Dirjen POM, 1979.