Cukup skor 2
Kurang skor 1
Cukup, bila banyaknya siswa 60-80 mendapat
perawatan Kurang, bila banyaknya
siswa 60 mendapat perawatan
8 c. Frekuensi kunjung- an pelaksana UKGS ke
sekolah untuk pemeriksaan gigi
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
Ordinal Baik, bila frekuensi
kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah 2 kali
Cukup, bila frekuensi kunjungan pemeriksaan gigi
ke sekolah 2 kali Kurang, bila frekuensi
kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah 2 kali
2. Pengukuran status kesehatan gigi dan mulut yaitu menghitung rata-rata DMF-T,
CPITN dan OHIS.
a. Indeks pengukuran DMFT
Pemeriksaan DMFT dilakukan dengan menggunakan sonde dan kaca mulut pada semua gigi dengan menuliskan kondisi gigi berdasarkan kode:
= gigi sehat D =
decayed lobang
Mi = gigi indikasi cabut
Me = gigi sudah dicabut karena alasan lain
F = gigi dengan tambalan sempurnasealant
Fd = gigi dengan tambalan dan ada karies primersekunder
X = gigi belum tumbuh
b. Indeks pengukuran status periodontal WHO
Pemeriksaan kondisi periodontal dilakukan dengan menggunakan sonde khusus periodontal probe dengan kriteria:
= kondisi periodontal sehat 1
= pendarahan, tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah perabaan dengan sonde
2 = terdapat karang gigi, diraba dengan sonde terasa adanya karang gigi
Gigi dibagi atas 6 sekstan dan yang diperiksa adalah gigi indeks yaitu: 16 11 26
46 31 36 untuk anak-anak usia di bawah 19 tahun
c. Indeks pengukuran oral higiene OHIS,
Greene Vermillion
Indeks oral higiene adalah kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur dari skor indeks debris dan kalkulus.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS v.15 untuk Windows, sebelumnya dilakukan proses pengolahan data untuk memeriksa kebenaran,
kelengkapan pengisian dan kejelasan jawaban yang meliputi: a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memu-dahkan
proses entri data. c. Entry data, pemasukan data ke komputer dengan menggunakan program
komputer. d. Cleaning, pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.
Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi variabel yang diteliti dengan
menggunakan: 1.
Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari tiap variabel guna mendapatkan gambaran umum masing-masing variabel.
2. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan faktor
manajemen dan peran tenaga kesehatan dengan cakupan pelayanan UKGS menggunakan chi-square test. Untuk menguji ada tidaknya hubungan faktor
manajemen sarana.prasarana dan peran tenaga pelaksana tenaga kesehatan dan guru, dan orangtua dengan status kesehatan gigi digunakan uji Anova.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara garis besar kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan yang sangat cocok untuk daerah perkebunan dan persawahan. Hal ini
sesuai dengan jenis pekerjaan mayoritas dari penduduk Aceh Tamiang sebagai petani. Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang 2005 dilaporkan sebanyak 229.209 jiwa dengan
persentase lebih banyak perempuan 50,9 daripada laki-laki 49,1. Sebagai kabupaten baru yaitu pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang
terdiri atas 8 kecamatan dengan 10 puskesmas dengan sarana penunjang kesehatan, 1 rumah sakit dan 1 buah klinik swasta. Kesepuluh puskesmas tersebut adalah puskesmas
Manyak Payed, Bendahara, Sungai Iyu, Seruway, Karang Baru, Kuala Simpang, Kejuruan Muda, Rantau, Sapta Jaya dan Tamiang Hulu. Penelitian ini dilakukan di empat
puskesmas terpilih yaitu puskesmas Karang Baru dan Kuala Simpang mewakili puskesmas yang ada dokter giginya sebagai pelaksana UKGS dan puskesmas Manyak
Payed dan Bendahara mewakili puskesmas yang tidak ada dokter giginya.
4.2. Karakteristik Responden
Responden meliputi tenaga pelaksana UKGS, guru, orangtua dan murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden tenaga pelaksana UKGS di keempat
puskesmas yang ada atau tidak ada dokter gigi adalah perempuan 100. Responden