obatan tidak tersedia 25. Kemungkinan lain adalah tenaga kesehatan belum melakukan pelayanan medik dasar secara maksimal di puskesmas 75 Tabel 4.7 dan
kurangnya kerjasama guru Orkes dengan petugas kesehatan dalam hal merujuk murid untuk mendapat pelayanan medik Tabel 4.9. Saranaprasarana baik, rerata sekstan gusi
sehat murid SD 5,01, lebih rendah dibandingkan saranaprasarana kurang yaitu 5,60. Secara statistik ada hubungan bermakna antara rerata sekstan gusi sehat dan rerata OHIS
dengan saranaprasarana yang baik, hal ini mungkin disebabkan tersedianya saranaprasarana KIT 100 dan alat peraga 75 Tabel 4.3.
5.4. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Peran tenaga kesehatan baik, cakupan sikat gigi masal tidak ada yang baik dan cukup bahkan kurang yaitu 25, cakupan siswa selektif kurang 25, cakupan frekuensi
kunjungan petugas kesehatan 25 kurang. Peran guru Orkes baik, cakupan sikat gigi masal kurang 37,5, cakupan kelas selektif cukup 12,5, dan kurang 25 sedangkan
cakupan frekuensi kunjungan petugas kesehatan 37,5 kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara tenaga kesehatan gigi dan guru Orkes
dengan cakupan pelayanan UKGS p0,05 Tabel 4.18. Hal ini mungkin disebabkan 75 puskesmas belum pernah melakukan lokakarya mini puskesmas, bahkan tidak
satupun dari petugas kesehatan yang pernah mendapat pelatihan tentang UKGS Tabel 4.7, yang mungkin disebabkan karena keterbatasan dana. Dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa tidak pernah diselenggarakan pelatihan UKGS oleh dinas kesehatan kabupaten dalam beberapa tahun terakhir ini.
5.5. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kesehatan Gigi dan
Mulut
Peran tenaga kesehatan baik, rerata DMFT murid lebih rendah dibandingkan peran cukup dan kurang, hal yang sama dijumpai peran guru Orkes baik, rerata DMFTnya
juga lebih rendah dibandingkan peran kurang. Analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara peran petugas kesehatan dan guru terhadap status kesehatan gigi dan
mulut murid. Hal ini sudah baik dan perlu ditingkatkan peran petugas kesehatan dalam melaksanakan perawatan bagi kelas V dan VI dan peran guru Orkes dalam melakukan
rujukan dan penjaringan murid Tabel 4.9. Sebaliknya, peran tenaga kesehatan baik rerata sekstan gusi sehat lebih rendah
dari peran kurang, demikian juga peran guru Orkes baik rerata sekstan gusi sehat juga lebih rendah dari peran cukup. Hal ini menunjukkan peran tenaga kesehatan dan guru
Orkes belum maksimal dan perlu ditingkatkan dalam melakukan pendidikan kesehatan dan mengajarkan cara menyikat gigi dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
Tabel 4.9.
5.6. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Peran orang tua baik DMFT anaknya 1,64, lebih tinggi dari peran cukup 1,07 tetapi lebih rendah dari peran kurang 2,09, meskipun secara statistik menunjukkan ada
hubungan Tabel 4.25. Hal ini menunjukkan bahwa peran sebagian orangtua 59,1 belum berjalan dengan baik, yaitu dalam hal mengawasi jajanan anak. Suwelo 1992
dalam bukunya “Kajian pada anak usia sekolah” menyatakan bahwa tidak hanya cara membersihkan gigi saja tetapi jenis jajanan yang menguntungkan kesehatan gigi perlu
diperhatikan oleh orangtua sehingga orangtua dapat mengetahui jenis jajanan yang baik untuk anak mereka. Pada peran orangtua baik, dijumpai rerata sekstan sehat 5,31, lebih
tinggi dibandingkan dengan peran orangtua kurang 3,93. Hal ini menunjukkan peran orangtua sudah baik yang mana terlihat bahwa hampir semua orangtua 99,10 sudah
mengajar anak menyikat gigi, 60,45 sudah mengawasi anak menyikat gigi dan 64,6 memeriksa gigi anak di rumah Tabel 4.11. Demikian juga terlihat peran orangtua baik,
rerata OH 1,14 lebih rendah dari peran kurang 1,39 dan ada hubungan bermakna p0,05. Hal ini menunjukkan peran orangtua terhadap status kebersihan mulut sudah
baik. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa 60,4 orangtua sudah mengawasi anak menyikat gigi.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN