Transkrip Wawancara dengan Ketua KPUD Lebak: Bpk. H. Agus Sutisna, pada 29 Agustus 2013.
P:
bagaimana pelaksanaan pilkada Kabupaten Lebak tahun 2008?
J: pelaksanaan pilkada Lebak pada tahun 2008 dalam segi tahapan dan jadwal
tidak ada yang terganggu dan berjalan normal. Tetapi memang banyak diwarnai dengan demonstrasi terkait dengan isu Ijazah palsu milik H. Mulyadi
Jayabaya, baik dalam tahapan pencalonan dan pemungutan suara.
P: Apakah dalam pelaksanaan pilkada Lebak tahun 2008 jawara memiliki peran
besar dalam mendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati?
J:
peran jawara dalam pilkada lebak sebagai mobilisator masssa. Jawara sebagai tim sukses sangat berperan dalam pilkada Lebak tahun 2008. Bahkan setiap
gerakan masyarakat
dalam pilkada
tersebut bisa
disebut yang
melatarbalakanginya adalah jawara. Karena masyarakat ataupun kelompok lain yang biasanya passif jadi aktif karena ada backing dari jawara. Bahkan jawara
mampu menghentikan para demonstran yang saling menghadang antar calon pendukung hanya dengan pesan singkat sms.
P: selain jawara ada sosok lain yang memiliki pengaruh di Kabupaten Lebak yaitu
kiayi. Bagaimana peran kiayi? Apakah ada perannya melampaui peran jawara dalam pilkada?
J:
jika dibandingkan jawara dengan kiayi, pengaruh kiayi kalah oleh jawara. Hal ini dikarenakan kiai bertentangan dengan kedudukan mereka sebagai pemuka
agama, sehingga kental keterkaitannya dengan urusan moral. Berbeda dengan jawara yang pragmatis, mereka tidak mempersoalkan mengenai moral. Peran
jawara lebih menonjol dibandingkan dengan kiayi.
P: bagaimana KPUD merespon pengunduran diri dua pasangan calon terkai isu
ijazah palsu milik incombent H. Mulyadi Jayabaya?
J: konstelasi pilkada Lebak tahun 2008 itu bisa dianggap sebagai milik H.
Mulyadi Jayabaya. Hal ini dikarenakan kesuksesan H. Mulyadi Jayabaya dalam membangun Kabupaten Lebak, sehingga hal ini menjadi pertimbangan berat
pasangan lawan. Dengan adanya isu ijazah palsu ini menjadi celah lawan
politiknya sebagai sasaran tembak untuk melemahkan H. Mulyadi Jayabaya. Dengan alasan tersebut pasangan lawannya HM-
HG dan Yas’a-Sudirman menekan KPUD untuk tidak meloloskan pasangan MULYA, sedangkan KPUD
tidak punya kewenangan untuk memutuskan apakah ijazah itu palsu atau tidak, kewenangan KPUD hanya menyelenggarakan pilkada berdasarkan regulasi
perundang-undangan. Karena alasan itu KPUD tetap meloloskan pasangan MULYA. Terkait dengan keputusan KPUD yang tetap meloloskan pasangan
MULYA ini, pasangan lawan HM- HG dan Yas’a-Sudirman mengajukan
pengunduran diri. Tapi KPUD menolak pengunduran diri mereka karena tidak sesuai dengan perundang-undangan dan tetap melanjutkan pelaksanaan pilkada
tahun 2008.
Transkrip Wawancara dengan Ketua Umum BPPKB : Bpk. Rusmani, pada 21 September 2013.
P:
Bagaimana pendapat jawara terhadap adanya pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati pilkada langsung tahun 2008?
J: Jawara mendukung dengan diadakan Pilkada, karena masyarakat dapat memilih